Tanggung Jawab Sebagai Sikap Seorang Muslim

Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab berarti juga berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.

Contoh yang indah dapat kita lihat dari perkataan Umar bin al-Khattab yang saat itu menjabat sebagai khalifah, “Seandainya seekor keledai terperosok di kota Baghdad nicaya Umar akan dimintai pertanggungjawabannya, seraya ditanya : Mengapa tidak meratakan jalan untuknya ?” Itulah dua dari ribuan contoh yang pernah dilukiskan para salafus sholih tentang tanggungjawab pemimpin di hadapan Allah kelak.

Pada prinsipnya tanggungjawab dalam Islam mengenai semua orang atas perbuatan yang ia lakukan sebagaimana Allah firmankan:

كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ

 “Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya”

Orang yang bertanggung jawab tidak akan pernah lari dari konsekuensi atas apa yang pernah ia putuskan atau lakukan. Semua resiko yang lahir dari kesalahan yang diperbuat akan dipikulnya dengan penuh kehati-hatian agar tidak muncul kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Seorang yang bertanggung jawab akan menegakan kepala ketika ia diminta untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan

Sebagai pengejawatahan dari rasa tanggung jawab semestinya setiap manusia apapun statusnya pertama harus bertanya kepada dirinya sendiri apa yang mendorongnya dalam berperilaku, bertutur kata, dan merencanakan sesuatu. Apakah perilaku itu berlandaskan akal sehat dan ketakwaan, atau malah dipicu oleh pemujaan diri, hawa nafsu, dan ambisi pribadi. Jika manusia dapat menentramkan hati nuraninya dan merespon panggilan jiwanya yang paling dalam, maka dia pasti bisa bertanggungjawab kepada yang lain. Allah SWT berfirman;

إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” 

Seorang yang cerdas selayaknya merenungi hal ini sehingga tidak meremehkan perbuatan baik sekecil apapun dan tidak gegabah berbuat dosa walau sekecil biji sawi. Mengapa demikian? Karena sekecil apapun amal buruk yang dilakukan pasti akan diminta tanggung jawab di akherat kelak.

Mata yang kita miliki sehingga kita dapat melihat dan mengindentifikasi sesuatu, kemudian telinga yang kita miliki sehingga kita dapat mendengarkan kebaikan untuk ditransformasikan ke dalam hati dan fisik kita, serta kalbu yang kita miliki sehingga kita dapat merasakan, memutuskan, dan menjatuhkan pilihan dimana esensi manusia terletak pada kalbunya, semua ini adalah sarana yang telah dianugerahkan Allah SWT dan kelak akan diminta pertanggungjawabannya.

Kita semua harus bertanggungjawab atas apa yang telah kita lihat dengan mata kita, kita dengar dengan telinga kita, kita ucap dengan lidah kita, kemana kita bawa kaki kita melangkah, apa yang telah tangan kita lakukan. Semua itu akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah di akherat kelak karena semua kita adalah pemimpin atas seluruh anggota tubuh kita.

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَ كُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Kamu semua adalah pengembala, dan setiap kamu bertanggungjawab atas gembalaannya.”

Dr. Ali Nurdin, M.A, Pimpinan Cariustadz.id 

Tertarik mengundang ustadz Dr. Ali Nurdin, M.A? Silahkan klik disini