Ramadan sebentar lagi. Seluruh umat Muslim tengah bersiap menyambut bulan suci. Beragam cara umat Muslim menyambutnya; ada yang fokus merapikan rumah agar ibadah terasa nyaman, mencicil menyetok bahan pokok Ramadan, bersilaturrahim ke sanak saudara atau bahkan berziyarah kubur. Namun, di antara aneka kegiatan sebelum Ramadan yang rutin dilakukan oleh Muslim Indonesia ini, ada satu hal yang tidak boleh dilupa yaitu berpuasa qadha atau sunnah di bulan Sya’ban.
Berpuasa di bulan Sya’ban sudah menjadi kebiasaan yang sering dilakukan Nabi Muhammad Saw. Sayyidah Aisyah RA meriwayatkan bahwa Nabi Saw tidak pernah terlihat lebih sering berpuasa sunnah selain di bulan Sya’ban. Karena itu, kebiasaan berpuasa ini pula dilakukan para isteri Nabi. Bulan Sya’ban bagi para isteri Nabi– Sayyidah Aisyah RA salah satunya– ialah waktu yang dirasa tepat untuk mengganti hutang puasa Ramadan tahun lalu.
Karena sudah menjadi kebiasaan, Sayyidah ‘Aisyah RA adalah di antara orang yang apabila mempunyai utang puasa, selalu ia tunaikan ketika sudah berada pada bulan Sya’ban. Hal ini diceritakan oleh Abu Salamah dari Aisyah langsung, “… Saya mempunyai tanggungan utang puasa Ramadhan. Saya tidak mampu mengqadhanya kecuali di bulan Sya’ban. Menurut Yahya, Aisyah mengqadha di bulan Sya’ban dikarenakan ia sibuk melayani Nabi Muhammad SAW,” (Muttafaq alaih).
Mungkin dari kita bertanya-tanya mengapa hadits di atas menjelaskan bahwa Aisyah mengqadha puasa pada tenggat yang sangat mepet? Kesibukan apa yang membuat Sayyidah Aisyah tidak mampu mengqadha puasa di selain bulan Sya’ban?
Ada berbagai pendapat terkait maksud kesibukan Sayyidah Aisyah RA sehingga menunda mengqadha puasa hingga bulan Sya’ban, salah satunya menurut Ibnu Hajar al-Atsqalani, arti kesibukan dalam hadits ini tidak berarti sebuah kesibukan yang menjadikan seseorang tidak kuat melaksanakan puasa tapi lebih mengarah pada posisi selalu mempersiapkan diri dalam menyenangkan Rasul apabila dibutuhkan. Tugas-tugas dakwah Nabi Saw yang cukup berat, memungkinkan Sayyidah Aisyah RA dan para isteri lain untuk membantu meringankan tugas mulia tersebut. Sayyidah Aisyah RA pun menunda puasa qadhanya ke bulan Sya’ban karena Nabi SAW pun memaksimalkan bulan Sya’ban untuk berpuasa sunnah.
Amalan puasa sunnah dan ibadah-ibadah di bulan Sya’ban yang dilakukan Nabi Saw bersama para isterinya setidaknya memberikan kita teladan, pertama, memaksimalkan bulan Sya’ban sebagai bulan latihan sebelum memasuki bulan Ramadan. Kedua, bulan yang melahirkan rasa penghormatan kita padanya karena bulan ini biasanya kita lalai untuk menghidupkan sunnah dan akhirnya kurang siap memaksimalkan ibadah Ramadan. Ketiga, bulan dimana Nabi Saw menerima wahyu Al-Quran yakni surah al-Ahzab/ 56 yang memerintahkan kita untuk bershalawat pada Nabi Saw. Keempat, bulan riyadhah (latihan) bagi para orangtua yang diharapkan mampu mengatur waktu antara kesibukan di luar dan khidmah di rumah bersama anak-anak menuju Ramadan karena harus bangun lebih awal untuk makan sahur dan lain sebagainya.
Selamat memaksimalkan ibadah di bulan Sya’ban, semoga Allah mempertemukan kita dengan Ramadan dalam keadaan sehat lahir dan batin. Aamiin.
Dr. Ina Salmah Febriani, M.A., Ustadzah di Cariustadz.id
Tertarik mengundang ustadz Dr. Ina Salmah Febriani, M.A? Silahkan klik disini