Sejarah Singkat Syariat Shalat

Pernahkan terbersit di benak kita pertanyaan tentang bagaimana shalat Nabi-Nabi terdahulu sebelum diturunkannya syariat shalat lima waktu di malam Isra’ Mi’raj? Atau sebaliknya, kita mengira bahwa kewajiban pertama yang diterima Nabi Muhammad adalah shalat lima waktu? Beberapa pertanyaan inilah yang melandasi penulis untuk membuat tulisan ini.

Sudah jamak diketahui bahwa shalat lima waktu merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang telah baligh dan berakal. Bila meninggalkannya, tentu harus siap menerima konsekuensi berupa dosa yang akan kita tanggung kelak di akhirat. Saking pentingnya shalat, Nabi mengingatkan, 

أول ما يحاسب به العبد يوم القيامة الصلاة، فإن صلحت صلح سائر عمله، وإن فسدت فسد سائر عمله.

“Hal pertama yang akan dihisab kelak di akhirat adalah shalat. Jika baik shalatmu maka baik segalanya. Jika tidak, maka sebaliknya.” (HR. Tirmidzi dan Nasa’i).

Baca Juga: Bersungguh-Sungguh dalam Melakukan Sesuatu

Para Nabi dan Rasul terdahulu juga melakukan shalat, meski tidak diketahui secara spesifik bagaimana tata cara dan berapa kali jumlah shalat mereka dalam sehari. Al-Qur’an mengindikasikan bahwa para Nabi seperti Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Ishaq (QS Ibrahim [14]: 37), Musan, Harun (QS Yunus [10]: 87), dan Isa (QS Maryam [90]: 30-33) juga melakukan shalat. 

Namun, lebih dari itu, perlu juga diketahui bahwa sebelum diwajibkannya shalat lima waktu yang terjadi saat Nabi Muhammad Isra’ dan Mi’raj, ternyata Nabi juga telah disyariatkan oleh Allah untuk shalat malam. Bagaimana shalatnya? Berapa lama waktunya? Lalu, apakah ada dalil yang memperkuatnya?

Sebelum Nabi Muhammad diberi wahyu oleh Allah dan diutus menjadi Nabi dan Rasul, beliau sudah menjadi pribadi yang tidak mengikuti tradisi kaum jahiliyah berupa penyembahan terhadap berhala. Sebagai orang beriman kita harus meyakini hal ini, karena tidak mungkin seorang Nabi yang terpercaya (al-Amin) lalu semasa hidupnya pernah melakukan praktik penyekutuan terhadap Dzat yang akan mengutusnya.

Jadi, sebelum Nabi mendapatkan perintah melaksanakan shalat lima waktu, Nabi sebenarnya pernah diperintah untuk shalat wajib malam hari atau tahajud. Diriwayatkan dari Muslim dan Ahmad, Sa’ad bin Hisyam bercerita bahwa “Aku bertanya kepada ‘Aisyah tentang shalat Rasul di malam hari.” Aisyah menjawab, “Bukankah kamu membaca surat al-Muzammil?” Hisyam mengiyakan. 

 ‘Aisyah menjawab, “Sesungguhnya Allah mewajibkan shalat malam di awal surat ini. Lalu Rasul dan para sahabat melakukan shalat malam satu tahun penuh sampai kaki mereka bengkak. Allah menahan akhir surat ini (ayat ke-20) selama satu tahun di langit. Kemudian Dia menurunkan keringanan shalat malam ini di akhir surat. Karena itu, shalat malam menjadi shalat sunnah setelah difardhukan sebelumnya.” Demikian  penjelasan Wahbah az-Zuhaili saat menafsirkan surat al-Muzzammil ayat 1-4.  

Wahbah berkomentar bahwa kemudian kewajiban shalat malam atau tahajud dihapus khusus untuk umat Islam saja, berbeda dengan Nabi Muhammad yang tetap wajib melaksanakan shalat malam. Beberapa riwayat dari Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid, dll. juga mengatakan bahwa ayat ke-20 dari surat al-Muzzammil adalah ayat yang menghapus kewajiban shalat malam bagi umat Islam.

 Jadi bisa disimpulkan bahwa dalam waktu satu tahun umat Islam sempat merasakan kewajiban shalat tahajud yang durasi waktunya diperkirakan cukup lama. Hal ini ditunjukkan dengan kaki para sahabat yang sampai bengkak dan berwajah lesu. Diperkuat dengan riwayat dari Muqatil bahwa ketika ayat قُم اليل إلا قليلا turun, sebagian sahabat merasa berat karena tidak tahu kapan waktu setengah malam, dan kapan waktu dua pertiga malam itu. Lalu sebagian mereka ada yang shalat sampai subuh karena takut salah. Demikian penjelasan Wahbah az-Zuhaili ketika menafsirkan ayat 20 surat al-Muzzammil.

Baca Juga: Disiplin Mengoptimalkan Waktu

Diterangkan juga dalam berbagai kitab klasik bahwa Nabi Muhammad pada saat Isra’ ke Baitul Maqdis, beliau sempat melaksanakan shalat sunnah dua rakaat dan menjadi imam. Adapun makmumnya adalah para malaikat, termasuk Jibril. Bila berlandaskan surat al-Muzzammil 1-19, maka shalat yang dilakukan Nabi adalah shalat malam yang menjadi kewajiban Nabi. Lalu apakah shalat malam Nabi sama seperti shalat malam yang dilakukan umat Islam saat ini? Dalam Sejarah Ibadah, Syahruddin el-Fikri memberi penjelasan bahwa menurut berbagai riwayat, shalat beliau sama dengan shalat malam kita berdasarkan penjelasan dari Jibril. 

Demikian sekilas tentang sejarah pensyariatan shalat Nabi Muhammad dan para pendahulunya. Semoga kita selalu diberi pertolongan Allah untuk istiqamah melaksanakan ibadah wajib ini. Amin.

Zaimul Asroor. M.A., Ustadz di Cariustadz.id

Tertarik mengundang ustadz Zaimul Asroor. M.A.? Silahkan klik disini