Manusia memliki beragam jenis hubungan dengan manusia lainnya. Baik buruknya hubungan tersebut tergantung dari manusia itu sendiri untuk merawat dan memeliharanya.
Hubungan yang akrab tidak bisa hanya semata bergantung pada adanya hubungan darah atau kesamaan tempat berkegiatan. Banyak kita temukan hubungan antar orangtua dan anak yang tidak harmonis, saudara yang tidak saling mengenal karena jarang bertemu, teman sebangku saat masa sekolah dulu yang tidak lagi saling bertukar kabar, suami istri yang sering bertengkar, atau kerabat yang saling bermusuhan.
Stephen R. Covey, dalam bukunya “The 7 Habits of Highly Effective People”, menggunakan istilah Rekening Bank Emosional (RBE) untuk menggambarkan kualitas hubungan kita dengan orang lain.
Seperti rekening bank konvensional, RBE ini juga dinilai berdasarkan jumlah tabungan kita. Hanya saja, sebagai pengganti uang, kita mengisi RBE dengan kepercayaan. Semakin banyak kepercayaan yang kita tabung, maka semakin baik kualitas hubungan kita dengan orang tersebut. Sebaliknya, kita juga dapat menarik kepercayaan hingga tabungan kita semakin berkurang sampai habis tak bersisa.
Saldo kepercayaan ini ditambah atau dikurangi dengan tindakan-tindakan kita. Saat kita meluangkan waktu untuk seseorang, berusaha memahami, menepati janji, meminta maaf, mengasihi, melakukan kebaikan, dan seterusnya, saldo kepercayaan kita dengan orang tersebut meningkat. Sementara tindakan buruk kita yang membicarakan orang tersebut di belakangnya, berbohong, bertengkar, menyakiti perasaannya, tidak pernah ada saat dibutuhkan, dan sebagainya, akan mengurangi saldo kepercayaan kita dengannya.
Kabar baiknya, kita bisa mulai memperbaiki atau meningkatkan kualitas hubungan yang kita miliki. Periksa perilaku kita selama ini. Kurangi tindakan-tindakan yang dapat mengurangi saldo kepercayaan, tingkatkan tindakan yang akan meningkatkan saldo tersebut.
Mungkin tidak mudah pada awalnya. Apalagi jika kita tidak terbiasa menginvestasikan waktu dan energi untuk memelihara hubungan kita. Inilah perlunya menambah ilmu kita. Misalnya tentang cara berkomunikasi yang baik, cara mengelola dan mengekspresikan emosi, cara mendengarkan dan menerima satu sama lain.
Interaksi yang menyenangkan juga bisa menjadi salah satu cara jitu untuk menambah energi positif dalam hubungan yang kita miliki. Contohnya, dalam keluarga, kita bisa menentukan waktu khusus untuk main bersama. Permainannya bisa apa saja yang sama-sama disukai, yang penting saat bermain, kita sepenuhnya ada di situ. Tinggalkan dulu segala pekerjaan dan kesibukan yang lain. Walau terkesan sepele, sesungguhnya permainan dapat mencairkan suasana. Kita bisa jadi lebih mengenal satu sama lain, merasa lebih dekat dan akrab, mengurangi kecanggungan yang mungkin ada. Permainan ini juga bisa dilakukan dengan teman atau tetangga.
Ingat saja seberapa pentingnya suatu hubungan bagi kita dan bagaimana tindakan kita dapat meningkatkan kualitasnya atau malah menghancurkannya.
Tentu lebih menyenangkan memiliki anak yang menyayangi dan dekat dengan kita, daripada anak yang enggan untuk berinteraksi dengan kita. Pasti hidup terasa lebih membahagiakan jika memiliki istri yang mencintai kita, keluarga yang penuh keakraban, teman-teman dekat dan orang-orang yang menghargai kita, serta bisa diajak bekerjasama menghasilkan banyak kebaikan.
Rasulullah saw. bertanya pada para sahabat: “Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada shalat dan shaum?” “Tentu saja,” jawab mereka. Beliau kemudian menjelaskan, “Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan tali persaudaraan di antara mereka adalah amal saleh yang besar pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan silaturahmi.” (HR. Bukhari Muslim). [aca]