Oleh: Ali Nurdin
Salah satu bentuk sunnatullah atau aturan-aturan Allah yang berlaku di kehidupan dunia ini adalah yang menanam akan menuai. Artinya apa? Yang kita tanam itulah yang akan kita tuai. Apa yang kita lakukan itulah yang akan kita panen dalam kehidupan kita. Nah, prinsip ini begitu banyak Allah sebut dalam Al-Qur’an.
Kita ambi contoh misalnya, seseorang yang selalu berbicara baik maka balasan yang akan dia terima juga kebaikan. Surah Ar-Rahman (55) ayat ke 60, misalnya, hal Jazaa-ul ihsaani illal ihsaan, tidak balasan kebaikan kecuali kebaikan juga. Ini prinsip yang sering orang lupakan. Maka, kalau ada orang yang menanam keburukan, misalnya, dengan sering menyebarkan kebencian, berbicara yang isinya kebohongan atau melakukan hal tindakan yang dapat melukai dan menyakiti hati orang. Sebenarnya dia sedang melukai hatinya atau dirinya sendiri.
Itu sebuah prinsip yang sederhana namun kebanyakan kita lupa.
In ahsantum, ahsantum li anfusikum, wa in asa’tum falaha, jika kau berbuat baik, kebaikan itu untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, kejahatan itu atau akibat dari kejahatan itu tidak akan menimpa siapapun kecuali juga dirimu sendiri.
Ungkapan lain begitu banyak di Al-Qur’an, baik itu aspek syukur, aspek amal shaleh, semuanya sama. Yaitu apa? Siapa yang menanam akan menuai. Yang menanam kebaikan-kebaikan dalam hidupnya maka bersiaplah dan bergembiralah karena akan memanen begitu banyak kebaikan bahkan berlipat.
Tapi sebaliknya, waspadalah ketika seseorang berusaha atau senantiasa menyebarkan keburukan, hal-hal yang dapat memicu bahkan memacu keburukan dalam kehidupan masyarakat. Akibat itu juga, yang pertama kali akan menanggungnya adalah pelakunya. Semoga kita selalu dapat senantiasa menanam kebaikan sehingga kita akan memanen kebaikan juga.