Syukuri Kemerdekaan Jaga Persatuan

Perayaan HUT ke-80 kemerdekaan tentu bukan yang pertama. Setiap tahun, perayaan ini digelar di berbagai daerah dengan beragam bentuk dan cara. Ini adalah ekspresi kegembiraan masyarakat dalam menyambut kemerdekaan.

Kemerdekaan tentu merupakan anugerah besar dari Allah yang patut disyukuri. Tidak semua bangsa diberi kesempatan untuk merdeka, lalu menentukan arah dan nasibnya sendiri secara berdaulat. Namun demikian, perayaan ini tidak boleh berhenti pada seremoni semata. Ada nilai dan pesan penting yang perlu terus direnungi, agar makna kemerdekaan tetap hidup dan tidak luntur dimakan waktu.

Kemerdekaan: Kesyukuran dan Penghormatan

Salah satu nilai moral dan spiritual dalam perayaan kemerdekaan adalah menghormati dan menghargai perjuangan orang-orang yang telah mengorbankan segalanya demi berdirinya republik ini. Bentuk penghormatan kepada mereka sejatinya adalah ekspresi syukur kepada Allah, yang telah menganugerahkan kemerdekaan melalui curahan ikhtiar dan pengorbanan para pejuang bangsa.

Dalam Islam, salah satu indikator kesyukuran kepada Allah adalah menghargai kebaikan dan jasa sesama manusia. Nabi SAW bersabda:

مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ لَا يَشْكُرُ اللهَ

“Barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah.” (HR. Abu Daud, Ahmad)

Ibnu Atsir menjelaskan: “Siapa pun yang terbiasa mengingkari nikmat dan tidak bersyukur kepada manusia, maka ia juga terbiasa mengingkari nikmat Allah dan tidak bersyukur kepada-Nya.”

Penjelasan ini menunjukkan bahwa menghargai jasa para pejuang bangsa adalah bagian dari adab Islam, dan termasuk wujud syukur atas nikmat besar berupa kemerdekaan yang Allah berikan melalui mereka. Ada ungkapan yang mengatakan: menghargai jasa pahlawan adalah bentuk syukur yang paling nyata. Bukan hanya mengenang, tapi meneruskan semangat juangnya.

Kemerdekaan: Solidaritas dan Nilai Pancasila

Setiap 17 Agustus, kita rayakan kemerdekaan dengan suka cita dari upacara sampai lomba-lomba rakyat seperti tarik tambang, makan kerupuk, panjat pinang, dan berbagai perlombaan lainnya. Tapi di balik semua itu, ada makna yang jauh lebih dalam, yaitu semangat kebersamaan dan gotong royong.

Perlombaan itu bukan sekadar hiburan. Ia adalah simbol bahwa dulu, kemerdekaan diraih bukan oleh satu orang, tapi karena semua bersatu, saling bantu, dan berjuang bersama. Nilai itulah yang menjadi kekuatan Indonesia hingga hari ini.

Islam juga menekankan pentingnya kebersamaan. Dalam al-Qur’an, Allah berfirman:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا

“Berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai.” (QS. Ali ‘Imran: 103)

Menurut al-Razi bahwa perintah untuk berpegang pada tali Allah secara bersama indikasi pentingnya solidaritas dan kesatuan umat Islam yang bersandar pada ajaran Allah, sehingga ayat ini menjadi pengingat bahwa persatuan adalah kunci kekuatan. Kalau kita terpecah, kita mudah lemah. Tapi kalau kita bersatu, sebesar apa pun tantangan, bisa kita hadapi bersama.

Hal itu pula yang ditekankan dalam Pancasila, terutama pada sila ke-3 Persatuan Indonesia. Tanpa persatuan, kemerdekaan tidak mungkin diraih dan tanpa menjaga kebersamaan, kemerdekaan bisa kehilangan arah.

Al hasil, perayaan kemerdekaan bukan sekadar seremonial tahunan, tapi momentum untuk memperkuat rasa syukur, menghormati jasa para pejuang, dan meneguhkan kembali nilai persatuan serta kebersamaan. Islam dan Pancasila sama-sama menekankan pentingnya solidaritas dan gotong royong sebagai kunci menjaga kemerdekaan agar tetap bermakna sepanjang masa.

Mabrur Inwan, M.Ag, Ustadz di Cariustadz

Tertarik mengundang Mabrur Inwan, M.Ag? Silakan Klik disini.