Sebelum membahas mengenai Bani Israil, kita dapat kembali pada Kisah Nabi Ibrahim as sebagai moyang dari tiga agama samawi: Yahudi, Kristen, dan Islam. Nabi Ibrahim hidup di Kanaan, yang sekarang masuk di daerah Hebron. Putra pertamanya bernama Ismail as yang sejak awal sudah berada di Mekah, menjadi leluhur dari Bangsa Arab. Karena Bangsa Arab yang asli sudah punah seperti Tsamud, maka Bangsa Arab yang menjadi keturunan Ismail dinamakan Arab Musta’ribah. Dari Nabi Ismail inilah kemudian anak cucunya melahirkan Suku Quraisy yang menjadi suku dari Nabi Muhammad saw.
Putra kedua Nabi Ibrahim adalah Nabi Ishaq as yang tinggal di Kanaan. Menurut pandangan orang-orang Yahudi, hanya Nabi Ishaq satu-satunya anak Nabi Ibrahim. Nabi Ishaq kemudian mempunyai putra yakni Nabi Ya’qub as yang juga tinggal di Kan’aan. Nabi Ya’qub memiliki julukan Israil, yang merupakan nenek moyang Israel. Nabi Ya’qub sendiri memiliki 12 anak, termasuk salah satunya adalah Nabi Yusuf. Dari dua belas anak inilah menjadi cikal bakal 12 suku Bangsa Israel. Setelah dibuang oleh saudara-saudaranya, Nabi Yusuf as hidup dan menjadi pejabat penting di Mesir.
Berikut ini adalah rangkaian cerita tentang Israel berdasarkan ayat al-Quran.
“Dan dia menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana. Dan mereka (semua) tunduk bersujud kepadanya (Yusuf). Dan dia (Yusuf) berkata, “Wahai ayahku! Inilah takwil mimpiku yang dahulu itu. Dan sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa kamu dari dusun, setelah setan merusak (hubungan) antara aku dengan saudara-saudaraku. Sungguh, Tuhanku Mahalembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana. (Q.S Yusuf Ayat 100)”
Ayat ini bercerita tentang kisah mimpi Nabi Yusuf yang menjadi kenyataan. Nabi Yusuf menjadi orang penting di Mesir dan memiliki posisi yang terhormat. Di masa itu, penguasa Mesir bergelar Hexos. Selama kurang lebih 400 tahun, bangsa Israel hidup dengan nyaman di bawah rezim Hexos.
“Ingatlah ketika Kami menyelamatkan kalian dari pengikut Fir’aun yang menimpakan siksa yang berat kepada kalian; mereka menyembelih putra-putra kalian dan membiarkan hidup putri-putri kalian. Yang demikian itu merupakan cobaan besar dari Tuhan kalian,” (Q.S al-Baqarah Ayat 49)
“Dan para pemuka dari kaum Fir‘aun berkata, “Apakah engkau akan membiarkan Musa dan kaumnya untuk berbuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkanmu dan tuhan-tuhanmu?” (Fir‘aun) menjawab, “Akan kita bunuh anak-anak laki-laki mereka dan kita biarkan hidup anak-anak perempuan mereka dan sesungguhnya kita berkuasa penuh atas mereka.” (Q.S Al-A’raf ayat 127)
Pada dua ayat di atas, diceritakan bahwa Bangsa Israel tertindas dan mengalami genosida. Ayat pertama menunjukkan bahwa laki-laki (bukan bayi) dari Israel dibunuh, sedangkan ayat kedua mengisyaratkan bayi laki-laki dari bangsa Israel dibunuh. Artinya, ada dua kali percobaan genosida yang tercantum dalam al-Quran terhadap Bangsa Israel terutama kepada laki-laki.
“Maka ketika kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa, “Kita benar-benar akan tersusul. Dia (Musa) menjawab, “Sekali-kali tidak akan (tersusul); sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” Lalu Kami wahyukan kepada Musa, “Pukullah laut itu dengan tongkatmu.” Maka terbelahlah lautan itu, dan setiap belahan seperti gunung yang besar.” (Q.S Al-Syuara ayat 61 – 63)
Pada tiga ayat di atas, diceritakan tentang percapakan antara Nabi Musa as dan Bani Israil yang sedang dikejar oleh Firaun. Setelah perdebatan antara Nabi Musa as dengan para penyihir Fir’aun dan ternyata Nabi Musa menang, Firaun memerintahkan untuk membunuh semua Bangsa Israel pada malam itu juga. Sehingga mereka lari dari kejaran Firaun.
Yang menarik adalah ketika Bani Israil ini sudah putus asa, karena maju kena dan mundur juga kena, Nabi Musa merespon “Tuhanku Bersamaku”. Memang seorang Nabi merepresentasikan kaumnya. Pertanyaannya kenapa Nabi Musa tidak mengatakan Tuhan kita? Jawabannya adalah karena sikap Bani Israil yang keras kepal dan boleh jadi mayoritas mereka belum beriman.
“Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami.” (Q.S Yunus Ayat 92)
Firaun di masa Nabi Musa yang tenggelam, jasadnya kemudian ditemukan dan disimpan di Kairo. Ayat ini menjadi bagian dari kemukjizatan al-Quran (I’jaz al-Quran) yang menunjukkan tanda-tanda kekuasaan Allah Swt.
“Wahai kaumku! Masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu berbalik ke belakang (karena takut kepada musuh), nanti kamu menjadi orang yang rugi. Mereka berkata, “Wahai Musa! Sesungguhnya di dalam negeri itu ada orang-orang yang sangat kuat dan kejam, kami tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar darinya. Jika mereka keluar dari sana, niscaya kami akan masuk.” (Q.S Al-Maidah Ayat 21 – 22)
Al-Quran tidak pernah menyebut kata Palestina, tetapi yang digunakan adalah al-Ardh al-Muqaddasah (Tanah Suci). Karena Palestina itu sendiri adalah masyarakatnya, sebuah Bangsa yang menjadi bagian dari Bangsa Arab. Ketika diajak masuk kesana, Bani Israil menolak ajakan Nabi Musa as.
“Mereka berkata, “Wahai Musa! Sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja.” (Q.S al-Maidah Ayat 24).
Tampak pada ayat ini sikap Bangsa Israel kepada Nabi Musa as. Mereka keras kepala dan tidak menghormati Nabi mereka sendiri.
“Dia (Musa) berkata, “Ya Tuhanku, aku hanya menguasai diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu.” (Allah) berfirman, “(Jika demikian), maka (negeri) itu terlarang buat mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan mengembara kebingungan di bumi. Maka janganlah engkau (Musa) bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu.” (Q.S Al-Maidah Ayat 25 – 26).
Ayat ini menunjukkan kedurhakaan sebagian Bani Israil yang menolak perintah Tuhan. Sebagian dari mereka dilarang Tuhan masuk ke Tanah Suci. Menurut Prof Ali Jumah ada 22 kelompok Yahudi yang gak akan pernah mau masuk Israel. Kalau masuk dilaknat oleh Tuhan. Basis mereka ada di Eropa – Amerika.
“Tidakkah kamu perhatikan para pemuka Bani Israil setelah Musa wafat, ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka, “Angkatlah seorang raja untuk kami, niscaya kami berperang di jalan Allah.” Nabi mereka menjawab, “Jangan-jangan jika diwajibkan atasmu berperang, kamu tidak akan berperang juga?” Mereka menjawab, “Mengapa kami tidak akan berperang di jalan Allah, sedangkan kami telah diusir dari kampung halaman kami dan (dipisahkan dari) anak-anak kami?” Tetapi ketika perang itu diwajibkan atas mereka, mereka berpaling, kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zalim.” (Q.S Al-Baqarah Ayat 246).
Pada periode pasca Nabi Musa as, orang-orang Bani Israil yang terusir dari Mesir dan tidak mau masuk ke Palestina, tinggal di sekitar tanah Palestina. Singkat cerita, mereka beranak pinak dan memiliki kehidupan. Akan tetapi, mereka tidak memiliki pemimpin. Bani Israil meminta kepada Nabi mereka, tidak disebutkan dalam al-Quran tetapi menurut riwayat Nabi itu bernama Yusa bin Nun.
“Dan nabi mereka berkata kepada mereka, “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Talut menjadi rajamu.” Mereka menjawab, “Bagaimana Talut memperoleh kerajaan atas kami, sedangkan kami lebih berhak atas kerajaan itu daripadanya, dan dia tidak diberi kekayaan yang banyak?” (Nabi) menjawab, “Allah telah memilihnya (menjadi raja) kamu dan memberikan kelebihan ilmu dan fisik.” Allah memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.” (Q.S Al-Baqarah Ayat 247)
“Dan nabi mereka berkata kepada mereka, “Sesungguhnya tanda kerajaannya ialah datangnya Tabut kepadamu, yang di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun, yang dibawa oleh malaikat. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda (kebesaran Allah) bagimu, jika kamu orang beriman.” (Q.S Al-Baqarah Ayat 248).
Bani Israil sepeninggal Nabi Musa, punya jimat namanya Tabut. Tabut ini dipercaya sebagai jimat yang membuat orang-orang Israil selalu menang dalam perang. Suatu saat jimatnya dirampas musuh dan hilang. Kerananya mereka kalah perang. Dari ayat ini pelajarannya, benda-benda yang bersejarah yang bisa menghubungkan dengan leluhur, jangan buru-buru dikatakan syirik. Bisa jadi itu adalah bagian dari benda sejarah yang bernilai.
