Mengimani akan adanya hari akhir adalah bagian dari rukun iman yang wajib diyakini oleh umat Islam. Artikel ini akan mengulas tafsir surah Al-Qari’ah yang berbicara tentang Hari Kiamat. Akhir zaman dideskripsikan dalam surah al-Qāri’ah sangatlah dahsyat sehingga Allah Swt mengulang tiga kali kata al-Qāri’ah pada surah tersebut:
“Hari Kiamat; Apakah hari Kiamat itu? Dan tahukah kamu apakah hari Kiamat itu?”
Menurut Jalaluddin al-Suyuti, mayoritas ulama, berdasarkan riwayat ibn Mardawih dari jalur ibn ‘Abbas, menyepakati bahwa al-Qāri’ah diturunkan di kota Makkah. Menurut bahasa al-Qāri’ah memiliki pengertian memukul, menggedor, mengetuk dan menjerit. Sementara kata tersebut merupakan salah satu dari kata hari kiamat. Ini artinya, al-Qāri’ah merupakan informasi Alquran tentang kebenaran hari kiamat atau akhir zaman bagi manusia.
Penamaan hari kiamat dengan kata al-Qāri’ah sesuai dengan penjelasan yang ada pada surah tersebut, yang menjelasakan bahwa pada hari kiamat terjadi akan melemahkan seluruh kekuatan manusia, dan kekuatan gunung-gunnung di mana manusia bagaikan kupu-kupu yang berterbangan sementara gunung bagaikan bagaikan bulu yang berhamburan.
Baca Juga: Hukum Membaca Al-Quran Bagi Perempuan Haid
Mufassir kenamaan Indonesia, Quraish Shihab, menyebut bahwa ada beberapa fenomena yang akan terjadi di hari kiamat. Salah satunya adalah terdengar bunyi suara yang memekakan telinga, mata bahkan hati dan pikiran manusia. Suara tersebut tidak seperti suara biasa yang didengar manusia, namun suara yang menakutkan dan membuat bingung manusia. Pada saat itulah terjadi ketakutan dan kekalutan yang luar biasa dirasakan oleh makhluk hidup, utamanya manusia.
Kedahsyatan fenomena akhir zaman yang memporak-porandakan dunia dan seisinya membuat seluruh sciencetist bahkan mufassir-pun tidak mengetahui kapan terjadinya hari kiamat. Karena dalam Alquran tidak ada informasi detail kapan waktu kiamat. Alquran sekadar memberikan informasi kebenaran fenomena di dalamnya serta tanda-tanda hari kiamat. Seperti surah Luqman: 34
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”
Ayat di atas menunjukkan bahwa tidak ada yang mengetetahui secara pasti kapan hari kiamat terjadi, hari di mana tidak ada tempat untuk manusia berlindungan karena alam semesta dan seisinya hancur. Hari di mana tidak ada seorangpun yang dapat menolong orang lain karena setiap individu sibuk dengan keselamatan dirinya sendirinya. Dalam QS. Al-Hajj Ayat 2 menjelaskan keadaan manusia di hari kiamat di mana saudara kandung akan melupakan kerabat dekatnya, seorang ibu akan lupa terhadap anaknya, bahkan wanita hamil pun dia akan lupa kalau dirinya sedang hamil dan tidak memperdulikan kehamillanya.
Fenomena hari kiamat secara lebih detail digambarkan dalam surah al-Qari’ah ayat keempat dan kelima:
“Pada hari itu manusia seperti laron yang berterbangan; dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.”
Ada beberapa pendapat mengenai penjelasan kata al-farāsy pada ayat keempat di atas. Pertama, bermakna belalang kecil yang bertaburan saling bercampur baur satu dengan yang lain. Kedua, maknanya sejenis burung kecil tetapi bukan nyamuk ataupun lalat. Ketiga, sesuatu yang berjatuhan di sekitaran api, baik berupa nyamuk atau serangga kecil lainnya.
Sementara kata al-‘ihn dalam ayat kelima ditafsirkan oleh sebahagian besar mufassir dengan makna al-shuf yakni kapas atau bulu. Melalui dua ayat tersebut tampak bahwa fenomena hari kiamat diawali dengan munculnya suara yang bergemuruh, yang menyebabkan alam semesta seperti gunung hancur seperti bulu yang berterbangan dan manusia ketakutan berlari kehilangan akal dan kekuatannya.
Selebihnya, ayat keenam sampai ayat terakhir surah al-Qāri’ah, menjelaskan tentang fenomena akhir zaman di mana akan ada hari perhitungan amal kebaikan:
“Maka adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang). Dan adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas.”
Dalam ayat-ayat di atas ditegaskan bahwa setiap manusia yang memeiliki amal kebaikan lebih banyak dibanding keburukannya, mereka akan mendapat balasan yang sangat istimewa yakni surga. Sebaliknya, setiap individu yang memiliki lebih banyak catatan amal buruk maka ia akan dibalas dengan neraka Hawiyah yakni api yang sangat panas.
Baca Juga: Benarkah Wanita yang Menstruasi Tidak Boleh Memotong Kuku?
Ada perbedaan interpretasi terhadap maksud balasan neraka Hawiyah. Pertama, manusia akan jatuh ke dalam neraka dengan kepala terlebih dahulu. Kedua, balasan kepada manusia yang sangat menyakitkan dan memberartkan. Ketiga, neraka Hawiyah sebagai tempat tinggal manusia yang banyak melakukan kejahatan. Sementara menurut hadis riwayat Abu Hurairah dari Rasulullah saw. berkata: “Api kalian ini, yang dinyalakan oleh manusia di dunia hanyalah sebagain dari tujuh puluh bagian panasnya neraka Jahanam”. Mereka berkata Demi Allah ap ini sudah cukup panas sebanyak enam puluh sembilan kali panasnya api dunia, tiap tiap bagian akan sama panasnya”.
Sebagai manusia yang beriman, seharusnya dapat mengambil hikmah yang terdapat surah al-Qari’ah, dengan mengimani hari akhir yang secara langsung akan teraktualisasi dalam kehidupan sehari-hari dengan memperbanyak amal kebaikan
Saadatul Jannah, Ustadzah di Cariustadz.id