Perkuat Muhasabah Melalui Vision Board Perspektif Al-Quran

Di tahun baru, generasi Milenial dan Gen-Z di sosial media bersaing menampilkan vision board 2025. Vision board adalah representasi visual dari tujuan hidup yang ingin dicapai. Biasanya mereka memvisualisasikan nya berupa papan atau media digital yang memuat gambar, kata-kata, atau sebuah simbol yang mempresentasikan dan memanifestasikan harapan. Rata-rata mereka menguatkan sisi material goals, career goals, achievement goals, sampai happiness goals. Ini tentu menarik dan jadi solusi untuk mencapai produktivitas hidup anak muda yang lebih baik. 

Ada sebuah penelitian dari Luxas J Dison “the psychology of belief in manifestation”, (Sage Journals: Personality and Social Psychology Bulletin Volume 51, Issue 1, January 2025, for new volume), seseorang yang memiliki dan percaya pada manifesting, otak akan merespon baik yang tidak hanya sekadar imajinasi namun juga masuk pada dunia nyata. Dalam Islam, konsep ini memiliki keterkaitan erat dengan Muhasabah (intropeksi) yaitu praktik mengkaji diri sendiri untuk menilai sejauh mana seseorang menjalankan amanah hidup sesuai dengan tuntunan Allah SWT. Najib Khalid Amir dalam kitabnya Rihlatu Ma’a Ahibbai Asyabab (Dammam Saudi Arabia: Dar-Al Ishlah tahun 1992, Jilid 2, halaman 23), mengungkap bahwa keuntungan dari bermuhasabah ialah menjaga eksistensi keshalehan pada setiap individu Muslim, sederhananya dengan terus bersyukur dan memuji Allah, hingga terus diulang sampai hari  berikutnya.

‎والمحاسبة كذلك تكشف للمسلم حصَّته من الطاعة التي قام بها، فيشكر الله ويحمده بأن وفَّقه إليها، فيعاودها ثانية وثالثة ورابعة

Tentunya, Agar tekad Muhasabah ini lebih maksimal,  kita perlu merencanakan dengan alat vision board. Hal ini guna untuk manifesting; membantu kita untuk memvisualisasikan harapan dan perencanaan hidup ke depan. Muhasabah mengajak kita untuk merenungkan amal perbuatan kita sebelumnya (refleksi) maka vision boards sebagai tools yang ikut memvisualisasikan, membantu, dan memastikan ulang  apa yang kita harapkan (manifestasi). Surat Alhasyr ayat 18 menjadi  bukti bahwa refleksi dan manifestasi perlu dimiliki bahkan diciptakan.

‎قال تعالى: ﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ ﴾ [الحشر: 18]

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Dalam Tafsir Al-Wajiz, Ibnu Athiyyah Al-Andalusi ( Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah Juz 5 hal 290) saat menafsirkan kalimat “dan hendaklah setiap orang siapa pun dia memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok”, ialah bentuk dari Muhasabah sekaligus manifesting untuk beranjak pada pada aktivitas yang lain. Misalnya, jika hari ini kita perhatikan jam kerja kita tidak maksimal disebabkan scroll sosial media dan screen time berlebihan, maka hari esok perlu menimalisir ulang. Ibnu Athiyyah meneruskan, agar kebaikan yang dilakukan perlu atas dasar iman, ditopang dengan ilmu dan hati yang ikhlas semata-mata mengharap rida Allah.

Adapun keutamaan Muhasabah menurut pandangan Ibnu Katsir dalam kitabnya Tafsir Ibnu Katsir (Beirut: Dar Al-Kutub Ilmiyah tahun 1419 Juz 4 halaman 437), surat Al-Hasyr 18 ini mengajak pada semua individu agar giat bermuhasabah dan optimis atas amal kebaikan yang telah ditanam agar siap mengharap Ridha Allah SWT.

جاء عند ابن كثير قوله: “أي: حاسِبوا أنفسكم قبل أن تحاسَبوا، وانظروا ماذا ادَّخرتم لأنفسكم من الأعمال الصالحة ليوم معادكم وعرضكم على ربكم”.

