Refleksi Bulan Sya’ban Sebagai Bulan al-Quran

Masih dalam momentum bulan Sya’ban, tradisi masyarakat Indonesia masih melekat dengan tradisi bulan Rajab yaitu selebrasi pengajian di berbagai majelis taklim. Jika kita telisik kembali dalam kitab Madza fi Sya’ban karya Sayyid Muhammad Alawy al-Maliki, kehadiran bulan Sya’ban sangat dekat dengan bulan Ramadhan dan memiliki keistimewaan yang sama yaitu sebagai bulan yang memiliki keterkaitan erat dengan Al-Qur’an. Keduanya disebut sebagai Syahrul Quran. Dalam beberapa redaksi Hadis, bulan Sya’ban disebut sebagai bulan persiapan, sementara Ramadhan adalah bulan puncak pertemuan orang Muslim menggapai keberkahan dan pahala yang sangat luar biasa. Ibnu Rajab al-Hanbali dalam kitabnya Lathaif al-Ma’arif Fiima Li Mawasimil ‘Am min al-Wadhaif, hal.135, mengutarakan tentang hakikat sya’ban dan ramadhan:  

ولما كان شعبان كالمقدمة لرمضان شرع فيه ما يشرع في رمضان من الصيام وقراءة القرآن ليحصل التأهب لتلقي رمضان وترتاض النفوس بذلك على طاعة الرحمن 

“Kehadiran bulan sya’ban sebagai permulaan menghadapi bulan Ramadhan, syariat yang ada pada sya’ban sama dengan apa yang disyariatkan pada bulan Ramadhan seperti puasa dan membaca al-Quran. Tujuan ini tiada lain untuk mempersiapkan diri dari segi spiritual untuk menuju ketaatan”. 

Setelah melacak beberapa sumber Hadis, memang tidak ditemukan secara spesifik aktivitas Nabi membaca al-Quran penuh saat bulan Sya’ban. Sebagian redaksi yang datang dari Sayyidah Aisyah hanya mengutarakan tentang puasa nya Nabi di setiap bulan nya termasuk sya’ban. Namun upaya aktivitas Nabi dalam merawat ibadah bulan Sya’ban ini terekam oleh para sahabat dan tabiin dalam sebagian Hadis dan Atsar yang sudah jelas mengungkap keistimewaan bulan ini sebagai bulan nya al-Quran. Hal ini dibuktikan dalam beberapa sumber turats Islami yang saya ambil diantaranya: 

Pertama, Ibnu Rajab al-Hanbali dalam kitabnya Lathaif al-Ma’arif Fiima Li Mawasimil ‘Am min al-Wadhaif, hal 19, yang mengutip sebuah hadis riwayat Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: 

قال أنس رضي الله عنه: كان المسلمون إذا دخل شعبان أكبوا على المصاحف فقرؤوها وأخرجوا زكاة أموالهم تقوية للضعيف والمسكين على صيام رمضان.

“Jika masuk bulan Sya’ban, masyarakat Muslim Madinah berlomba-lomba memegang mushaf mereka kemudian mereka membacanya, lalu mereka bergegas mengeluarkan harta zakat mereka sebagai penguat bagi orang-orang miskin atau yang lemah saat menghadapi ramadhan”

Kedua, Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki dalam Madza Fi Sya’ban, hal.44, mengutip sebuah riwayat dari ‘Amr bin Qays al-Mala’I yang memiliki ritual khusus saat memasuki bulan Sya’ban dengan meninggalkan bisnis nya demi meraih barakah nya al-Quran. 

كان عمرو بن قيس الملائي إذا دخل شعبان أغلق حانوته وتفرغ لقراءة القرآن قال الحسن بن سهل: قال شعبان: يا رب جعلتني بين شهرين عظيمين فما لي؟ قال: جعلت فيك قراءة القرآن يا من فرط في الأوقات الشريفة وضيعها وأودعها الأعما ل السيئة وبئس ما استودعها.

 “Sesungguhnya ‘Amr bin Qays sangat konsisten dengan ritual khusus nya saat memasuki bulan Sya’ban yaitu dengan menutup semua ruko dagangannya karena ingin meluangkan waktunya untuk membaca al-Quran”. 

Ketiga, Syaikh Ahmad bin Hijazi al-Fasyani dalam kitabnya Tuhfah al-Ikhwan fi Qira’ati al-Mi’ad fi Rajab wa Sya’ban, halaman 78, beliau mengutarakan sebuah riwayat dari Hasan bin Sahl dari Sya’ban:  

قال العلامة الشيخ أحمد بن حجازي ـ رحمه الله تعالى: (وقد كان السلف الصالح يقبلون فيه على قراءة القرآن، فتأسوا بهم؛ فما منكم إلاّ من جمع شيئاً من القرآن الكريم ـ كالفاتحة أم القرآن، وآية الكرسي، وسورة الإخلاص والمعوذتين وغير ذلك؛ فيشتغل الإنسان في هذا الشهر بما جمع.

“Allamah Syaikh Ahmad bin Hijazi rahimahullah berkata, “Para pendahulu yang saleh (salafushalih) membiasakan untuk rajin membaca al-Quran di bulan sya’ban ini, lalu mereka merasa putus asa dengan hal itu, karena tidak ada satupun diantara mereka yang mampu menghimpun/mengkhatamkan seperti halnya surat al-Fatihah, ayat kursi, surat al-Ikhlas, dan dua surat (an-nas dan al-falaq). Sejak itu, masyarakat mulai menghabiskan bulan sya’ban ini dengan apa yang akan mereka khatamkan”. 

Sebagai bulan yang penuh berkah, Sya’ban menjadi pengantar bagi umat Islam untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah melalui Al-Qur’an. Jejak para ulama yang disebutkan tadi sebagai bukti untuk momentum memperbanyak tilawah, tadabbur, dan amal saleh menjadi inspirasi bagi kita untuk mengikuti langkah-langkah mereka. Dengan meneladani kesungguhan mereka dalam mencintai Al-Qur’an, kita tidak hanya memperkaya pemahaman spiritual tetapi juga memperkuat ikatan dengan wahyu-Nya. Semoga Sya’ban ini menjadi ladang persiapan menuju Ramadan yang lebih bermakna, di mana Al-Qur’an benar-benar menjadi cahaya dalam kehidupan kita.

Rifa Tsamrotus Saadah,S.Ag, Lc, MA., Dosen STIU Darul Quran Bogor dan Ustadzah di Cari Ustadz

Tertarik mengundang ustadz Rifa Tsamrotus Saadah,S.Ag, Lc, MA.? Silahkan klik disini