Agama dan Nilai-nilai Kemanusiaan

Tidak kurang dari 100 kali, al-Qur’an berbicara tentang manusia. Ada banyak bahasa yang merujuk ke istilah manusia, baik dalam bentuk al-Insan, an-Nas, dam sebagainya. Ini menunjukan betapa tinggi perhatian al-Qur’an terhadap sisi kemanusiaan.

Allah SWT. berfirman “Wa laqod kholaqnal-insana min sulalatim min thin” (dan sungguh telah Kami ciptakan manusia dari saripati mani). Bahwa (pertama) makanan yang kita makan -bersumber dari tanaman- berasal dari tanah. Binatang yang kita konsumsi, juga berawal dari hewan yang mengonsumsi sesuatu yang berasal dari tanah. Selanjutnya makanan ini kemudian diproses, untuk kemudian diubah dalam bentuk lain yang diperlukan manusia untuk tumbuh dan bertahan.

Karena ini berhubungan langsung dengan keberlangsungan hidup manusia, maka kita juga sering dinasihati untuk mengkonsumsi makanan yang halal. Sebab dari makanan yang tidak halal, maka darah yang beredar di tubuh kita akan menjadi darah yang tidak halal pula. Jika diandaikan kita mengonsumsi makanan dari sumber korupsi, maka darah kita akan mengalir ke panca indra yang bisa bersifat koruptif.

Yang kedua, bahwa makanan ini akan berubah, sesuatu yang kita konsumsi akan berubah menjadi sperma.
Allah SWT. kemudian melanjutkan “Tsumma ja’alna – hu nut.fatan fi- qara – rim maki-n(in)” – kemudian makanan-makanan yang kita konsumsi ini akan menjadi sperma. Oleh karenanya, jika kita ingin mendapatkan keturunan yang baik, yang soleh dan solehah, maka makanan yang kita konsumsi hendaknya terhindar dari yang haram agar menghasilkan sperma yang baik lagi bersih pula.

Sperma dalam kurun waktu tertentu pun akan berubah menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging (QS Mu’minun 14), menjadi tulang belulang, kemudian Allah menutupnya dengan daging. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Infithaar:8 yang dalam waktu 4 bulan, terciptalah manusia yang utuh.

Manusia ini kemudian berkembang dalam rahim seorang ibu, kemudian ayat lanjutannya menggemparkan dunia ilmu pengetahuan. Sangat mustahil bahwa ayat ini buatan manusia, karena ilmu tentang janin baru berkembang di abad ke-20. Dan ternyata ayat ini tidak bertentangan dengan dunia kedokteran modern.

Allah SWT kemudian melengkapi manusia dengan kemampuan, potensi, ketrampilan, dan sebagainya. Diantara mereka ada yang berkecimpung di dunia bisnis, pendidikan, pertanian dan sebagainya. Untuk itu Allah SWT mengingatkan agar kamu sekalian mengingat akan asal sumbernya.

Di bagian lain manusia juga dibekali dengan ilmu pengetahuan, dan semua potensi-potensi ini adalah anugerah Allah SWT. Andaikata kita gunakan seluruhnya di jalan Allah SWT, baik harta, ilmu pengerahuan, semuanya adalah milik Allah SWT dan hendaknya digunakan sebesar-besarnya di jalan-Nya. Karena Allah SWT telah mengingatkan dalam QS. Ali Imran:185
Setiap jiwa pasti akan mengalami kematian. Dan sesungguhnya kelak pada hari kiamat sajalah disempurnakan balasan atas pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia adalah orang yang beruntung”.

Lalu apakah kehidupan kita hanya berujung pada kematian? Allah SWT berfirman semua manusia akan dibangkitkan untuk dimintakan pertanggungjawaban oleh Allah SWT. (Penasihat yang paling baik adalah kematian). Lalu Raulullah SAW. mewasiatkan kepada kita bahwa matinya seseorang tergantung kepada kebiasaan hidupnya, dan akan dihidupkan sesuai dengan keadaan matinya.

Oleh karens itu sebagai manusia hendaknya kita mengetahui arti tujuan hidup kita. Al-Qur’an adalah tuntunan, mudah-mudahan Allah SWT selalu mengingatkan kita untuk kembali dalam kondisi yang baik pula.


Disampaikan oleh Khatib Mukhrij Sidqy, MA pada 2 Desember 2016.