Tulisan ini tidak terlalu sesuai dengan judul karena tulisan ini justru mengkritisi pertanyaan-pertanyaan yang senada dengan judul itu. Walaupun tulisan ini juga tidak menyalahkan sepenuhnya pertanyaan sedemikian. Menurut tulisan ini, pertanyaan seperti tersebut berasumsi bahwa peradaban Islam mengalami kemunduran, padahal tidak persis seperti itu. Memang ada bagian dari peradaban Islam yang mengalami kemunduran, tetapi juga ada yang malah mengalami kemajuan.
Penjelasannya seperti ini. Peradaban tidak hanya material tetapi spiritual. Itulah yang dipahami di dalam peradaban Islam. Memang Islam mengalami kemunduran dalam peradaban material tetapi tidak dalam peradaban spiritual. Peradaban spiritual umat Islam malah mengalami kemajuan pesat, meskipun kadang tersendat, sehingga sampai kini menjadi rujukan oleh peradaban non Islam.
Baca Juga: Relasi Suami-Istri dan Filosofi Pakaian dalam Al-Qur’an
Peradaban material mengalami kemajuan di wilayah-wilayah yang tidak mayoritas umat Islam. Hal itu terjadi karena para penemu inovasi material seperti arsitektur, teknologi informasi, teknologi komunikasi, kedokteran, penerbangan, dan lain-lain bukan mayoritas umat Islam dan bukan di wilayah yang mayoritas umat Islam. Tentu ada beberapa Muslim yang juga menjadi penemu, tetapi perbandingan jumlahnya terlalu jomplang dibandingkan non Muslim.
Ketika orang-orang hendak merujuk kepada kemajuan peradaban dunia, maka wilayah-wilayah umat Islam tidak menjadi lirikan. Ketika orang-orang hendak mengembangkan teknologi, maka umat Islam dan lembaga pendidikannya pun bukan rujukan. Tetapi, yang orang-orang maksud dengan peradaban demikian adalah peradaban material. Tekonologi adalah bagian dari peradaban material.
Beda halnya dengan peradaban spiritual. Umat Islam sampai kini masih menjadi rujukan. Ketika orang-orang hendak mencari contoh bagi perjalanan spiritual atau mencari para guru spiritual, maka umat Islam masih menjadi rujukan. Lihatlah misalnya, Jalaluddin Rumi. Dia adalah salah seorang guru spiritual yang paling masyhur di wilayah-wilayah yang peradabannya maju dalam hal teknologi material. Karya-karya Jalaluddin Rumi ada di antara bacaan paling digemari bagi mereka yang meniti jalan spiritual, apapun agamanya.
Demikian pula eksplorasi wilayah spiritual yang dilakukan oleh orang-orang semacam Imam al-Ghazali, Suhrawardi al-Maqtul, Mulla Shadra, Ibn Arabi, dan lain-lain telah melahirkan karya-karya yang hampir tiada bandingnya hingga kini di belahan dunia manapun. Karya-karya mereka malah termasuk yang paling canggih yang pernah dihasilkan oleh umat manusia hingga kini.
Jadi, peradaban umat Islam memang mengalami kemunduran dalam bidang teknologi material karena peradaban Islam pernah merajai dunia baik dalam bidang teknologi material maupun dalam peradaban spiritual. Kini, yang tersisa dari peradaban Islam hanyalah peradaban spiritual; sedangkan peradaban teknologi material sedang beralih ke wilayah lain.
Karena itu, di satu sisi, bolehlah disebut peradaban umat Islam mengalami kemunduran, tetapi itu jika ukurannya adalah peradaban material. Peradaban di wilayah lain pun mengalami kemunduran karena mereka kehilangan peradaban spiritual. Atau ungkapan yang lebih adil adalah peradaban Islam mengalami kemunduran untuk teknologi material. Sedangkan peradaban non Islam mengalami kemunduran untuk peradaban spiritual.
Baca Juga: Sampah, Konsumerisme dan Keislaman Kita
Manusia tidak hanya dimensi material, tetapi juga spiritual. Demikian pula sebaliknya, bukan hanya spiritual. Peradaban Islam bukan pembenci peradaban material karena itu sama saja dengan membangun manusia yang tidak seutuhnya. Memang kini, peradaban Islam sedang tidak menjadi pemimpin dalam peradaban material, tetapi bukan berarti Islam anti terhadap segala hal yang material.
Kesimpulannya, semua bagian dunia sedang mengalami kemunduran peradabannya masing-masing, tetapi juga sekaligus mengalami kemajuan peradabannya sendiri-sendiri. Islam harus belajar kepada kemajuan peradaban teknologi material yang dicapai oleh non Islam, namun yang non Islam pun layak belajar kepada umat Islam peradaban spiritual umat Islam. Keduanya harus bekerjasama untuk peradaban manusia yang sesungguhnya, bukan hanya salah satunya. Demi masa depan umat manusia yang lebih baik.[]
Dr. Abd. Muid N., MA., Ustadz di cariustadz.id