Makna Rahmat dan Ragam Kasih Sayang dalam al-Qur’an

Dalam al-Qur’an kata rahmatun memiliki ragam makna yang sesuai konteks ayat yang disampaikan oleh al-Qur’an. Menurut Abdullah al Husain dalam kitab al Wujuh wa al Nadhzair lii Alfaadhzi Kitabillah al Aziz bahwa makna rahmat jika itu dari Allah maka ia berupa kenikmatan dan karunia-Nya, sedangkan wujud rahmat manusia adalah sikap kelemah lembutan pada sesama.

Akan tetapi, dalam al-Qur’an kata rahmat itu lebih banyak merujuk kepada Allah atas karunia dan kasih sayang-Nya yang terwujud dalam beberapa hal (Lihat kitab al wujuh wa al nadhzair lii alfaadhzi Kitabillah al Aziz)

Pertama, kata rahmah yang dimaknai dengan Islam. Hal itu menandakan bahwa Islam tak sekadar sebagai agama, tapi ia pijakan moral yang membawa kasih sayang dan menuntun untuk saling mengasihi melalui pesan-pesan syariatnya.

Hal itu dapat ditemukan misalnya pada QS al Syura 8

وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَجَعَلَهُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلٰكِنْ يُّدْخِلُ مَنْ يَّشَاۤءُ فِيْ رَحْمَتِه 

Artinya:  Seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia akan menjadikan mereka umat yang satu. Akan tetapi, Dia memasukkan orang-orang yang Dia kehendaki ke dalam rahmat-Nya (QS al Syura 8)

Kata fi rahmatihi bagi Abdullah al Husain berarti Allah akan memasukkan seseorang ke dalam Islam bagi siapa yang dikehendaki. Hal itu juga menandakan karunia Allah paling besar jika kita diberikan iman dan Islam, sehingga baik hidup dan mati diharapkan membawa nilai Islam wa laa tamutuunna ill awa antum muslimun (janganlah kalian meninggal kecuali dalam keadaan muslim). 

Kedua, kata rahmah yang dimaknai dengan al-Qur’an. Kehadiran al-Qur’an  berarti sebagai rahmah (anugerah kasih sayang) terhadap manusia karena al-Qur’an mengajarkan perlindungan pada kaum lemah, mengangkat martabat manusia bukan mengungkit aibnya, ajaran agama yang mengetuk hati bukan mengutuk ngutuk orang.

Misalnya  QS Yunus 57

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ مَّوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَشِفَاۤءٌ لِّمَا فِى الصُّدُوْرِۙ وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ ۝٥٧

Artinya: Wahai manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi sesuatu (penyakit) yang terdapat dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang mukmin.(QS Yunus 57)

Ayat ini menegaskan bahwa al-Qur’an itu tidak sebatas petunjuk, tapi ia adalah rahmat bagi orang beriman. Maka petunjuk dan rahmat itu tak akan didapatkan jika menjauh dari al-Qur’an, tak berupaya membaca, memahami dan mengamalkan nilai utama ajaran al-Qur’an. 

Ketiga, kata rahmah yang disadarkan kepada Nabi Muhammad Saw.  Dasar itulah sehingga Nabi Saw disebut sebagai rahmatan lilaalamiin. Seperti dalam QS al Anbiya 107:

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ

Artinya: Tidaklah kami mengutus engkau (Muhammad) kecuali rahmat bagi alam semesta (QS al Anbiya 107).

Melekatnya pada diri Nabi Saw sebagai rahmat bagi semesta menurut Prof Quraish Shihab memiliki dua makna yaitu pribadi dan sosok Nabi Saw sendiri sebagai rahmat (kepribdian dan karakternya) dan risalah-syariah yang dibawanya menjunjung nilai rahmatan bagi semesta alam. 

Karena itu, menurut Imam As Sayuthi A’dhzamu al Niami bi maulidi al Nabiyyi Shallallahu Alaihi wa sallaman (nikmat paling besar yang Allah berikan pada manusia dengan kehadiran Nabi Saw).  Sebab, melihat sosok Nabi Saw maka kita menemukan Islam,  juga menemukan  nilai ajaran al-Qur’an dan pada diri Nabi pula kita menemukan arti kemanusiaan.

Mabrur Inwan, M.Ag, Ustadz di Cariustadz

Tertarik mengundang Mabrur Inwan, M.Ag? Silakan Klik disini.