Perempuan dan Masyarakat Jahiliah

Kondisi perempuan sebelum masa kenabian bisa terlihat dalam ayat Al-Qur’an berikut:

(وَكَذَ ٰ⁠لِكَ زَیَّنَ لِكَثِیرࣲ مِّنَ ٱلۡمُشۡرِكِینَ قَتۡلَ أَوۡلَـٰدِهِمۡ شُرَكَاۤؤُهُمۡ لِیُرۡدُوهُمۡ وَلِیَلۡبِسُوا۟ عَلَیۡهِمۡ دِینَهُمۡۖ وَلَوۡ شَاۤءَ ٱللَّهُ مَا فَعَلُوهُۖ فَذَرۡهُمۡ وَمَا یَفۡتَرُونَ)

“Dan demikianlah berhala-berhala mereka (setan) menjadikan terasa indah bagi banyak orang-orang musyrik membunuh anak-anak mereka untuk membinasakan mereka dan mengacaukan agama mereka sendiri. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak akan mengerjakannya. Biarkanlah mereka bersama hal (kebohongan) yang mereka ada-adakan.” (Q.S Al-An’am [6]: 137)

Salah satu sikap masyarakat Jahiliah yang menjadi sorotan adalah mengubur hidup-hidup anak-anak perempuan mereka. Meski sebenarnya menurut Quraish Shihab, perbuatan ini hanya dilakukan oleh sebagian kabilah saja namun kecaman atas perbuatan tersebut sangat besar sebagaimana Allah Swt menyandingkannya dengan hancurnya alam semesta, Qs. Al-Takwir [81]: 8.

Pada mulanya, perbuatan ini dilakukan oleh Bani Rabi’ah kemudian diikuti oleh Bani Kindah dan sebagian Bani Tamim. Bukti lain bahwa tidak semua masyarakat Arab Jahiliah merestui perbuatan ini adalah Sha’sha’ah Ibn Najiah menebus dengan dua ekor unta hamil sepuluh bulan—sebagai catatan, ini adalah harta yang paling beharga pada masa tersebut—bagi setiap orang tua yang bermaksud menanam hidup-hidup anaknya. Disebutkan bahwa ia sempat menebus tiga ratus anak perempuan yang direncanakan untuk dikubur hidup-hidup oleh orang tuanya.

Baca Juga: Perempuan dan Perayaan Idul Adha

Ada sebuah riwayat yang cukup populer terkait masalah ini yaitu Sahabat Umar ra. dinyatakan suatu ketika pernah duduk-duduk bersama sahabatnya. Tiba-tiba beliau tertawa dan kemudian menangis. Ketika ditanya kenapa beliau tertawa, jawabnya: “Kami pada masa jahiliah menyembah berhala yang terbuat dari Kurma, dan bila kami lapar maka kami memakannya, sedang tangisku karena aku mempunyai anak perempuan, aku menggali kuburnya, dan ketika itu dia membersihkan pasir yang mengenai jenggotku, lalu aku kuburkan dia hidup-hidup, itulah sebab tangisku.

Riwayat di atas, selain tidak shahih menurut pakar sejarah juga cerita tersebut disajikan dengan sangat dramatis, Quraish Shihab juga menolak riwayat tersebut dengan alasan bahwa anak perempuan Umar ra. Yang bernama Hafsah—yang dikemudian hari menjadi istri Nabi—lahir sebelum masa kenabian. Mengapa Hafsah ra. Tidak dikubur oleh Umar dan lebih memilih adiknya yang paling kecil seperti yang digambarkan oleh riwayat tersebut. Sungguh sesuatu pernyataan yang membingungkan dan tidak masuk akal terlebih jika melihat orang yang berpikir seperti Umar ra.

Setidaknya ada tiga alasan mengapa masyarakat jahiliah mengubur anak perempuan mereka secara hidup-hidup. Pertama: Khawatir orang tuanya jatuh dalam kemiskinan sementara anak perempuan dianggap tidak produktif, lihat Qs. Al-An’am [6]: 151. Kedua: takut jika anak tersebut jatuh dalam kemiskinan saat dewasa nanti, misalnya dalam Qs. Al-Isra [17]: 31. Ketiga: Khawatir menanggung malu jika anak perempuan tersebut ditawan dalam peperangan sehingga diperkosa sedang perang pada masa tersebut adalah hal yang lumrah terjadi, seperti dalam Qs. Al-Nahl [16]: 58.

Kenyataan tersebut mungkin akan membuat kita mengutuk atau merasa rendah peradaban masyarakat jahiliah namun kenyataannya peradaban sekarang jauh lebih rusak. Tidak ada bedanya praktek membunuh anak perempuan pada masa jahiliah dengan parktek aborsi pada masa sekarang, keduanya sama-sama menghilangkan nyawa anak manusia padahal nyawall manusia sangat berharga sehingga Nabi Ismail as. Yang hendak disembelih sebagi bukti kataatan Ibrahim as. Akhirnya diganti dengan domba.

Jika dulu anak perempuan dibunuh karena takut miskin orang tua atau anaknya namun sekarang mereka dibunuh karena menutup malu orang tuanya yang telah melakukan zina sedang ini bukan dosa anak melainkan dosa orang tua.

Jika zaman jahiliah yang dkubur adalah anak-anak perempuan sedang pada masa sekarang yang diaborsi tidak hanya perempuan namun juga janin laki-laki.

Baca Juga: Dua Alasan Pentingnya Akhlak Mulia Bagi Setiap Muslim

Jika dulu anak dikubur oleh ayah seorang diri sedang sekarang anak dibunuh oleh ibu, dokter ahli dan bidannya sehingga jika ada yang yang berbuat karena setan maka hendaknya yang lain menyadarkan namun semuanya sudah kesetanan.

Jika Jahiliah dulu mengubur anak perempuan dibawah terlebih dahulu ketempat yang jauh sedang dewasa ini dibunuh tanpa basa-basi dan dibuang begitu saja yang lebih miris adalah dibuang oleh orang tuanya sendiri.

Terakhir yang paling menyedihkan, jika zaman jahiliah anak dibunuh oleh mereka yang tidak berpengetahuan sedang masa jahiliah modern dilakukan oleh ibu dan dokter yang berpengetahuan serta mereka hidup dalam situasi maraknya tuntutan Hak Asasi Manusia (HAM). Apakah kita tidak berpikir?

Hasiolan. SQ. S.Ud, Ustadz di cariustadz.id