Sikap Umar bin Khattab Sesudah dan Sebelum Menjadi Khalifah

Bila umat muslim ditanya tentang siapa sahabat yang terkenal ketegasannya, tentu Umar adalah salah satu jawabannya. Ia dikenal sebagai sahabat yang tegas dan berani dalam membela ajaran Islam. Kepribadiannya inilah yang menurut riwayat dari Imam Muslim dan Bukhari, membuat setan tidak berani melewati jalan yang ia lewati. 

Namun, ada perbedaan sikap yang cukup besar ketika Umar sudah menjadi khalifah. Ia tidak lagi hanya dikenal sebagai orang yang penuh keteguhan dan ketegasan, akan tetapi penuh kasih sayang. Kenapa demikian? Artikel ini akan mengulas perbedaan sikap Umar bin Khattab secara singkat. 

Menurut adz-Dzahabi, Umar masuk Islam saat usianya 27 tahun, usia yang sudah cukup dewasa untuk memiliki kepribadian yang kuat. Imam Nawawi berkata, “Umar termasuk di antara orang pertama yang masuk Islam (as-Sabiqun al-Awwalun), sekaligus masuk dalam daftar sepuluh sahabat yang dijanjikan Nabi masuk surga. Ia juga salah satu Khulafa’ ar-Rasyidin sekaligus salah satu mertua Rasulullah.”

Umar sudah menjadi seseorang yang disegani sebelum ia masuk Islam. Karena itu, tidak heran bila Nabi sangat berharap bahwa suatu saat Umar bisa masuk Islam untuk membantunya menyebarkan agama samawi terakhir ini. Dalam doanya yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Ibnu Umar, Nabi berucap: 

أللهم أعزّ الإسلام بأحبّ هذين الرجلين إليك بأبى جهل أو بعمر ابن الخطاب

Ya Allah, muliakanlah salah satu dari dua orang yang Engkau cintai, Umar bin Khattab atau Abu Jahal bin Hisyam.

Al-Hakim juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi pernah berdoa: 

أللهم أعز الإسلام بعمر ابن الخطاب

Ya Allah, muliakanlah agama Islam ini dengan Umar bin Khattab. 

Doa di ataslah yang kemudian disampaikan oleh Khabbab saat mengetahui bahwa hati Umar akhirnya diterangi cahaya hidayah saat membaca surat Thaha ayat 14: Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tiada Tuhan yang hak selain aku, maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku. Umar pun bergegas menemui Nabi untuk menyatakan keislamannya (Imam as-Suyuti, Tarikh al-Khulafa’).

Kembali ke pembahasan utama, yakni tentang sikap dan kepribadian Umar yang terlihat berbeda saat sebelum dan sesudah ia didapuk sebagai khalifah kedua umat Islam. 

Meminjam istilah Ahmad as-Syarbasyi, Umar adalah sosok yang memiliki pandangan yang jeli dan pemikiran yang tajam (shahibu bashirah). Bashirah di sini memiliki dua makna: kedalaman fikiran dan pandangan, serta kejelian untuk menyampaikan dan menerapkan suatu pandangan yang tepat pada saat yang tepat pula (Ahmad as-Syarbasyi, Yas’alunaka fi ad-Din wa al-Hayah).

 Ketajaman fikiran inilah yang mungkin dalam sebagian pandangan orang awam melihat Umar sebagai orang yang terkenal tegas dan keras dalam setiap komentarnya terhadap persoalan keislaman. Dan tak jarang ia mengajukan argumentasi kepada Nabi, sang pemilik otoritas risalah ketuhanan tertinggi. 

Di antara ketegasan dan keberanian sikapnya yang bisa kita amati—tepatnya sebelum menjadi Amirul Mukminin—adalah saat di “usia” keislamannya yang masih “seumur jagung”, Umar secara to the point berani mengutarakan argumentasi kepada Nabi tentang cara berdakwahnya, yang saat itu masih sembunyi-sembunyi dalam mendakwahkan agama baru, Islam.

Kata Umar, “Mengapa kita masih sembunyi-sembunyi, padahal kita berada dalam kebenaran, dan mereka dalam kebatilan?” Tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali Umar mengajukan pertanyaan yang sama ini kepada Nabi. Sampai akhirnya Nabi diperintahkan Allah untuk berdakwah secara terang-terangan. 

Umar juga menjadi satu-satunya sahabat yang secara terang-terangan (berbeda dengan para sahabat lain yang sembunyi-sembunyi) hijrah ke Madinah, bahkan ia menantang siapapun yang mau menghalanginya. 

Selain itu, “protes” Umar kepada Nabi dalam peristiwa Perjanjian Hudaibiyah menunjukkan betapa Umar—dalam pandangan singkatnya—tidak ingin melihat Islam diremehkan orang Quraish. Sampai-sampai keluar ucapan dari Umar kepada Nabi, “Apakah engkau benar-benar seorang Nabi?”. Namun, keraguan Umar pun sirna tatkala ia diberitahu kalau telah turun ayat tentang Fathu Makkah. Ia pun beristighfar karena kali ini sikapnya kurang tepat (Said Ramadhan al-Buthi, Fiqh as-Sirah an-Nabawiyyah).

Dan masih banyak lagi peristiwa yang menunjukkan ketegasan dan keberanian Umar sehingga sangat berarti dalam membela agama Islam yang dibawa Nabi. 

Dalam analisa Ahmad Syarbasyi, pada masa Rasulullah dan kekhalifahan Abu Bakar, Umar melihat bahwa dia harus berperan sebagai seorang yang bersikap keras dan tegas. Mengapa? Karena dia menyadari bahwa Rasul adalah seseorang yang memegang kendali umat. Keamanan kehidupan umat sangat bergantung pada beliau. Di sisi lain, Nabi juga seorang pembawa kasih sayang seluruh alam. Maka, Umar tak khawatir menampilkan sikap kerasnya. Sikap Umar ini juga berlaku di era kepemimpinan Abu Bakar, karena ia terkenal lemah lembut. Hal ini menjadikan  Umar bagai penyeimbang. 

Namun, sejak Umar menjadi khalifah kedua setelah Abu Bakar, ada sikap yang jarang terlihat dalam diri Umar, yaitu lemah lembut, kasih sayang, dan zuhud. Umar diriwayatkan sering menangis, ia juga sering tidak tidur semalaman karena merasa memiliki tanggung jawab yang besar terhadap rakyatnya. Pernah suatu malam Umar memikul sekarung gandum untuk seorang nenek dan kemudian dia sendiri yang menyalakan api di dapurnya. 

Salah satu perkataan Umar yang cukup masyhur adalah حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا, evaluasilah (hisablah) dirimu sendiri sebelum kelak akan dihisab (oleh Allah). Umar sering meng-hisab dirinya dengan penuh kesedihan dan ketakutan. Dia adalah sosok yang luar biasa takutnya kepada Allah. 

Masih menurut as-Syarbasyi, jika seandainya sikap lembut Umar diperankannya pada masa kekhalifahan Abu Bakar, niscaya keamanan dan ketertiban tidak akan tegak karena tidak ada seseorang yang bersikap tegas dan tegak. Dua sikap Umar yang berbeda ini telah diterapkan Umar dalam waktu dan kondisi yang tepat. 

Semoga kita bisa meneladani sikap Umar di saat yang tepat dan di tempat yang tepat pula.

Zaimul Asroor. M.A., Ustadz di Cariustadz.id

Tertarik mengundang ustadz Zaimul Asroor. M.A.? Silahkan klik disini