Banyak sekali sistem penanggalan yang ada di dunia ini berdasarkan petunjuk yang digunakan masing-masing masyarakat. Dari kesemua itu, tahun Hijriah dan tahun Masehi adalah yang paling banyak dipakai di tengah masyarakat kita. Namun ada juga yang membuat sistem penanggalan tersebut sebagai jurang pemisah antar kelompok, seperti adanya pemahaman bahwa tahun Hijriah adalah tahunnya umat Islam sedang tahun Masehi adalah penanggalan tahun yang bukan Islam. Andai kita mau sedikit bersabar untuk merujuk kepada al-Qur’an maka kita akan mendapat pemahaman bahwa keduanya adalah dari Allah Swt.
Tahun Masehi dikenal juga dengan Syamsiyah mendasarkan perhitungannya pada waktu yang dihabiskan oleh bumi untung mengelilingi Matahari. Sedang tahun Hijriah mendasarkan pada waktu yang dibutuhkan Bulan untuk mengelilingi bumi. Namun al-Qur’an menjadikan kedua makhluk ini sebagai tanda kebesaran Allah Swt dubuktikan dengan seringnya kedua makhluk tersebut disebut yaitu matahari disebut sebanyak 32 kali dan Bulan 27 dalam catatan Mu’jam al-Mufarras li Al-Faz al-Qur’an. Seringkali Matahari dan Bulan disebut beriringan dalam al-Qur’an sebagai petunjuk bahwa kita harus memperhatikan keduanya bukan hanya salah satunya.
Baca Juga: Teladan Rasulullah dalam Memaknai hari Kemerdekaan
Bukti lain adalah terkait dengan masa yang dihabiskan oleh para pemuda Ashab al-Kahfi yang ditidurkan oleh Allah di dalam gua tersebut sebagai salah satu bentuk kekuasaannya, seperti yang direkam oleh al-Qur’an;
Artinya: Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi). (Qs. Al-Kahf [18]: 25)
Dalam ayat di atas disebutkan bahwa para pemuda tersebut tertidur selama tiga ratus tahun dan ini berdasarkan hitungan Matahari sedang pada ungkapan ditambah Sembilan tahun berdasarkan waktu perputaran bulan mengelilingin bumi. Lebih jauh menurut al-Maraghi dalam tafsirnya bahwa ayat di atas juga menjadi bukti kenabian Nabi Muhammad Saw, bagaimana mungkin seseorang yang tidak pernah belajar ilmu falak bisa mengetahui perhitungan bahwa setiap seratus tahun Masehi lebih tiga tahun Hijriah, setiap 33 tahun Masehi lebih satu tahun Qamariyah dan setiap satu tahun Masehi lebih kira-kira 11 hari Qamariyah.
Terakhir bukti bahwa keduanya penanggalan Masehi atau Syamsiah dan Hijriah atau Qamariah termasuk penanggalan Islam adalah seringnya ibadah-ibadah dalam Islam yang waktu pelaksanaannya terkait dengan kedua perhitungan tersebut. Sebagai contoh dalam ibadah puasa, untuk menentukan awal bulan buasa (Ramadhan) adalah dengan melihat petunjuk bulan namun dalam pelaksaannya sehari-hari menggunakan petunjuk Matahari yaitu menahan dari hal yang membatalkan puasa sejah terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Hanya saja, klaim bahwa tahun Qamariyah lebih Islami karena penanggalan tersebut sangat terkait erat dengan hijrahnya Nabi Muhammad Saw. Tahun Hijriah ditetapkan oleh Umar bin Khattab saat menjadi khalifah yang dihitung mulai sejak Nabi Saw berhijrah menuju Madinah dan ditetapkan 1 Muharram sebagai permulaan tahun. Meski banyak perbedaan pendapat terkait tanggal berapa Nabi Hijrah tersebut.
Baca Juga: Urgensi Nasionalisme dan Cinta Tanah Air dalam Ajaran Islam
Misalnya Shafiy al-Rahman al-Mubarakfuri dalam Al-Rahiq al-Makhtum berpendapat hijrah nabi terjadi pada tanggal 27 Shafar tahun keempat belas kenabian atau tanggal 12/13 September 622 M sedang menurut Sa’id Ramdhan al-Buthi Nabi Hijrah pada 20 September 622 M yakni pada tanggal 1 Rabi’ul Awwal, demikian dikutip Quraish Shihab. Namun banyak juga pakar yang menyebut bahwa Nabi hijrah pada bulan Muharram, mereka mendasarkan pendapatnya pada Bai’at Aqabah kedua terjadi pada bulan Zulhijjah tahun ketiga belas kenabian sedang dalam Bai’at tersebut telah disepakati hijrahnya Nabi ke Madinah dan dibuktikan juga dengan beberapa sahabat yang telah mendahului beliau menuju Madinah.
Semestinya dengan adanya penanggalan Masehi atau Hijriah menjadikan kita terus bersyukur karena bisa memudahkan kita dalam beribadah kepada Allah Swt. Ketiga makhluk Allah Swt yaitu Matahari, Bumi dan Bulan adalah bukti kekuasaan-Nya atas semua makhluk bagaimana mereka ditundukkan untuk menjamin keberlangsungan manusia menjadi khalifah di muka bumi. Cara mensyukurinya adalah dengan memanfaatkan waktu yang masih Allah berikan kepada kita untuk terus beribadah kepada-Nya dan akan ada masanya waktu tersebut mencapai ujung masanya dan pada saat itu hanay tertinggal penyesalan bagi yang durhaka kepada-Nya.
Hasiolan. SQ. S.Ud, Ustadz di cariustadz.id