Manfaat Haji bagi yang tidak Melaksanakan Haji

Musim haji tahun ini merupakan kali kedua warga Indonesia tidak mendapat izin dari pemerintah untuk melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci disebabkan ada pandemi covid-19. Tentu upaya pemerintah tersebut atas dasar tujuan yang tepat sebagai bentuk preventif demi terjaganya kehidupan (hifdu al-nafs).

Terlepas dari itu, ada pelajaran hidup yang bisa diambil dari makna haji secara esensial. Mengingat keberadaan haji sebagai rukun Islam kelima sehingga hukumnya wajib bagi setiap muslim yang mampu melaksanakan. Namun tetap penting dimaknai bagi setiap muslim yang tidak melakukannya, baik karena belum mampu atau terdapat suatu halangan, termasuk era pandemi ini.

Tujuan penting dari ibadah haji sebagaimana disampaikan dalam Al-Qur’an surah al-Hajj ayat 28:

لِّيَشْهَدُوْا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْلُوْمٰتٍ

Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah di hari-hari yang telah ditentukan…

Baca Juga: Menyikapi Perbedaan dalam Ajaran Islam

Manfaat yang ada di dalam ibadah haji ini yang memberi makna penting untuk meningkatkan kualitas manusia menjadi hamba yang bertakwa. Karena pada prinsipnya, semua ibadah dalam Islam selain memiliki dimensi vertikal tetapi juga horizontal. Termasuk ibadah haji dengan semua amaliyah yang dilakukan di dalamnya.

Karena sebab itu, maka doa yang diajarkan ketika selesai melaksanakan haji adalah:

ربنا أتنا في الدنيا حسنة وفي الأخرة حسنة وقنا عذاب النار

Ya Allah, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.”

Praktik-praktik penting dalam ibadah haji secara esensial maupun terlihat bisa saja dilaksanakan bagi setiap muslim yang belum mampu melaksanakan haji. Sehingga tetap bisa mengambil kesempatan berharga dari ibadah haji. Di antara amalan-amalan tersebut berikut uraiannya:

Pertama, Puasa Arafah. Bagi yang berhaji bisa melaksanakan wukuf di Arafah dengan mendapatkan pahala terhapusnya dosa-dosa yang telah dilakukan. Namun bagi yang tidak sedang melaksanakan haji bisa melakukan puasa hari Arafah dan dijanjikan akan mendapat pahala yang sama. Terkait ini nabi Muhammad pernah bersabda:

 ما من يوم أكثر من أن يعتق فيـه عبدًا من النار من يوم عرفة،

“Pada hari Arafah banyak hamba yang dibebaskan dari api neraka oleh Allah daripada hari-hari lain.”

Kedua, pahala sepuluh hari pertama di bulan Zulhijjah. Bukan rahasia lagi, kalau sepuluh hari pertama di bulan Zulhijjah dijadikan sebagai ladang pahala untuk umat Islam. Imam Nawawi dalam kitabnya Al-Azkar menuliskan beberapa keutamaan tersebut sembari menganjurkan agar umat muslim memperbanyak zikir pada hari-hari itu karena pahalanya sangat besar.

Pendapat tersebut juga didukung perintah Nabi berikut:

 ما من أيام أعظم عند الله تعالى ولا أحب إلى من العمل فيهن من هذه الأيام العشر فأكثروا فيهن من التهليل والتكبير والتحميد

“Sepuluh hari pertama di bulan Zulhijjah merupakan hari yang paling agung di sisi Allah dan Dia sangat mencintai segala amal baik yang dilakukan pada hari-hari itu. Maka perbanyaklah di sela-sela amalan itu dengan membaca tahlil, takbir dan tahmid.”

Ketiga, memperbanyak shalat sunnah (nawafil). Bagi mereka yang sedang melakukan haji dianjurkan untuk memperbanyak shalat nawafil di Masjid Nabawi. Namun bagi yang tidak melaksanakan juga memperoleh kesempatan demikian dengan memperbanyak shalat sunnah pada bulan haji baik di rumah maupun di masjid.

Keempat, persatuan di antara umat muslim. Karena haji dilaksanakan di satu tempat saja yang didatangi oleh umat muslim dari berbagai penjuru dunia, maka yang terjadi adalah persatuan di antara mereka. Masing-masing berangkat atas dasar yang sama, yaitu melaksanakan rukun Islam kelima. Sehingga dalam pelaksanaannya sangat dilarang berkata jorok, berbuat maksiat dan bertengkar (QS. Al-Baqarah 197).

Baca Juga: Dua Alasan Pentingnya Akhlak Mulia Bagi Setiap Muslim

Kelima, berlatih hidup meninggalkan duniawi. Dalam ibadah haji, di antara esensi yang diajarkan adalah melepaskan harta benda duniawi. Prinsip ini bisa dilihat dari semua rukun-rukun ibadah haji, mulai dari ihram, sa’i, lempar jumrah, dan lain sebagainya.

Keenam, berkurban. Bagi siapa saja yang tidak sedang melaksanakan haji baik karena belum mampu atau karena halangan bisa saja melaksanakan kurban. Yang notabenenya merupakan syariat Islam dan pahala yang dijanjikan sudah sangat maklum diketahui.

Ini artinya, bagi yang tidak sedang melaksanakan haji tetap memiliki kesempatan menjalankan poin-poin penting dari esensi ibadah haji. Sehingga ibadah haji yang dilaksanakan pada bulan Zulhijjah saja tetap bisa bermakna untuk kehidupan umat muslim yang pada akhirnya mengantarkan pada peningkatan ketakwaan.

Muhammad Khoirul Anwar Afa, S.Ud, M.Ag, Dosen PTIQ Jakarta dan Ustadz di cariustadz.id