Iman, Islam, dan Ihsan Menurut Husein Muhammad

Setiap agama memiliki ajaran inti atau pokok. Dalam agama Islam, pokok ajaran tersebut adalah iman, islam (ditulis dengan huruf i kecil untuk membedakannya dengan agama Islam), dan ihsan. Karena merupakan inti, ketiganya harus lengkap ada dalam diri setiap muslim. Untuk dapat disebut sebagai seorang muslim sejati, seseorang harus beriman, melaksanakan islam, dan memiliki ihsan. 

Hadis Jibril

Tiga ajaran pokok agama Islam di atas dirangkum dalam satu hadis yang cukup panjang. Hadis ini cukup terkenal karena dimuat oleh Imam al-Nawawi dalam kitab hadis Arba’unnya, menempati hadis kedua. Ini menunjukkan betapa penting hadis tersebut untuk diketahui oleh muslim.  

Hadis tersebut merupakan dialog Nabi Muhammad saw dengan malaikat Jibril yang datang menemui Nabi dalam bentuk manusia. Dalam dialog tersebut, Jibril bertanya kepada Nabi Muhammad tentang islam. Nabi pun menjawab, “Islam adalah kamu bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disebah kecuali Allah dan (kamu bersaksi) bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan salat, menuaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadan, dan berhaji ke Baitullah jika mampu.”

Setelah membenarkan jawaban Nabi Muhammad saw, Jibril bertanya tentang iman. Nabi menjawab, “Kamu beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, serta mengimani takdir baik dan buruk.” 

Malaikat Jibril kembali membenarkan jawaban Nabi. Selanjutnya dia bertanya tentang ihsan yang dijawab oleh Nabi sebagai kondisi, “di mana kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Namun, jika tidak dapat merasa demikian, maka yakinilah bahwa Dia melihatmu.” 

Setelah mendengar jawaban Nabi Muhammad, Jibril mengajukan pertanyaan terakhir. Pertanyaan tersebut mengenai kapan terjadinya hari kiamat beserta tanda-tanda yang menyertainya. Setelah mendengar jawaban Nabi, Jibril pergi. 

Di akhir hadis, Nabi bertanya kepada Umar apakah dia tau siapa yang berdialog dengan Nabi tersebut? Umar menyatakan ketidaktahuannya dan Nabi pun berkata, “Sesungguhnya dia adalah Jibril. Ia datang untuk mengajarkan kalian ajaran agama kalian.” Karenanya, hadis tersebut dikenal dengan nama hadis Jibril.

Berdasarkan pada definisi atau jawaban Nabi Muhammad terhadap pertanyaan Jibril di atas, kita dapat secara gamblang membedakan ketiganya. Iman berkaitan dengan kepercayaan setiap individu. Islam merupakan ritual ibadah lahiriah. Sedangkan ihsan, yang secara harfiah berarti perbuatan baik, berkaitan erat dengan moralitas. 

Untuk mendalami tiga pokok ajaran Islam di atas, seseorang perlu mempelajari ilmu tauhid, fikih, dan tasawuf. Dari tauhid dipelajari ilmu-ilmu tentang kepercayaan atau keimanan. Dari fikih dipelajari ilmu-ilmu tentang tata ritual (ibadah). Sedangkan dari tasawuf dipelajari ilmu-ilmu tentang olah jiwa (batin) untuk mendekatkan diri pada Allah swt. 

Pandangan Husein Muhammad Tentang Iman, Islam, dan Ihsan

Lebih jauh daripada definisi di atas, KH. Husein Muhammad, salah seorang Pengurus Besar Nadlatul Ulama, memberikan pandangan beliau terkait iman, islam, dan ihsan. Dalam bukunya Menyusuri Jalan Cahaya, beliau memberikan subbab bagi masing-masing pokok ajaran Islam tersebut. 

