Kita sering mendengar adagium bahwa buku adalah jendela dunia. Cara untuk membuka jendela itu adalah dengan membacanya. Karena keistimewaan membaca inilah, ayat yang pertama kali diturunkan oleh Allah kepada Rasulullah adalah perintah untuk membaca. Di gua Hira Nabi Muhammad saw menerima wahyu surah Al-’Alaq ayat 1-5:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Kata perintah iqra’ dalam ayat di atas tidak hanya sebatas perintah membaca sesuatu yang tertulis dalam buku atau lembaran tulisan, tetapi lebih dari itu yaitu membaca segala sesuatu yang terbentang di alam semesta ini. Semakin sering kita membaca semakin bertambah pengetahuan. Membaca membuat kita bisa menjelajahi menembus batas ruang dan waktu. Apalagi teknologi internet yang sudah bisa diakses oleh semua kalangan memudahkan siapapun untuk menggali berbagai ilmu pengetahuan.
Dalam Al-Quran untuk mengungkapkan pekerjaan membaca kitab suci biasanya menggunakan kata talā – yatlū beserta varian derivasinya. Seperti disebutkan dalam Q.S Al-Ankabut (29):45 dan Q.S Al-Kahfi (18): 27. Di samping itu, kata ini juga memiliki makna lain. Allah berfirman:
“Orang-orang yang telah Kami berikan Al kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. dan Barangsiapa yang ingkar kepadanya, Maka mereka Itulah orang-orang yang rugi.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 121)
Menurut Al-Raghib Al-Ashfahani makna yatlūnahū dalam ayat ini mengikuti dengan ilmu dan amal. Artinya ketika kita membaca kitab suci tidak hanya membaca teks saja tapi harus memahami dan mengamalkan isinya dalam kehidupan nyata.
Dr. Ali Nurdin, M.A, Pimpinan Cariustadz.id
Tertarik mengundang ustadz Dr. Ali Nurdin, M.A? Silahkan klik disini