Dari ayat ini dan ayat sebelumnya, Allah mengangkat Thalut sebagai raja mereka. Tetapi Bani Israil ini menolak keras karena Thalut ini bukan bangsawan dan bukan orang kaya. Menurut mereka yang berhak menjadi raja adalah orang kaya. Tetapi Allah Swt mengangkat Thalut sebagai raja karena penguasaannya terhadap Tabut.
Singkat cerita Thalut berperang dibantu panglima mudanya Daud. Inilah periode kedua orang-orang Bani Israil berhasil ke Palestina dan memiliki kerajaan. Pertama kali dengan raja sukses namanya Raja Daud. Raja Daud inilah yang merintis kerajaaan palestina.
Klaim orang-orang Israel sekarang ini meneruskan kerajaan di masa Nabi Daud, makanya kenapa benderanya dinamakan bintang Daud.
Terus apa di masa Nabi Daud itu orang-orang Israel beriman? Tidak. Yang durhaka tetap durhaka.
“Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan (ucapan) Dawud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas.” (Q.S Al-Maidah Ayat 78)
Nabi Daud melaknat orang-orang Israel yang durhaka dan melampaui batas. Ketika Nabi Daud wafat, diganti oleh Sulaiman. Nabi Sulaiman yang membangun cikal bakal kerajaan besar.
“Dia berkata, “Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak patut (dimiliki) oleh seorang pun sesudahku.” (Q.S Shad Ayat 35)
Doa Nabi Sulaiman ini dikabulkan oleh Allah Swt. Infrastruktur kerajaannya dibangun oleh bangsa Jin dan Binatang-binatang. Dikisahkan pula dalam al-Quran bahwa Nabi Sulaiman berkendara dengan mengendarai angin.
Setelah Nabi Sulaiman Wafat, yang diutus 500 SM. Israel pecah jadi Israel Selatan dan Utara. Karena pecah masuk bangsa Assyria. Yang Utara dikuasai Romawi. Iran dan Romawi perang. Mulai itulah Palestina dikuasai bangsa Romawi. Di era itulah diutus Nabi Isa as. Romawi melakukan tindakan yang sama kepada Bani Israel. Sebagian dari mereka kabur ke Yatsrib dan menjadi koloni di sana.
Singkat cerita orang-orang Bani Israil di Yatsrib melakukan Perjanjian Madinah dengan Umat Muslim. Kemudian di Era Modern, di masa kolonialisme modern, orang-orang Eropa yang menjadi penjajah bersekutu dengan kelompok Yahudi Zionis. Membentuk Negara Israel dan berdiri di tahun 1948. Mereka mengusir penduduk asli Bangsa Palestina di sana dan mengklaim tanah itu adalah tanah mereka.
“Dan setelah itu Kami berfirman kepada Bani Israil, “Tinggallah di negeri ini, tetapi apabila masa berbangkit datang, niscaya Kami kumpulkan kamu dalam keadaan bercampur baur.” (Q.S Al-Isra Ayat 104).
Ayat ini yang diyakini para ulama tafsir sebagai akhir Bani Israil. Artinya tinggallah di Palestina, ketika hari penghukuman terhadap mereka tiba, maka kamu akan bercampurbaur (berasal dari berbagai negara). Ini indikasi mereka akan selesai. Ada kelompok yang lurus, yang tidak mau masuk tanah Palestina, itu tanah yang dijanjikan untuk mereka, yang dijanjikan untuk mereka dibinasakan. Kenapa demikian? Analisanya, kalau mereka masih berpencar, tidak bisa dikalahkan. Akan ada skenario Tuhan tentang kehancuran Israel, kapan itu terjadi dan bagaimana mekanismenya? Wallahu A’lam.
Meskipun orang-orang Palestina sebagaimana tersurat dalam Surah Al-Nisa Ayat 104, tampaknya kalah, tetapi berdasarkan iman, mereka tidak kalah. Jadi ayat ubu menggunakan kacamata akidah. Kalau orang Gaza meninggal, maka mereka masih mendapatkan rahmat. Jangan kamu lemah dan suudzon kepada Tuhan. Tetap ditolong. Kalau kamu sakit, mereka mati syahid. Ini yang seharusnya membesarkan kita dan sekaligus berhusnudzon kepada Allah Swt.
“Dan janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka ketahuilah mereka pun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu rasakan, sedang kamu masih dapat mengharapkan dari Allah apa yang tidak dapat mereka harapkan. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” (Q.S Al-Nisa Ayat 104).
Dr. Ali Nurdin, M.A, Pimpinan Cariustadz.id
Tertarik mengundang ustadz Dr. Ali Nurdin, M.A? Silahkan klik disini