Kisah Kehamilan dalam Al-Qur`an dan Harapan Memiliki Anak

Memiliki seorang anak adalah impian banyak orang, khususnya wanita. Memiliki anak merupakan sebuah proses panjang yang diawali dengan akad pernikahan, kemudian kehamilan lalu melahirkan. Usia Kehamilan wanita hingga melahirkan minimal terjadi selama 6 bulan dan biasanya hingga 9 bulan.

Menurut ilmu kedokteran ada beberapa wanita yang tidak mungkin mengalami kehamilan lagi. Diantaranya adalah wanita yang sudah putus haidnya (menopause). Masa menopause biasanya terjadi pada usia kurang lebih 50 tahun. Pada masa tersebut kadar luteinizing hormone (LH) dan follicle hormone (FSH) seorang wanita  tetap tinggi, namun kadarestrogen dan progesteron tetap rendah. Ketidakseimbangan hormon ini membuat ovarium tidak melepaskan sel telur. Sehingga haid berhenti total dan tidak dapat mengalami kehamilan lagi.

Kehamilan pada wanita juga tidak mungkin terjadi tanpa adanya pembuahan. Pembuahan adalah proses bertemunya sel sperma dari pria dengan sel telur wanita. Artinya kehamilan biasanya disebabkan oleh hubungan seksual antara laki-laki dan wanita. Kehamilan juga sangat sulit terjadi bagi wanita atau laki-laki yang mengalami kemandulan. Mandul adalah gangguan kesuburan yang terjadi pada seorang laki-laki atau wanita yang disebabkan oleh banyak hal, mulai dari gaya hidup tidak sehat atau karena penyakit tertentu.

Baca Juga: Hal yang Paling Penting dari Pernikahan dalam Ajaran Islam

Namun, Al-Qur`an memiliki kisah kehamilan yang berbeda dengan keadaan-keadaan yang berkenaan dengan kehamilan di atas. Paling tidak ada 3 kisah menakjubkan dan mengagetkan tentang kehamilan yang secara akal tidak mungkin terjadi.

Ada kisah kehamilan wanita yang sudah menopause yaitu istri Nabi Ibrahim yang bernama Sarah. Ada kisah kehamilan wanita yang sebenarnya mengalami kemandulan, yakni istri Nabi Zakariyah yang bernama Hanan. Adapun yang ketiga adalah kisah kehamilan Sayyidah Maryam yang tidak pernah menikah dan belum disentuh oleh seorang laki-laki.

Kisah kehamilan dan akan hadirnya anak dari istri Nabi Ibrahim diabadikan oleh Allah dalam Al-Qur`an surat al-Hijr ayat 51-56 dan surat Hud ayat 69-73. Kisah kehamilan dan akan lahirnya anak dari pasangan Nabi Ibrahim dan Sarah menjadi kabar gembira sekaligus mengagetkan. Allah mengisahkan bahwa Nabi Ibrahim ketika menerima kabar tersebut berkata,

قَالَ أَبَشَّرْتُمُونِي عَلَى أَنْ مَسَّنِيَ الْكِبَرُ فَبِمَ تُبَشِّرُونَ [الحجر/54]

Dia (Ibrahim) berkata, “Benarkah kamu memberi kabar gembira kepadaku padahal usiaku telah lanjut, lalu (dengan cara) bagaimana kamu memberi (kabar gembira) tersebut?”

Lalu malaikat yang datang memberi kabar tersebut menjawab,

قَالُوا بَشَّرْنَاكَ بِالْحَقِّ فَلَا تَكُنْ مِنَ الْقَانِطِينَ  [الحجر/55]

 (Mereka) menjawab, “Kami menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah engkau termasuk orang yang berputus asa.”

Istri Nabi Ibrahim juga menampakkan keheranannya akan berita tersebut, tepatnya dikisahkan dalam surat hud ayat 72 dan 73,

قَالَتْ يَا وَيْلَتَى أَأَلِدُ وَأَنَا عَجُوزٌ وَهَذَا بَعْلِي شَيْخًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عَجِيبٌ (72) قَالُوا أَتَعْجَبِينَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ رَحْمَتُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ إِنَّهُ حَمِيدٌ مَجِيدٌ (73) [هود/72، 73]

Dia (istri Nabi Ibrahim ) berkata, “Sungguh ajaib, mungkinkah aku akan melahirkan anak padahal aku sudah tua, dan suamiku ini sudah sangat tua? Ini benar-benar sesuatu yang ajaib.” Mereka (para malaikat) berkata, “Mengapa engkau merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat dan berkah Allah, dicurahkan kepada kamu, wahai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji, Maha Pengasih.

