Tak dipungkiri bahwa makanan yang bergizi seimbang akan sangat memengaruhi ketahanan dan stamina tubuh selama berpuasa. Demikian pula olahraga ringan akan membantu tubuh tetap dalam kondisi prima. Namun, bagi seorang muslim, ternyata ada aspek kejiwaan (psikologis) yang juga penting diperhatikan. Selama bulan suci Ramadan, membangun ketahanan fisik bukanlah hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang mempersiapkan pikiran dan jiwa.
Niat yang tulus menjadi pondasi yang kuat untuk menjalani puasa dengan baik. Ketika seseorang membuat niat dengan sungguh-sungguh, mereka membangun komitmen yang mendalam terhadap ibadah, akan memberikan dorongan psikologis yang kuat untuk siap melalui tantangan dengan kesabaran dan ketekunan. Sebagai contoh, seorang Muslim yang memulai puasa dengan niat yang tulus untuk mendekatkan diri kepada Allah dan membersihkan jiwa dari dosa-dosa dapat merasakan dorongan ekstra untuk bertahan meskipun rasa lapar yang menghampiri.
Adalah salah satu terapi meditasi sebagai alat penting dalam memperkuat ketahanan psikologis selama berpuasa. Bentuknya mencakup doa, zikir (kalimat thoyibah), shalawat atau membaca dan merenungkan ayat-ayat suci. Dengan itu dapat menenangkan pikiran dan menguatkan hati dalam menghadapi segala rintangan. Orang yang berpuasa dapat memperdalam hubungan spiritualnya dengan Allah melalui doa-doa atau dengan merenungkan ayat Al-Qur’an yang menginspirasi ketenangan batin—seperti kutipan ayat berikut,
….رَبَّنَآ أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا
“Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian”. [QS Al-Baqarah: 250.
Menanamkan pola pikir (mindset) yang positif sangat penting dalam membangun ketahanan psikologis selama berpuasa. Memandang puasa sebagai kesempatan untuk membersihkan pikiran, tubuh, dan jiwa dari kebiasaan buruk dapat memberikan energi psikologis yang besar. Seseorang dapat mengadopsi mindset positif dengan mengubah pandangan mereka tentang puasa dari sekadar kewajiban menjadi kesempatan untuk pertumbuhan spiritual dan penguatan diri. Contohnya, seseorang dapat mengatakan pada diri mereka sendiri, “Puasa adalah kesempatan bagi saya untuk lebih bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan dan untuk meningkatkan disiplin diri saya.” Bukan kah ayat tentang tema puasa Ramadan diawali oleh QS. Albaqarah ayat 183-187 dari awal puasa hingga takbir hari raya adalah “agar kalian bersyukur (la’allakum tasykurun)” pada ayat 185.
Menggunakan visualisasi dan afirmasi positif juga dapat membantu memperkuat ketahanan psikologis. Dengan membayangkan diri mereka sehat, kuat, dan penuh energi selama puasa, seseorang dapat membangun kepercayaan diri dan ketenangan batin. Contoh praktisnya adalah dengan mengulang-ulang afirmasi positif seperti “Saya memiliki kekuatan untuk melewati hari-hari puasa dengan baik” atau dengan memvisualisasikan diri untuk menjalani puasa dengan sukacita dan ketenangan. Membuat dan menyemangati dirinya sendiri, akan membuat seseorang yang berpuasa selalu bahagia. Camkan lah sabda Nabi SAW, “Orang yang berpuasa akan memperoleh dua kebahagiaan, kebahagiaan ketika berbuka puasa, dan kebahagiaan ketika bertemu Tuhannya”. (HR Muslim).
Terakhir hal penting secara kejiwaan adalah mengelola stres dan emosi. Menghindari konflik dan situasi yang dapat memicu emosi negatif, serta menggunakan teknik relaksasi seperti pernapasan dalam, tarik nafas keluarkan pelan-pelan sambil menyebut nama Alllah. Lakukan berulang kali, akan dapat membantu tetap tenang dan fokus selama puasa.
Semoga menggabungkan elemen-elemen di atas, kita dapat membangun ketahanan fisik dan psikologis yang kokoh selama bulan suci Ramadan, agar bisa menjalani ibadah puasa dengan sempurna lahir dan batin.
Dr. Muhamad bin Abdullah Alhadi, MA, Ustadz di Cariustadz.id
Tertarik mengundang ustad Dr. Muhamad bin Abdullah Alhadi, MA? Silakan klik disini