Pertama, iman. Husein Muhammad menyebut bahwa iman bukan sekadar kepercayaan dan keyakinan, tetapi harus disertai dengan tanggung jawab, sebagaimana kata amanah (bertanggung jawab) juga berasal dari akar kata yang sama dengan iman. Sebutan lain untuk iman adalah aqidah, yang berarti keyakinan yang mengikat. Karenanya, “orang yang beriman adalah orang yang terikat oleh keputusan Tuhan”, sebut beliau.

Yang cukup menarik dari pembahasan ini adalah bahwa Husein Muhammad memberikan judul subbab ini dengan “Iman: Keyakinan Personal”. Beliau mengingatkan kepada pembaca bahwa iman adalah masalah individu yang tidak seorang pun dapat mengetahui keimanan seseorang, juga tidak ada yang dapat mengintervensinya. 

Beliau mengutip Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 256 tentang ketiadaan pemaksaan dalam hal keyakinan atau beragama. Bagi beliau, manusia diberikan akal oleh Tuhan untuk menentukan keyakinannya masing-masing, dengan catatan bahwa setiap pilihan yang dibuat oleh manusia akan dimintai pertanggung jawabannya masing-masing. 

Kedua, islam. “Islam: Kepasrahan” adalah judul subbabnya. Pemberian judul tersebut didasarkan pada salah satu makna harfiah islam, yaitu kepasrahan dan ketundukan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

Dalam penjabarannya, Husein Muhammad menyebutkan agar setiap manusia mengingat bahwa dirinya adalah makhluk ciptaan Tuhan, bersama dengan makhluk-makhluk lainnya. Kesadaran ini membawa manusia agar tidak membeda-bedakan dirinya dengan orang lain. Kendati berbeda latar belakang, setiap manusia sama di hadapan Pencipta. 

Dengan demikian, seorang Muslim harus senantiasa bersikap baik kepada makhluk lainnya, sehingga kedamaian tercipta dan keselamatan terjaga. Kedamaian dan keselamatan itu sendiri merupakan makna lain dari islam, yaitu salaam

Dalam keseharian, Nabi Muhammad selalu menganjurkan agar setiap muslim mengucapkan salam (assalaamu ‘alaikum: kedamaian dan keselamatan atas kamu) ketika bertemu dengan muslim lainnya. Karenanya, dari islam orang dapat mengingat bahwa dirinya setara dengan orang lain, sehingga saling menjaga keselamatan dan kedamaian. 

Ketiga, ihsan. Bagi Husein Muhammad, ihsan adalah keindahan islam. Sebagai ajaran pokok, ihsan berisi pesan kebaikan, kesalehan, dan moralitas kemanusiaan. Dalam makna sederhana, ihsan berarti kejujuran, kesederhanaan, menghormati orang lain, tidak mencaci maki, tidak kikir, dan sifat-sifat baik lainnya. Secara lebih mendalam, ihsan adalah bertindak baik dan indah tidak hanya kepada manusia, tetapi juga kepada makhluk Tuhan lainnya. 

Dalam menjelaskan hadis Nabi tentang ihsan, KH. Husein Muhammad menyebut bahwa ada dimensi spritualitas profetik yang sangat mendalam, yaitu, mengembalikan jiwa manusia pada bentuk paling dasarnya, bentuk yang paling indah dan paling murni. Ihsan mengajarkan agar manusia senantiasi menghadirkan Tuhan dalam setiap gerak dan nafasnya.

Husein Muhammad pada subbab ini juga mengaitkan ihsan dengan perilaku manusia terhadap manusia dan makhluk lainnya. Bagi beliau, orang yang berbuat ihsan selalu hidup dalam perbuatan baik dan indah tanpa mengharap balasan dari makhluk Tuhan yang lain.

Taufik Kurahman, S.Ag., M.Ag., Penyuluh Agama Islam Kotabaru dan Ustadz di Cariustadz

Tertarik mengundang Taufik Kurahman, S.Ag., M.Ag.? Silakan Klik disini