Tuntunan dan Doa Agar Memperoleh Anak Saleh dalam al-Qur’an

Anak merupakan ujian bagi orang tuanya. Ia sekaligus menjadi anugerah yang tiada tara. Anak bisa menjadi ujian karena ia yang akan melanjutkan estafet atas segala tuntunan yang diberikan oleh ayah ibunya, atau sebaliknya, ia mengecewakan dan bahkan tidak taat kepada kedua orang tuanya (at-Taghabun:14-15). Dalam tulisan kali ini saya ingin menunjukkan bagaimana posisi anak dalam al-Qur’an, apa saja ayat-ayat dan penafsirannya, dan tentu bagaimana doa dan tuntunan agar anak bisa bisa menjadi saleh.

Dalam Mufradat al-Fadz al-Qur’an, Raghib al-Asfahani menyebutkan bahwa kata al-walad begitu juga al-maulud digunakan baik untuk makna anak kecil atau besar. Seperti misalnya terdapat dalam Q.S. An-Nisa’: 11 “fain lam yakun lahu lawad”, Al-An’am: 101 “Anna yakunu lahu walad”, begitu juga anak hasil adopsi, tetap disebut walad,Aw Nattakhidzahu walada”, Q.S. Al-Qashas: 9. 

Beragam bentuk kata walad dalam al-Qur’an disebutkan Fu’ad Abdul Baqi dalam Mu’jam-nya. Sebagai contoh, kata walada disebutkan sebanyak 15 kali, waladun 14 kali, al-aulad 2 kali, aulada 2 kali, dan beberapa perubahan kata lainnya yang semuanya masih merujuk pada makna yang sama, yakni anak. 

Penggambaran al-Qur’an tentang posisi anak di hadapan orang tua bisa kita lihat misalnya dalam Q.S. Al-Baqarah: 2: 233. “Ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Kewajiban ayah menanggung makan dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani, kecuali sesuai dengan kemampuannya.

Kewajiban memberi makan dan pakaian itu hendaknya dilaksanakan dengan cara yang ma’ruf, yakni yang dijelaskan maknanya dengan penggalan ayat berikut yaitu, seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya, yakni jangan sampai ayah mengurangi hak yang wajar bagi seorang ibu dalam pemberian nafkah dan penyediaan pakaian, karena mengandalkan kasih sayang ibu kepada anaknya. Dan juga seorang ayah menderita karena ibu menuntut sesuatu di atas kemampuan sang ayah, dengan dalih kebutuhan anak yang disusuinya (Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah jilid 1).

Jadi memang kehadiran anak di dunia ini jangan sampai dianggap beban bagi ayah maupun ibu. Meskipun dalam kenyataannya, terkadang masih ada orang tua yang menganggap—secara sadar atau tidak—anaknya tidak berguna, atau mencemooh dengan kata-kata yang kasar dan lain sebagainya. 

Saat kita melihat beberapa ayat Al-Qur’an yang berbicara perihal anak, kita akan menemukan bagaimana Al-Qur’an memberikan penggambarakan positif terhadap anak. Dikatakan bahwa anak merupakan perhiasan hidup, sumber kebahagiaan, dan bisa menjadi penyejuk hati (QS. Al-Kahf: 46). Selain itu, anak juga merupakan sumber harapan baik itu di dunia dan di akhirat (QS. Ali Imran: 38). 

Orang tua tentu mempunyai harapan tinggi terhadap anaknya, dalam hal ini kita patut mencontoh doa yang sangat tulus dari Nabi Zakaria ketika berdoa kepada Allah agar diberikan anak yang berkualitas, رَبِّ هَبْ لِي مِن لدنْك ذُرّيّة طيّبة. Doa ini dipanjatkan Nabi Zakaria ketika beliau dan istrinya memasrahkan diri kepada Allah perihal keturunan karena sadar keduanya telah lanjut usia. Akan tetapi, ternyata doanya diijabah Allah melalui malaikat. Malaikat Jibril menyampaikan pesan dari Allah, “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran seorang putramu yang akan bernama Yahya, yakni yang hidup dan menjadi pembenar kalimat yang datang dari Allah” (Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah jilid 2). 

Doa lain yang dicontohkan langsung dalam Al-Qur’an terdapat di dalam surat Al-Ahqaf:46:15. 

قَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

“Wahai Tuhanku, berilah petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dapat beramal saleh yang Engkau ridai, dan berikanlah kesalehan kepadaku hingga kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim.”

Doa di atas hemat saya termasuk doa yang lengkap dalam arti mencakup dua sisi sekaligus. Pertama, dari sisi anak agar selalu ingat betapa orang tua mereka telah merawat dan membesarkan mereka dengan susah payah dari kecil. Kedua, dari sisi orang tua terus berupaya dan berdoa agar kebaikan, amal saleh selalu menjadi jalan utama yang dilakukan oleh anak-anaknya. Bahkan tidak berhenti di anak-anak mereka saja, akan tetapi sampai anak cucu. 

Ala kulli hal, memiliki keturunan yang baik dan sesuai dengan anjuran agama merupakan dambaan semua orang tua. Namun demikian sebagai orang tua harus selalu ingat bahwa kita merupakan cerminan untuk keturunan kita. Terkadang orang tua sudah memberikan cerminan baik saja masih diuji dengan anak mereka yang kurang baik, apalagi orang tua yang tidak bisa menjadi cerminan bagi anak-anaknya?

Zaimul Asroor. M.A., Ustadz di Cariustadz.id

Tertarik mengundang ustadz Zaimul Asroor. M.A.? Silahkan klik disini