Islam agama yang sangat menghormati dan menjunjung tinggi kemerdekaan. Karena manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang begitu mulia. Di dalam diri manusia ada unsur Ketuhanan, Allah Swt menegaskan dalam al-Quran Surah Al-Isra ayat 70:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْٓ اٰدَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيْرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا
“Dan sungguh Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.”
Melalui ayat di atas, Allah Swt benar-benar memuliakan manusia. Oleh karenanya, menjadikan manusia sebagai budak dan menjajah manusia yang lain itu bertentangan dengan visi al-Quran dengan tujuan pokok Islam.
Seorang sahabat besar dalam Islam, Umar bin Khattab, waktu beliau mengangkat Amr bin Ash sebagai gubernur Mesir, salah satu pesan Umar kepada Amr bin Ash:
“Kapan anda ini menganggap seseorang memperbudak manusia sementara mereka ini dilahirkan oleh ibu-ibunya sebagai manusia merdeka.”
Pesan Umar bin Khattab kepada sahabat Amr bin Ash sebagai gubernur Mesir ini penting sekali, karena tradisi memperbudak rakyat di dalam tradisi kekuasaan pada waktu itu dan tradisi politik dunia pada saat itu umum sekali, di Persia, di Romawi, dan wilayah-wilayah lain. Umar bin Khattab memberikan pesan kepada Amr bin Ash supaya tidak mengikuti tradisi ini. Islam datang untuk menjunjung tinggi kehormatan manusia karena itu memperbudak manusia sama sekali tidak diperbolehkan. Karena itu perjuangan untuk kemerdekaan adalah sesuatu yang mulia.
Kalau kita melihat sejarah masyarakat-masyarakat Muslim di abad ke-19 dan 20 yang dijajah oleh negara-negara Barat, disana kita melihat perjuangan untuk melawan penjajahan Eropa, itu hampir sebagian besar diinspirasikan oleh Agama. Kiai-Kiai Nahdlatul Ulama kita di pesantren-pesantren tradisional, dulu pernah punya fatwa mengharamkan para santri untuk memakai pakaian ala Eropa waktu itu: celana pantalon, jas, dasi, dan pakaian-pakaian ala mereka. Kenapa itu dilarang? Karena tujuannya adalah untuk membedakan mereka dengan kaum penjajah. Tujuannya adalah untuk mengobarkan semangat anti penjajah. Banyak para ulama kita memfatwakan memakai bajunya atau cara hidupnya kaum penjajah.
Inilah yang melandasi Hadratusy Syekh KH. Hasyim Asy’ari pendiri NU pernah mengeluarkan fatwa resolusi jihad melawan Belanda yang ingin kembali masuk menjajah Indonesia. Islam dan penjajahan sama sekali bertentangan dan karena itu kita juga mendukung perjuangan bangsa Palestina untuk mendirikan negara terbebas dari penjajahan Israel. Wallau A’lam.
KH. Ulil Abshar Abdalla, M.A, Pendiri Ghazalia College dan Ustadz di Cariustadz
Tertarik mengundang KH. Ulil Abshar Abdalla, M.A? Silakan Klik disini
Artikel ini disadur dari video Ruang Tengah Cariustadz. Untuk menonton videonya silakan Klik disini.