Teladan Rasulullah dalam Memaknai hari Kemerdekaan

Bulan Agustus adalah bulan kemerdekaan Indonesia yang dideklarasikan pada tahun 1945 lampau. Dalam sejarahnya, kemerdekaan itu dicapai sebagai bentuk kemenangan dari segala penindasan yang dilakukan penjajah sehingga merdeka yang dilandasi dengan cita-cita berdaulat, damai, bersatu dan sejahtera.

Hari kemenangan juga pernah dirasakan oleh Rasulullah atas capaiannya yang dalam sejarah Islam disebut sebagai pembebasan kota Makah atau Fathu Makkah. Pembebasan tersebut sebagai indikasi kekuatan Islam setelah melewati beberapa fase perjuangan untuk bisa kembali ke tempat asalnya itu.

Semula kota Makkah merupakan wilayah yang dikuasai kelompok Quraisy yang memusuhi Nabi Muhammad. Para pembesar mereka menghalangi Nabi dalam berdakwah. Tidak hanya itu, mereka juga menerapkan sistem sosial yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Serta ibadah-ibadah ritual yang justru mengotori kota Makah.

Baca Juga: Kisah Tawakal Rasulullah dan Pelajaran yang Bisa Diambil

Menariknya, ketika berita tentang akan adanya Fathu Makah oleh umat Islam yang akan dilaksanakan pada 10 ramadhan tahun ke 8 Hijriah, ada sebagian sahabat yang membayangkan bahwa pembebasan tersebut akan berlangsung dengan sengit, dengan diwarnai pertumpahan darah.

Dugaan tersebut didasari dengan perbandingan ambisi orang-orang Quraisy Makah yang memusuhi Nabi yang selalu ingin membombardir umat Islam. Dalam kitab Tarikh al-Thabari karya karya Abu Ja’far al-Thabari diceritakan ada perwakilan dari kalangan sahabat yang memiliki keluarga di Makah, mereka mengkhawatirkan jika nanti akan terjadi pertumpahan darah di kota suci itu.

Tragedi tersebut lazim terjadi sebagaimana terdapat sebuah ekspansi militer yang dilakukan oleh kekuatan politik tertentu. Sehingga Said bin Ubadah memprediksi bahwa itu adalah hari peperangan yang kejam (Hadza yumun yaumul malhamah). Dengan dalih akan terjadi pembersihan berhala-berhala yang ada di sekeliling Ka’bah secara radikal, ditambah dendam selama 20 tahun perseteruan sengit yang dipantik oleh orang-orang Quraisy Makah yang memusuhi Nabi.

Kegelisahan yang sama juga dituliskan oleh Abu Ja’far al-Thabari atas syair yang dilantunkan oleh Umar bin Salim berikut:

إِنَّ قُرَيْشًا أَخْلَفُوكَ الْمَوْعِدَا … وَنَقَضُوا مِيثَاقَكَ الْمُؤَكَّدَا
وَجَعَلُوا لِي فِي كَدَاءَ رَصَدَا … وَزَعَمُوا أَنْ لَسْتُ أَدْعُو أَحَدَا
وَهُمْ أَذَلُّ وَأَقَلُّ عَدَدَا … هُمْ بَيَّتُونَا بِالْوَتِيرِ هُجَّدَا

Sungguh orang-orang Quraisy yang memusuhimu, mereka menyalahi perjanjian denganmu dan mereka menjadikanku sebagai penghalang, serta mengira bahwa aku bukanlah satu-satunya yang menyeru mereka. Sementara saat ini, mereka dalam keadaan lemah serta jumlah pasukan yang sedikit. Mereka akan terbangun jika mendengar ada keganjilan. Dari narasi tersebut, kemudian Umar bin Salim menambahkan, maka mereka akan memerangi kami dalam keadaan rukuk dan sujud.

Kemudian Rasulullah merespon laporan tersebut dengan bijak, dan beliau menegaskan bahwa Allah telah mendatangkan pertolongan besar kepadanya untuk tidak ada permusuhan lagi. Jawaban demikian itu juga diberikan untuk menampik perkataan Said bin Ubadah tadi bahwa hari Fathu Makah bukanlah hari peperangan yang kejam (yamul malhamah), melainkan akan jadi hari kasih sayang (yaumul marhamah). 

Dalam hadis yang populer Rasulullah berkata:

كذب سعد – أي أخطأ – ولكن هذا يوم يعظم الله فيه الكعبة، ويوم تكسى فيه الكعبة

“Apa yang disampaikan oleh Said bin Ubadah itu tidak benar. Karena pada hari itu Allah telah memuliakan dan menghormati Ka’bah.”

Baca Juga: Hijrah Rasulullah SAW: Perjalanan Menuju Kemenangan

Dalam kitab ‘Uyun al-Atsir karya Syaikh Muhammad, ditambahkan dengan hadits nabi yang merubah perkata Said dengan Yaumul Marhamah. Berikut haditsnya:

يا أبا سفيان، اليوم يوم المرحمة، اليوم أعز الله فيه قريشًا

“Hari itu adalah hari marhamah, yaitu hari dimana Allah memuliakan orang-orang Quraisy.”  

Makna yang bisa diambil dari ajaran Nabi tersebut, bahwa hari kemenangan bukanlah untuk menindas atau membalas dendam. Melainkan untuk menebar kemaslahatan, memberi manfaat dan melindungi semua umat dari kesengsaraan, kemiskinan, ketertindasan, ketidak adilan, dan lain sebagainya.

Muhammad Khoirul Anwar Afa, S.Ud, M.Ag, Dosen Tafsir PTIQ Jakarta dan Ustadz di Cariustadz.id