Teladan Nabi ketika Bersama Anak-anak

Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya menjadi anak-anak yang berbakti, pintar, dan berguna bagi masyarakat kelak. Akan tetapi seringkali harapan mereka tidak sesuai dengan realita. Umumnya, lingkungan sekitar memiliki dampak besar atas perubahan sifat dan sikap seorang anak.  

Akan tetapi, mereka pun berfikir, bila tidak bermain dengan anak-anak lain dan lingkungan sekitar, bagaimana mereka bisa belajar untuk menjadi manusia sosial? Para orang tua pun akhirnya sering bingung menghadapi persoalan ini.

Sebagian dari orang tua ketika merasa geram akhirnya keluar kata-kata kasar, atau mungkin ada yang sampai memukul anak mereka. Sebagai muslim, mungkin akan timbul pertanyaan, “Apakah demikian cara Nabi membesarkan putra putrinya?” Bila tidak, lalu “Bagaimana sikap Nabi ketika bersama dengan anak-anak?” 

Sejauh pengamatan saya, hadist-hadist yang merekam keteladanan beliau kepada anak-anak masih cukup jarang dibahas. Karena itu, akan saya suguhkan sebagian dari keteladanan beliau pada anak. Tujuannya satu, agar kita sebagai orang tua bisa mengikuti akhlak mulia Nabi yang tiada bandingnya. 

Baca Juga: Hikayat dan Hikmah Penyembelihan Ismail

Pertama, ajarkan anak kita sedari awal untuk melakukan shalat. Nabi berpesan: 

مُرُوا أبناءكم بالصلاة لسبِعِ سنينَ، واضْربوهم عليها لعشر سنين، وفرقُوا بينهم فِيِ المضاجع (رواه أحمد)

Perintahkan anak-anakmu melaksanakan sholat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka bila meninggalkan sholat saat memasuki usia 10 tahun, dan pisahkan antara mereka di tempat tidurnya.

Tentu perintah untuk memukul ketika sang anak enggan melaksanakan shalat tidak dengan pukulan yang keras, minimal sang anak bisa sadar akan kewajibannya. Karena itu, mengajak anak untuk melakukan shalat perlu dibiasakan semenjak anak masih kecil. 

Sebagai orang tua, kita diharapkan bisa memperkenalkan kepada anak bahwa menjalankan agama itu mengasyikkan dan menarik hatinya. Bagaimana caranya? 

Ada satu hadist yang menunjukkan betapa Nabi itu mengasyikkan bagi anak kecil ketika sedang shalat. Diriwayatkan dari Abu Qatadah bahwa Nabi saat shalat pernah menggendong Umamah binti Zainab di leher beliau. Ketika beliau sedang ruku’ maupun sujud, Umamah ditaruh di sampingnya. Dan ketika Nabi dalam keadaan duduk, maka Umamah berada di posisi awal lagi (digendong). Ini beliau lakukan sampai shalatnya selesai. (HR. Bukhari Muslim)

Jadi, tugas orang tua tidak hanya berhenti pada memerintahkan mereka shalat saja, akan tetapi mereka juga perlu memberi contoh secara lansung, karena dengan demikian sang anak merasa dekat dengan orang tua.

Kedua, mengajarkan adab dan memberi nama yang baik. Seperti yang dikatakan Imam Ghazali dalam Ihya’nya: 

ومن حقّ الولَد على الوالِد أنْ يحسِن أدّبه ويُحسن أسمه

Di antara hak seorang anak atas orang tuanya adalah mengajarkan akhlak yang mulia dan memberikan nama yang baik. 

Nabi sendiri sangat memberikan perhatian kepada anak-anak mulai dari adab paling dasar, misalnya cara makan dan minum. Dalam hal ini beliau pernah memberi wejangan kepada Umar bin Abi Salamah  ketika sedang makan di sebuah wadah:

يا غُلام سَمّ الله وكُلْ بِيَمينك وكُلْ ممّا يَليك 

Hai nak, ucapkan asma Allah (bismillah), makanlah dengan tangan kanan dan makan makanan yang layak bagimu. 

Ketiga, sering-seringlah mencium anak kecil. Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa suatu hari Nabi mencium cucu kesayangannya, Hasan bin Ali di samping Aqra’ bin Habis at-Tamimi. Aqra’ pun curhat, “Aku punya sepuluh anak tapi tak pernah kuciumi sepertimu ya Rasul.” Nabi menoleh ke arah Aqra’ lalu berpesan: 

مَنْ لا يَرْحَم لا يُرْحَم (روه البخاري)

Siapa yang tidak meyayangi (seseorang atau bahkan hewan.pen) maka ia tidak akan disayangi. (HR. Bukhari) 

Baca Juga: Sejarah Haji dalam Al-Quran

Dalam kesempatan yang lain, ‘Aisyah menceritakan bahwa suatu ketika seorang Badui datang menemui Nabi dan berkata, “Kamu menciumi anak-anakmu, namun saya tidak.” Seolah-olah di sini Badui ini menunjukkan kebiasaannya yang tidak pernah menciumi anaknya. Nabi pun berkata: 

أَوَ أَمْلك لك أنْ نزع الله مِن قَلبك الرّحمة (رواه البخاري)

Ibnu Hajar menjelaskan dalam Fathul Bari-nya bahwa maksud perkataan di atas adalah “Aku tidak mampu menjadikan rahmat atau kasih sayang di hatimu setelah Allah mencabutnya.” Di sini seolah-olah Nabi menyindir halus Badui tadi bahwa apa yang dilakukannya itu (tidak mau mencium anaknya) adalah sesuatu yang kurang tepat.

Demikian sekian dari contoh akhlak Nabi ketika bersama anak-anak kecil. Tentu masih banyak hadist lain yang tidak cukup untuk diceritakan semuanya di sini. Meski demikian, kiranya sedikit tergambar di benak kita bahwa cara Nabi mendidik mereka sangat santai dan santun. Belum pernah—bahkan tidak ada—hadist yang menceritakan bahwa Nabi memarahi anak-anak kecil dengan amarah bahkan cacian sebagaimana dilakukan sebagian orang tua ketika jengkel pada anaknya.

Zaimul Asroor. M.A., Ustadz di Cariustadz.id