 “Hakimilah dirimu sendiri sebelum kamu dihisab, dan lihatlah amal-amal baik apa yang telah kamu simpan untuk dirimu sendiri untuk hari kembalinya kamu dan untuk kamu hadapkan kepada Tuhanmu”

Pesan para Ulama: Kuatkan refleksi dan Manifestasi 

Refleksi tanpa tindakan hanyalah wacana, dan tindakan tanpa refleksi bisa kehilangan arah. Berikut ini ada tiga poin penting atas keduanya yang perlu kita jaga: 

Pertama: Refleksi dan Manifestasi adalah tangga mencapai amal shalilh

Imam Al-Qurtubhi dalam kitabnya Al-Tadzkirah bi ahwalil mawta wa umur al-akhirah, (Riyadh : Maktabah Dar al-Minhaj tahun 1425 Juz 1 halaman 289) yang mengutip penjelasan Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu; menjelaskan hal yang sama dengan ayat diatas bahwa muhasabah itu perlu diperindah dengan amal shalih. Serupa dengan tujuan adanya visual board yang berusaha memanifestasikan dan memprioritaskan jiwa positivisme.

‎ويؤكده قولُ عمر بن الخطاب: “حاسِبوا أنفسكم قبل أن تحاسَبوا، وزِنُوها قبل أن توزَنوا، وتزيَّنوا – أي: بالعمل الصالح والتقوى – للعرض الأكبر”[6].

“Adili diri kalian sebelum kalian dihisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan hiasilah diri kalian – yaitu dengan perbuatan baik dan ketakwaan – untuk pertunjukan yang agung.”

Kata tazayyanu menurut Ibnu Katsir ditafsirkan sebagai memperindah amal shalih dan takwa dengan cara verbal, tekstual, ataupun kontekstual.

Kedua: Muhasabah sebagai sebuah PertanggungJawaban di dunia

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitabnya Ighatsatu al-Lahfan fi Mashayidi al-Shaiton,  (Beirut: Dar Ibnu Hazm Juz 1 halaman 29), kitab yang mengungkap ini seluk-beluk hati dan berbagai macam tipu daya setan yang dapat merusak hati manusia,  bahwa Setan senang membuat hati manusia untuk gampang gundah galau agar lupa pada nikmat dan tidak bermuhasabah. Ibnu Qayyim mengutip nasihat Hasan Al-Bashri: 

‎وعن الحسن البصري: المؤمن قوَّام على نفسِه يحاسبها لله، وإنما خفَّ الحساب على قومٍ حاسَبوا أنفسهم في الدنيا، وشقَّ الحساب على قوم أخذوا هذا الأمر من غير محاسبة

Al-Imam Al-Hasan al-Bashri berkata: Seorang Mukmin akan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan mempertanggungjawabkannya kepada Allah, namun hisabnya mudah bagi orang yang mempertanggungjawabkan dirinya di dunia dan pertanggungjawaban itu berat bagi mereka yang menganggap remeh Muhasabah itu sendiri”

Ketiga: Muhasabah perlu diperkuat dengan visualisasi

Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Abdullah al-Syaukani dalam kitabnya Fathul Qadir (juz 5, halaman 471) mengutip surat Al-Qiyamah ayat 2 “(Dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali diri sendiri)” sebagai ayat yang mengungkap bahwa manusia sering menunda-nunda bahkan meninggalkan cita-cita mereka. Tentu hasilnya tidak akan optimal semasa hidupnya. Maka dari itu, visualisasi menjadi salah satu sarana penting untuk mengingat harapan dan usaha kita di tahun mendatang. 

‎كما قال تعالى: ﴿ وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ ﴾ [القيامة: 2]، قال الإمام الشوكاني: “قال مجاهد: هي التي تلوم على ما فات، وتندم، فتلوم نفسها على الشر: لِمَ عملته؟ وعلى الخير: لِمَ لَمْ تستكثر منه؟

Imam al-Syaukani berkata, “Mujahid berkata, ‘Dia adalah orang yang menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang telah berlalu dan menyesalinya, lalu dia menyalahkan dirinya sendiri atas keburukannya: “Mengapa kamu melakukannya?”Mengapa kamu tidak memaksimalkannya?”.

Ketiga tips ini sangat relevan dan mendukung adanya semarak vision boards di sosial media. Di era globalisasi, generasi manapun itu diharapkan untuk berusaha manifesting harapan lalu memvisualisasikan nya agar terhindar dari sifat lalai dan tidak optimal. Dengan begitu, tahun 2025 tidak hanya akan menjadi sekadar imajinasi tetapi dapat menjadi kenyataan yang siap dihadapi.

Rifa Tsamrotus Saadah,S.Ag, Lc, MA., Ustadzah di Cari Ustadz

Tertarik mengundang ustadz Rifa Tsamrotus Saadah,S.Ag, Lc, MA.? Silahkan klik disini