Memahami Bisikan Setan Melalui Penjelasan Al-Ghazali

Penolakan Iblis terhadap perintah Allah untuk bersujud kepada Adam, a.s menyisakan efek hingga berakhirnya dunia ini. Allah dalam banyak kesempatan dalam al-Qur’an memberikan keterangan bahwa setan yang merupakan keturunan Iblis adalah musuh bagi umat manusia, misalnya: “…Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia. (Q.S al-Isra [17]: 53).

Bahkan Syaitan telah berikrar untuk terus menyesatkan keturunan Adam, a.s hingga akhir masa. Salah satu kelebihan Syaitan adalah ia melihat manusia namun manusia tidak melihatnya:

يَٰبَنِيٓ ءَادَمَ لَا يَفۡتِنَنَّكُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ كَمَآ أَخۡرَجَ أَبَوَيۡكُم مِّنَ ٱلۡجَنَّةِ يَنزِعُ عَنۡهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوۡءَٰتِهِمَآۚ إِنَّهُۥ يَرَىٰكُمۡ هُوَ وَقَبِيلُهُۥ مِنۡ حَيۡثُ لَا تَرَوۡنَهُمۡۗ إِنَّا جَعَلۡنَا ٱلشَّيَٰطِينَ أَوۡلِيَآءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ

“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.” (Q.S. al-A’raf [7]: 27)

Baca Juga: Juru Damai dalam Penyelesaian Perselisihan Keluarga

Sebagai manusia yang akan terus dijerumuskan maka kita harus mengetahui langkah apa yang akan dilakukan Syaitan untuk mensukseskan tugasnya. Al-Ghazali (w. 111 M) dalam kitabnya Raudhah al-Thalibin menjelaskan terkait bisiskan Syaitan. Bisikan secara umum menurut beliau adalah jejak-jejak yang muncul dalam hati seorang hamba, lalu mendorongnya untuk bertindak atau meninggalkan sesuatu.

Bisikan tersebut menurut Al-Ghazali terdiri dari empat kategori: Pertama: diciptakan oleh Allah dalam hati manusia sejak semula—tanpa sebab, disebut dengan khatir. Kedua: diciptakan sesuai dengan tabiat manusia disebut dengan nafsu. Ketga: diciptakan mengikuti ajakan setan yang dinisbatkan kepadanya dan disebut dengan waswas. Keempat: diciptakan oleh Allah dan dikenal dengan ilham.

Ketahuilah apa yang dari Allah adalah kebaikan atau keburukan namun sebagai ujian. Segala yang bersumber dari Syaitan adalah keburukan yang menyesatkan sedang bisikan hawa nafsu hanya berupa keburukan meski kadangkala berbentuk kebaikan namun bukan untuk kebaikan itu sendiri.

Al-Ghazali menawarkan solusi bagaimana cara membedakan antara bisikan dari Allah atau yang bersumber dari Syaitan, setidaknya ada tiga timbangan yang berliau tetapkan dan bisa dilakukan secara bertahap mulai dari langkah yang paling awal. Pertama: bandingkanlah dengan syariat yang ada, jika sesuai maka hal tersebut bak. Bila berlawanan—baik berupa keringanan atau kekaburan—berarti ia buruk.

Kedua: sekiranya dalam bisikan tersebut ada contoh dalam perbuatan orang-orang shaleh maka itu adalah kebaikan namun jika tidak maka itu merupakan keburukan. Jika masih belum bisa ditentukan dengan dua langkah awal maka gunakan dengan langkah berikutnya. Ketiga: jika secara alami bisikan tersebut termasuk sesuatu yang digandrungi oleh hawa nafsu dan tidak sesuai dengan perintah Allah maka itu adalah sebuah keburukan.

Iblis hingga keturunannya terus berusaha sekuat tenaga untuk menjerumuskan manusia. Jika Iblis sedemikian kuatnya berusaha maka tentu kita pula harus berusaha sekuat tenaga agar tidak dijerumuskan oleh Iblis. Lihatlah ayat al-Qur’an berikut:

ثُمَّ لَأٓتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ وَعَنۡ أَيۡمَٰنِهِمۡ وَعَن شَمَآئِلِهِمۡۖ وَلَا تَجِدُ أَكۡثَرَهُمۡ شَٰكِرِينَ

“Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (Q.S al-A’raf [7]: 17)

Baca Juga: Hal yang Paling Penting dari Pernikahan dalam Ajaran Islam

Mengomentari ayat ini, Al-Sya’rawi (w. 1998 M) dalam tafsirnya menjelaskan bahwa semua tau jika jumlah arah itu ada enam namun hanya empat yang akan didatangi oleh Iblis sedangkan dua lainnya yaitu arah atas dan bawah tidak. Hal itu menurut beliau karena arah atas melambangkan dimensi keilahian sedangkan arah bawah mengindikasikan dimensi kehambaan. Saat manusia bersujud kepada Allah maka Iblis akan lari dari dua arah tersebut, karena sujud melambangkan ketundukan kepada Allah Yang Maha Agung.

Hasiolan, S.Q, S.Ud , Ustadz di Cariustadz.id