“Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu tanpa mengetahui sesuatupun. Dia ciptakan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu menjadi orang-orang yang bersyukur,” (Qs. An-Nahl/16: 78).
Isyarat tentang penciptaan alam dan manusia terdapat dalam beberapa ayat Quran. Cendikiawan Muslim asal Mesir sekaligus penulis al-Jawahir fi Tafsir al-Quran al-Karim, Syekh Thantawi Jauhari menyebut bahwa isyarat kauniyah tentang fenomena alam, penciptaan makhluk (termasuk manusia) berjumlah lebih dari 750 ayat. Mengenai penciptaan manusia misalnya, tidak lepas dari proses demi proses kejadian secara biologis dalam rahim bahkan disebutkan sangat rinci dalam Qs. Al-Mu’minun/ 23: 14 dari nuthfah, ‘alaqah, mudghah, ‘idzhom, hingga menjadi (khalqan akhar)/ makhluk yang (berbentuk lain) yang sempurna. Fatabarakallah..
Dari sekian banyak ciptaan Allah, organ tubuh manusia adalah penciptaan yang paling rumit dan menyimpan sejumlah keajaiban. Kurang lebih sembilan bulan dalam kandungan seorang Ibu, janin diciptakan tahap demi tahap. Berdasarkan fakta inilah, isyarat sama’ dalam al-Quran menyimpan sejumlah misteri yang tak pernah habis dikaji: lafadz sama’ dan baṣar disebutkan secara bersamaan dalam satu ayat dan lebih sering sama’ disebutkan terlebih dulu, lalu diikuti basar. Mengapa demikian? Sebab indra pendengaran lebih dulu diciptakan dibandingkan indra penglihatan dalam beberapa tafsiran ayat al-Qur’an didukung oleh temuan embriolog.
Selain alasan di atas, ada beberapa isyarat lain mengenai keajaiban lafadz sama’ dan basar. Lafadz sama’ seringkali disebutkan dalam bentuk tunggal, sedangkan baṣar jamak (al-absar). Selain mu’jizat dari sisi kebahasaan, indra pendengaran (sama’) adalah yang pertama kali aktif dalam organ tubuh (sehingga bayi merespon ketika ada suara dari luar kemudian diazankan saat bayi terlahir). Indra pendengaran pula adalah indra yang terakhir kali aktif (sehingga Islam mengajarkan ketika seseorang sakaratul maut, hendaknya ditalqin).
Sementara itu, para pakar di bidang Quran mencoba mengemukakan jumlah lafadz sama’ dalam al-Quran. Hasil penelitian Lilik Ummi Kaltsum dalam ‘Sistem Epistimologi Qurani Penggunaan Kata Ra’a, Nazhara dan Bashar’, misalnya disebutkan al-Qur’an menggunakan kata baṣar “penglihatan” dan derivasinya secara umum sebanyak 148 kali. Kemudian Fuad Abd Baqi’ dalam Mu’jam-nya menguraikan dalam kitabnya, kata sama’/pendengaran dan derivasinya secara umum di dalam al-Qur’an sebanyak 164 kali, selalu disebutkan dalam bentuk tunggal. Sementara itu, bentuk kemukjizatan al-Qur’an secara khusus dalam ayat-ayat yang penglihatan dan pendengaran disebut secara bersamaan dalam satu ayat al-Qur’an terdapat sebanyak 34 kali.
Melalui fakta Qurani tersebut di atas, semakin kita menyadari bahwa indra pendengaran menjadi indra yang sangat penting bagi manusia. Bukan saja kemampuan mendengar adalah salah satu kebutuhan belajar dan memeroleh informasi/ pengetahuan melainkan juga melalui indra pendengaranlah terhubung langsung kemampuan wicara maupun syaraf-syaraf organ tubuh lainnya. Melalui indra pendengaran pula, dalam Qs. Al-Isra’/17: 36 manusia akan dimintai pertanggung jawaban kali pertama atas perbuatannya. Perintah ini diawali dengan larangan untuk bertaqlid buta (mengikuti & mengamalkan sesuatu tanpa ilmu) sebab pendengaran pun akan menjadi saksi.
Maha Suci dan Maha Besar Allah semoga di bulan Ramadan ini, kita mampu memaksimalkan indra pendengaran untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi diri dan masyarakat. Mendengarkan lantunan ayat-ayat suci, menyimak kajian agam baik luring maupun online. Menghindari ghibah jamaah dari manapun sumbernya. Utamanya, mensyukuri nikmat pendengaran dari Allah sebab ni’mat bisa mendengar adalah ni’mat yang takkan pernah mampu kita bayar. Dari mendengar kita belajar. Dari mendengar, semoga Allah jadikan kita btermasuk hamba-hamba-Nya yang mau bersyukur. “Dan Dialah yang menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Tetapi sedikit sekali kamu bersyukur” (QS. al-Mu’minūn/23: 78)
Dr. Ina Salmah Febriani, M.A., Ustadzah di Cariustadz.id
Tertarik mengundang ustadz Dr. Ina Salmah Febriani, M.A? Silahkan klik disini