Prinsip Manajemen Waktu dalam Islam

Cariustadz.id, – Waktu memiliki peranan yang sangat urgen dalam kehidupan manusia. Pada hakikatnya, semua manusia diberikan waktu oleh Allah swt untuk menjalani kehidupannya di dunia. Ada seseorang yang dalam hidupnya memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dan memperbanyak amalan-amalan sholih. Inilah orang yang berada dalam koridor produktif.

Ada pula seseorang yang diberikan waktu oleh Allah SWT untuk hidup di dunia namun tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya karena banyak waktu yang digunakan untuk hal-hal yang tidak berfaedah. Bahkan yang lebih parah lagi, ada seseorang yang bukan hanya tidak dapat memanfaatkan waktunya dengan baik, justru ia lakukan untuk mengerjakan hal-hal yang negatif dan dilarang oleh Allah SWT. Dan dua contoh terakhir inilah manusia yang berada dalam koridor kehidupan yang salah.

Baca Juga: Menjaga Empati di Masa Pandemi

Orang-orang yang berada dalam koridor yang salah dalam memanfaatkan waktu ini sebenarnya sudah mendapat peringatan akan pentingnya waktu. Misal dalam hadits Nabi Muhammad saw,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ المَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ ” حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَغَيْرُهُ هَكَذَا

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.” (Hadits Hasan, diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan lainnya semisal itu pula). (HR. Tirmidzi, no. 2317; Ibnu Majah, no. 3976)

Dari hadits diatas dapat dipahami secara umum bahwa sesungguhnya manusia dapat menjadi rugi dikarenakan waktu yang Allah swt berikan kepada manusia. Jika manusia lalai atau lebih dominan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat dalam hidupnya maka akan menjadi suatu petaka. Bagaimana tidak, hidup yang seharusnya dijadikan mazro’atul akhiroh (menanam bekal akhirat), justru disia-siakan. Atau memang ingin sengsara hidup di akhirat?

Untuk melihat hadits yang lebih menampar manusia untuk senantiasa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya adalah sebagai berikut, dimana Rasulullah saw pernah bersabda kepada seorang laki-laki dan menasihatinya,

Artinya: “Jagalah lima perkara sebelum (datang) lima perkara (lainnya). Mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu dan hidupmu sebelum matimu.” (HR Nasai dan Baihaqi).

Inti dari Hadits diatas adalah Nabi Muhammad ingin memberikan peneguran kepada manusia yang tidak produktif dan menyepelekan arti sebuah kehidupan. Manusia saat ini tahu benar bahwa mereka diciptakan semata untuk beribadah kepada Allah swt. Menyibukkan diri dengan segala kegiatan peribadahan. Tidak ada alasan untuk membuang-buang waktu. Semua ini menuntut produktifitas manusia. Jika betul memang ingin meraih kedudukan bahagia dunia dan akhirat.

Baca Juga: Bolehkah Menambahkan Kalimat dalam Doa Sapu Jagat?

Sebagai contoh perilaku-perilaku manusia yang dianggap tidak produktif oleh Nabi Muhammad swt terdapat dalam Hadits sebagai berikut:

إِنَّ اللهَ يُحِبُّ ثلَاَثَةَ وَيُبْغِضُ ثَلاَثَةَ، فَأَمَّا مَا يُحِبُّ: فَقِلَّةُ الأَكْلِ، وَقِلَّةُ النَّوْمِ، وَقِلَّةُ الكَلاَمِ، وَأَمَّا مَا يُبْغِضُ: فَكَثْرَةُ الكَلاَمِ، وَكَثْرَةُ الأَكْلِ، وَكَثْرَةُ النَّوْمِ

Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai tiga hal dan membenci tiga hal. Perkara yang dicintai adalah sedikit makan, sedikit tidur, dan sedikit bicara. Sedangkan perkara yang dibenci adalah banyak bicara, banyak makan, dan banyak tidur.” (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman, 5:48).

Banyak tidur, banyak makan dan banyak bicara adalah komponen penghabis waktu yang begitu digemari manusia. Intinya adalah mengisi waktu dengan perihal yang tak bernilai. Tentu masih banyak hal yang tak bernilai yang menjadi contoh dalam kehidupan manusia. Yang perlu disadari lalu dijauhi. Jika tidak, manusia akan rugi segala-galanya. Karena banyak karya yang bisa diselami setiap manusia. Maknanya adalah menyibukkan diri dalam hal produktif, demi hidup yang bahagia dan beruntung. Sebelum terlambat.

M. Riyadi Lubis, SQ, S.Pd, Ustadz di Cariustadz.id