Tarekat – Hakikat

QNA

Tanya:
Di dalam Islam dikenal dengan istilah syariat, tarekat, dan hakikat. Pertanyanyaan saya adalah:

1. Apakah jika ingin sampai ke dalam pemahaman hakikat kita harus menempuh tarekat? Atau dapatkah kita sampai kedalam pemahaman hakikat tanpa harus menempuh tarekat?
2. Sekiranya jalan yang harus ditempuh itu harus melalui tarekat, dari beberapa tarekat yang ada, mana yang berkesesuaian dengan sunnah nabi?

[Andi Arief S – via formulir pertanyaan]

Jawab:
Kata “tarekat” terambil dari bahasa Arab thariqah yang berarti jalan atau cara. Dalam ajaran tasawuf, tarekat adalah jalan atau cara yang harus ditempuh oleh seorang salik [orang yang menempuh jalan menuju Tuhan], yakni dengan menyucikan hati sehingga dapat mendekat sedekat mungkin pada Allah swt. Setiap salik harus terlebih dahulu mengamalkan syariat. Sedangkan hakikat adalah buah atau hasil tarekat.

Tidak ada tarekat tanpa mengamalkan syariat. Sebagian ulama berkata: “Hakikat tanpa syariat batal dan syariat tanpa hakikat kosong” [Amin Al Kurdi, 1994: 364-365].

Tarekat sangat banyak ragamnya. Tarekat yang memenuhi syarat dari segala seginya sesuai dengan al-Quran dan as-Sunnah dinamakan “Tarekat Mu’tabarah”. Dan jika demikian halnya tarekat semacam ini dapat dibenarkan. Sedangkan yang tidak memenuhi syarat, apalagi yang tidak mengamalkan tuntunan syariat atau memunyai keyakinan yang menyimpang dari akidah, tentu saja tidak dapat dibenarkan. Jika Anda ingin mengamalkan tarekat pelajarilah terlebih dahulu agar tidak terseret kepada ajaran yang sesat dan bid’ah.

[Pusat Studi Al-Quran]