Keutamaan Sahur Untuk Menjaga Stamina dan Kesehatan Mental

Menjalankan ibadah puasa ramadan tak ubahnya sedang berproses membiasakan varian kebaikan yang disiapkan Allah. Makan sahur menjadi salah satu diantara sekian kebaikan yang bisa dibiasakan. Selain dalam upaya menjaga stamina fisik selama berpuasa, sahur juga memelihara kesehatan mental seorang Muslim. Tidak serta merta sebagai aktivitas makan biasa, sahur memiliki banyak hikmah di dalamnya.

Seseorang yang melakukan sahur sebelum fajar telah mencoba memotivasi dirinya sendiri agar lebih kuat menjalankan puasa. Sebab, beribadah puasa bukan berarti menyingkirkan aktivitas atau pekerjaan sehari-hari. Kesibukan dan rutinitas harian harus tetap berjalan selama puasa berlangsung. Meskipun tengah beribadah puasa tetap harus berkomitmen untuk menjalani aktivitas lain seperti biasanya. Kendati kemudian porsinya mungkin berbeda dari biasanya.

Keutamaan Sahur

Seperti dikutip Quraish Shihab bahwa sahur adalah makan atau minuman yang disantap oleh seseorang yang akan berpuasa pada malam hari beberapa saat sebelum terbit fajar (Shihab, 2016: 155). Santap sahur boleh disebut sebagai rangkaian ibadah puasa yang lebih bermakna. Selain lebih serius dalam persiapan diri sebelum puasa, sahur juga menjadi amalan sunnah yang sangat dianjurkan.

Ada banyak sekali keutamaan dari sahur jika dibiasakan. Di antaranya, dapat memelihara kesehatan fisik seseorang dan meningkatkan mental spiritualnya selama puasa. Dari sisi waktu, sahur juga dapat memotivasi diri lebih giat dalam mendirikan shalat malam. Tidak berlebihan jika saat sahur menjadi waktu terbaik untuk bermunajat kepada Allah.

Sebuah hadis menyatakan bahwa sahur yang dianjurkan itu mengandung keberkahan (HR. Bukhari). Rasulullah Saw. juga melakukan sahur saat ramadan. Andai saja beliau tidak pernah sahur, umat muslim tentu menilai sahur bukan sunnah. Hal ini berarti sahur sebagai bentuk kasih sayang beliau terhadap umatnya. Selain itu, juga menjadi bekal tenaga menjalankan varian ibadah sunnah lain selama berlangsungnya ibadah puasa (nuonline, 2021).

Pada santap sahur ini pula, puasa kita menjadi berbeda dengan puasanya Ahli Kitab (HR. Muslim). Kendati mereka juga diwajibkan berpuasa, tetapi mereka tidak sahur sebagaimana kita. Ini menjadi salah satu keutamaan anjuran sahur bagi setiap muslim yang menjalankan ibadah puasanya.

Upaya Menjaga Stamina dan Kesehatan Mental

Banyak diantara kita terkadang merasa malas untuk sahur. Entah karena alasan susah bangun, atau karena faktor lain. Persoalan yang timbul kemudian adalah menganggap sahur tidak berarti apa-apa terhadap ibadah puasa. Hal demikian dikhawatirkan menimbulkan sebagian menilai sahur atau tidak sahur sama saja. Padahal jelas di atas telah dipaparkan hukum dan keutamaannya.

Jika dilihat dari sisi mana yang lebih unggul, tentu orang mungkin lebih mengapresiasi mereka yang berpuasa tanpa makan sahur. Sebab, Ia berhasil menjalankan ibadah menahan lapar dan haus seharian sampai maghrib tanpa bekal asupan makanan. Tetapi, Islam tidak demikian. Justru yang dinilai lebih utama dan bernilai adalah ibadah puasa yang disertai sahur sebelumnya (nuonline, 2021).

Bahkan, ditegaskan jangan sampai ibadah puasa menimbulkan dampak negatif bagi pelakunya. Islam tidak menghendaki apa yang disyari’atkan agama justru memberatkan (Qs. al-Hajj [22]: 78). Makan sahur dianjurkan untuk memastikan ibadah puasa berjalan lancar. Inilah fungsi yang diharapkan dari sahur itu sendiri. Dengan bersahur, kesehatan orang yang berpuasa akan terpelihara (Shihab, 2016: 156). 

Seseorang yang membiasakan santap sahur, akan terbiasa pula menjalankan ibadah shalat malamnya. Karena bersamaan waktunya, makan sahur dan shalat tahajud menjadi satu kesatuan yang nyaris sulit terpisahkan. Kita dianjurkan memanfaatkan sebagian malam saja. Bangun untuk sahur menjadi momentum untuk selalu shalat tahajud yang berfungsi meningkatkan kesehatan mental (buletin.k-pin.org, 2022).

Dengan bersahur, seseorang akan terbiasa mengamalkan ragam kesunnahan. Selain shalat malam, memungkinkan untuk menambah amalan seperti berzikir, bermunajat kepada Allah, tilawah al-Qur’an, dan ragam aktivitas positif lainnya yang benilai sunnah. Sehingga, varian amalan sunnah itu tidak tersia-siakan dari malam ke malam berikutnya.

Setelah sahur misalnya, tidak dibenarkan untuk tidur kembali. Karena dapat berpotensi menimbulkan kesehatan bermasalah. Masalah kesehatan seperti sembelit, kenaikan berat badan, dan gerd adalah sebagian di antaranya (halodoc.com, 2022). Untuk menghindari masalah tersebut, kita dianjurkan untuk mengakhirkan sahur. Supaya jeda tunggu antara sahur terhadap shalat subuh tidak terlalu lama.

Suatu ketika sahabat Zaid bin Tsabit bercerita pernah makan sahur bersama rasulullah Saw. Ia kemudian bertanya, “Berapa lama (waktu) antara azan (subuh) dan sahur?”. Beliau menjawab: “Sebanyak ukuran bacaan lima puluh ayat.” HR. Bukhari

Hadis tersebut dapat dipahami sebagai bentuk tuntunan kepada kita dua hal. Pertama, kita dianjurkan sahur di sepertiga akhir malam menjelang fajar. Sehingga, tidak terlalu lama jarak antara makan dengan permulaan ibadah puasa. Kedua, setelah sahur dilarang untuk tidur lagi. Karena pendeknya waktu antara sahur dan shalat subuh, dianjurkan mengisi waktu tersebut dengan sunnah lain setelah sahur.  Semoga kita semua dimudahkan oleh Allah untuk meraih keberkahan dan keutamaannya. Wallahu A’lam.

Abdul Fatah, S.Ud., M.Ag., Ustadz di Cari Ustadz

Tertarik mengundang ustadz Abdul Fatah, S.Ud., M.Ag.? Silahkan klik disini