Akidah Shahihah

Jamaah Jumat yang berbahagia,
Pada suatu hari Rasulullah saw. sedang berkumpul bersama para sahabat di sekelilingnya. Lalu datanglah seorang yang sangat hitam rambutnya, juga sangat putih bajunya. Tak terlihat sama sekali wajah orang yang sedang melakukan perjalanan jauh. Karena biasanya, orang yang datang di daerah gurun pasir dan melakukan perjalanan jauh pastilah terlihat berkeringat, kusut, lelah, dan sebagainya.

Kemudian orang ini mendekati Rasulullah saw., dan bersimpuh di hadapan beliau. Mendekatkan lututnya ke lutut Rasulullah saw., kemudian meletakkan tangannya di atas paha beliau. Kemudian berkata “Ya Muhammad, beri tahu saya apa itu iman?”

Kemudian rasul pun menjawab “Iman itu adalah percaya kepada Allah swt., percaya kepada malaikat-malaikat utusan-Nya, percaya kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah swt., percaya kepada rasul-rasul-Nya, percaya kepada adanya hari akhir, dan yang terakhir, percaya kepada takdir baik dan buruk.

Dan orang yang bertanya itu langsung menimpal, ‘Benar, kau wahai Muhammad!’ Sontak para sahabat yang berada di dekat Rasul heran, “Mengapa dia yang bertanya, tapi ia pula yang menjawab benar?!”

Tak berapa lama, orang tersebut kembali bertanya kepada Rasul, “Wahai Muhammad beritahu aku apa itu Islam?“. Maka Rasulullah saw. menjawab “Islam itu adalah kau bersaksi bahwa tak ada tuhan yang patut disembah kecuali Allah swt., dan mengakui aku sebagai rasul-Nya, yang kedua kau dirikan salat, yang ketiga menjalankan puasa, yang keempat kau bayarkan zakat, dan yang kelima kau pergi haji jika kau mampu.”

Dan orang itu kembali berkata “Benar kau wahai Muhammad!” Sahabat kembali heran dengan orang tersebut. Sudah dua kali ia bertanya, dan dua kali pula ia membenarkan jawaban Rasul.

Orang itu pun kembali bertanya “Ya Muhammad, apa itu ihsan?” Yang dijawab Rasul “Ihsan adalah kau sembah Allah swt. seakan-akan kau melihatnya. Dan bila kau tak bisa melihat di depan mata, ketahuilah dan percayalah bahwa Allah swt. melihatmu.

Dan disambut dengan perkataan “Benar kau Muhammad” oleh ia yang bertanya. Maka sekeliling rasul makin heran. Lalu orang tersebut lalu pergi meninggalkan majelis itu . Sesaat setelah keluar, Rasul bertanya kepada para sahabatnya, “Tahukah kau siapa tadi yang datang bertanya kepadaku?”

Sahabat menjawab “Hanya Allah dan rasul-Nya yang tahu siapa orang tadi.” Dan rasul menjawab “Itu tadi adalah malaikat Jibril yang datang. Dialah yang datang mengajarkan agama kamu, akidah kamu yang sebenar-benarnya.”

Untuk membuktikannya Rasul meminta sahabatnya untuk segera keluar mencari orang dengan ciri-ciri yang tadi sempat bertanya kepada Rasul, yang tak mereka temukan kembali.

Jamaah yang dimuliakan Allah,
Itulah akidah kita yang sebenarnya. Itulah yang sebenarnya dari agama kita. Yang namanya akidah dan keimanan itu percaya kepada Allah swt., percaya pada malaikat-malaikat-Nya, percaya pada kitab-kitab-Nya, percaya pada rasul-Nya, percaya pada akhirat, dan percaya dengan takdir.

Bila ada siapapun yang menambahkan rukun iman tersebut, atau juga menguranginya, jangan dipercaya. Sebab ini sudah dalam hadits yang sahih sampai malaikat Jibril sendiri yang menyamar sebagai manusia untuk mengajarkan rukun iman kepada Nabi Muhammad saw.

Yang kedua diajarkan malaikat Jibril adalah rukun Islam. Rukun Islam itu lima. Jangan ditambah-tambah. Tidak ada tuhan selain Allah, dan Muhammad saw. adalah utusan-Nya. Jangan ditambah-tambah. Jangan pula dikurangi, hanya beriman kepada Allah saja. Tak akan sempurna syahadat tersebut.

Rukun Islam berikutnya mendirikan salat. Salat itu menjadi kewajiban. Dan setiap individu yang mengaku muslim harus melaksanakan kewajiban tersebut. Salat 5 kali dalam sehari yang wajib dilakukan. Kemudian berpuasa, di bulan Ramadhan. Jangan dikurangi, harus 1 bulan penuh. Dan jangan anggap ada puasa lain yang hukumnya wajib.

Yang keempat adalah menunaikan zakat. Zakat itu wajib. Ada kewajiban untuk mengambil sebagian dari harta kita untuk dizakatkan kepada mereka yang membutuhkan, sesuai dengan takaran yang telah ditentukan Rasul. Dan yang terakhir adalah berhaji ke Mekah.

Dan yang ketiga, yang diajarkan mailat Jibril, ihsan. Ihsan adalah tingkatan yang paling tinggi. Lebih dari sekedar iman, lebih dari sekedar Islam. Ihsan adalah perasaan bahwa kita selalu diawasi dan diamati oleh Allah swt. Kita harus khusyuk, sopan, santun di depan Allah swt. Seandainya kau tak bisa, kita harus yakin bahwa Allah swt. selalu melihat kita.

Di tengah-tengah banyaknya aliran-aliran yag muncul, yang tidak sesuai dengan tiga pelajaran yang langsung disampaikan malaikat Jibril, maka kita harus kembali kepada ajaran rasulullah saw. Kita selalu menasehati keluarga kita, saudara-saudara kita agar kita tak terjerumus.

Disampaikan oleh Dr. Syaerozi Dimyati, MA saat mengisi khutbah Jumat di Bellagio Mall pada 15 Januari 2016.