Amalan yang Bisa Mengantarkan Seseorang Ke Surga

Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Muaz ibn Jabal pernah mengajukan pertanyaan kepada Nabi Muhammad tentang amalan yang bisa mengantarkan seseorang ke surga dan menjauhkan dirinya dari siksaan neraka. Pertanyaan Muaz ini dinilai oleh Nabi sebagai pertanyaan yang luar biasa. Nabi Muhammad menjawab pertanyaan Muaz ini dengan lima amalan, “hambakan dirimu hanya kepada Allah semata dan jangan pernah sekutukan Ia dengan suatu apapun. Dirikan shalat dengan sempurna, bayarkan zakat, tunaikan ibadah puasa pada bulan Ramadhan, dan tunaikan ibadah haji ke Baitullah.”

Versi lengkap dari hadis ini bisa dirujuk dalam kitab Arba’in an Nawawiyah susunan Imam An Nawawi dan juga kitab Musnad Imam Ahmad. Ada beberapa amalan tambahan (sunnah) yang diajarkan Nabi kepada Muaz sebagai penguat dari pertanyaannya sebelum ini. “Muaz, maukah engkau aku tunjukkan kunci dari semua amalan di atas?” Dengan sigapnya, Muaz menjawab mau ya Rasulallah. Pada kesempatan itu, Nabi Muhammad bertutur “kuffa ‘alaika haza (tahan/jaga ini, seraya beliu menunjuk pada lisan beliau).” Muazpun menimpali pernyataan Nabi dengan ungkapan “apakah seseorang akan dihukum dengan kalimat yang diucapkannya?” Nabi Muhammad agak kaget dengan kalimat Muaz ini, beliau melanjutkan “tsakilatka ummuka (malangnya Ibu-mu jika engkau berpikiran seperti itu. Tidaklah seseorang dicampakkan ke dalam neraka melainkan buah dari lisannya”.

Riwayat di atas menggambarkan begitu besarnya peran lisan bagi amal seseorang, ia menjadi kunci bagi amalan lain. Tidak ada seorangpun yang bisa memastikan amal apa saja yang diterima Allah. Oleh karena itu, seorang muslim yang bijak mesti menaruh perhatian pada hal-hal yang bisa merusak nilai ibadahnya. Dalam QS. Al Baqarah; 264 diterangkan “Hai orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima”. Ayat ini sangat tegas menginformasikan bahwa pahala sedekah yang ditunaikan tidak berbuah apa-apa jika diiringi dengan kata-kata yang menyakiti si penerima.  

Dalam Shahih Muslim termaktub satu riwayat yang menggambarkan ciri seorang yang bangkrut di akhirat kelak. Ciri orang bangkrut yang disebutkan Nabi Muhammad pada hadis ini adalah sosok orang shalih secara ritual (individual), ia tunaikan ibadah shalat, rutin puasa, disiplin bayar zakat. Namun disayangkan mereka tidak dinilai shaleh secara sosial, hal ini ditandai dengan suka caci maki, kalimat yang keluar dari lisannya kasar, suka memfitnah, makan harta dengan cara yang tidak sah, dan sampai menumpahkan darah. Akibat lisan yang menyakiti orang lain, pahala amal ibadah yang ditunaikan akan diberikan kepada orang yang disakiti, difitnah, dihinakan tersebut. Semakin banyak kesalahan social dibuat semakin besar transferan pahala kepada orang lain. Dengan demikian ‘saldo’ kebaikan bisa habis jika terlalu sering ditransfer kepada orang lain.

Agar tidak termasuk ke dalam kelompok orang yang merugi maka salah satu yang sangat harus diperhatikan adalah menjaga lisan. Ucapan yang kotor dan menyakiti hati orang lain, pasti akan disesali oleh si pengucapnya, cepat atau lambat. Sahabat Abu Ayub al Anshari pernah menceritakan ada tiga hal yang dipesankan oleh Nabi Saw. kepada salah seorang sahabat yang bertanya kepada beliau. Salah satu yang dipesankan adalah ‘Jangan engkau ucapkan satu kata yang akan engkau sesali di kemudian hari’

Kalimat kotor, kasar, hinaan, cacian pasti akan disesali oleh si penuturnya, cepat atau lambat, kalaupun tidak disesali di dunia maka penyesalan akan tumbuh di alam akhirat. Selektif dalam memilih kata, bijak dalam bersikap merupakan cara jitu untuk mempertahankan saldo pahala kita. Jika kalimat yang akan diucapkan mengandung kebaikan, ucapkan dan sampaikanlah. Namun, jika masih ragu akan kebenaran satu hal, diamlah dan jangan ucapkan karena semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya. Semoga kita diberi taufik dan hidayah oleh Allah untuk senantiasa bisa menjaga lisan agar tidak menyesal di masa mendatang.

Syahrul Rahman, M.A,  Ustadz di Cariustadz

Tertarik mengundang Syahrul Rahman, M.A? Silakan klik disini