Kisah kehamilan selanjutnya adalah kisah kehamilan istri Nabi Zakariya bernama Hanan yang dikisahkan oleh Allah dalam surat Maryam. Saat dikabarkan oleh Allah bahwa Nabi Zakariya akan memiliki seorang anak laki-laki, maka dia merasa kaget, karena dia sendiri sudah tua dan istrinya dalam keadaan mandul. kisah ini sebagaima firman Allah,

يَا زَكَرِيَّا إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَامٍ اسْمُهُ يَحْيَى لَمْ نَجْعَلْ لَهُ مِنْ قَبْلُ سَمِيًّا (7) قَالَ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا وَقَدْ بَلَغْتُ مِنَ الْكِبَرِ عِتِيًّا [مريم/7، 8]

(Allah berfirman), “Wahai Zakaria! Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan seorang anak laki-laki namanya Yahya, yang Kami belum pernah memberikan nama seperti itu sebelumnya”. Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana aku akan mempunyai anak, padahal istriku seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai usia yang sangat tua?”

Abul Fida` Ismail bin Umar bin Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an al-‘Adzim mengutip ungkapan Ibnu Abbas bahwa istri Nabi Zakariya sejak awal memang tidak pernah memiliki anak, sehingga dia disebut oleh Nabi Zakariya dengan ungkapan Imroati `Aqiran. Keheranan mereka akan hadirnya seorang anak disebabkan kemandulan. Beda halnya dengan Nabi Ibrahim dan istrinya, keheranan mereka bukan karena kemandulan, tapi karena usia yang sudah sama-sama tua. Karena sebelumnya mereka telah memiliki anak yang bernama Nabi Ismail.

Selain dua kisah kehamilan di atas, ada lagi kisah kehamilan yang sangat tidak masuk akal, yaitu kehamilan Sayyidah Maryam. Bagaimana dia tidak heran akan lahirnya seorang anak dari dirinya, padahal dirinya tidak memiliki suami. Kisah ini tertulis dalam Al-Qur`an Surat Maryam. Pada ayat 19-21 dikisahkan sebagai berikut,

قَالَ إِنَّمَا أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ لِأَهَبَ لَكِ غُلَامًا زَكِيًّا (19) قَالَتْ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّا (20) قَالَ كَذَلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَلِنَجْعَلَهُ آيَةً لِلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِنَّا وَكَانَ أَمْرًا مَقْضِيًّا (21) [مريم/19-21]

Dia (Jibril) berkata, “Sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu, untuk menyampaikan anugerah kepadamu seorang anak laki-laki yang suci.” Dia (Maryam) berkata, “Bagaimana mungkin aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada orang (laki-laki) yang menyentuhku dan aku bukan seorang pezina!”. Dia (Jibril) berkata, “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku, dan agar Kami menjadikannya suatu tanda (kebesaran Allah) bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu urusan yang (sudah) diputuskan.

Baca Juga: Juru Damai dalam Penyelesaian Perselisihan Keluarga

Dari tiga kisah kehamilan di atas yang diabadikan dalam Al-Qur`an, kita dapat mengambil pelajaran bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah. Meskipun kehamilan wanita-wanita dalam kisah di atas secara akal tidak mungkin, secara medis sulit terjadi, namun ketika Allah telah berkehendak, maka tidak ada yang dapat menghalangi kehendak Allah.

Kisah-kisah tersebut juga bisa menjadi motivasi bagi pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak. Meskipun sudah diputuskan mandul atau tidak kunjung hamil, maka selain ikhtiar maksimal, harus banyak berdoa dan meminta kepada Allah, kemudian bertawakal. Barangkali keajaiban-keajaiban kehamilan yang terjadi kepada 3 wanita sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur`an juga bisa terjadi kepada wanita lain. Wallahu A’lam.

Ahmad Muzakki, S.Sy, M.H, Ustadz di cariustadz.id