Pemberitaan beberapa media tentang seorang anak yang merawat ibunya yang mengidap gangguan kejiwaan, mungkin membuat kita bertanya-tanya. Apabila bersikap baik kepada kedua orang tua yang sehat saja amat dianjurkan dalam Islam, lalu bagaimana Islam berbicara perihal merawat ibu yang sakit? Apakah Islam pernah berbicara langsung mengenai merawat ibu yang sakit?
Di dalam al-Qur’an cukup banyak ayat yang menyinggung secara khusus perihal anjuran bersikap baik kepada orang tua. Diantaranya surat al-Nisa’ ayat 36, al-‘Ankabut ayat 8, al-Isra’ ayat 23 dan Luqman ayat 14. Diantara empat ayat ini yang cukup jelas menyinggung soal merawat ibu yang sakit adalah al-Isra’ ayat 23:
Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.
Rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua (menyayangiku ketika) mendidik aku pada waktu kecil.” (QS. Al-Isra/23-24).
Apa yang membuat ayat ini berbeda dari yang lain? Sebab ayat ini menyinggung salah satu keadaan orang tua yang sering menguji keteguhan si anak, untuk merawat mereka berdua. Yaitu keadaan lanjut usia.
Imam al-Qurthubi menjelaskan, al-Isra’ ayat 23 berbicara khusus tentang keadaan lanjut usia yang menimpa orang tua, sebab dalam keadaan ini orang tua amat membutuhkan bantuan si anak. Saat memasuki usia lanjut, seorang manusia akan memasuki keadaan di luar umumnya manusia. Yaitu keadaan lemah dan kesulitan dalam melakukan berbagai hal. Oleh karena itu, dalam keadaan seperti ini orang tua perlu lebih diperhatikan daripada keadaan lainnya.
Selain itu, keteguhan anak dalam merawat orang tua juga diuji pada saat-saat seperti ini. Dalam merawat orang yang lanjut usia, yakni keadaan manusia yang lemah yang tanpa ujung, si anak tentu pada waktu-waktu tertentu akan mengalami rasa jenuh dan bosan. Dia akan mudah terbawa emosi. Dan pada akhirnya, keburukan paling kecil yang mungkin dia lakukan adalah menggerutu. Dimana di ayat selanjutnya, Allah mengingatkan agar jangan sampai tindakan menggerutu itu berujung ucapan tak pantas atau bernada membentak (Tafsir al-Qurthubi/5/241).
Imam al-Sya’rawi menjelaskan, surat al-Isra’ ayat 23-24 menunjukkan apabila ketika sehat saja kita wajib bersikap baik kepada orang tua, apalagi saat keduanya lanjut usia atau mengalami sakit, maka akan lebih besar lagi nilai kewajiban yang dibebankan kepada kita. Jangan sampai saat keduanya sehat kita merawat keduanya dengan baik, tapi saat kedua lanjut usia atau sakit, maka kebaikan kita kepada keduanya malah berkurang (Tafsir al-Sya’rawi/2036).
Berkaitan dengan hal ini, Sahabat Abi Hurairah meriwayatkan:
“Sungguh merugi, sungguh merugi, sungguh merugi”. “Siapa, wahai Rasulullah?” tanya seorang sahabat. Rasulullah lalu bersabda: “Yaitu orang yang menemui orang tuanya, salah satunya atau keduanya, dalam keadaan lanjut usia lalu tidak masuk surga”. (HR. Muslim).
Berbagai keterangan di atas menunjukkan bagaimana perhatian Islam dalam merawat ibu yang dalam keadaan membutuhkan. Entah itu sebab mengalami lanjut usia maupun sakit. Pahala yang dijanjikan juga amat besar. Ini terlihat dari hadis di atas yang seakan menunjukkan, sebenarnya manusia diberi ladang pahala yang luas saat menemui orang tua yang membutuhkan bantuan. Oleh karena itu, sungguh merugi orang yang tidak bisa memanfaatkannya dengan baik.
Mohammad Nasif, Penulis Buku Keislaman dan Ustadz di Cariustadz
Tertarik mengundang ustadz Mohammad Nasif, S.Th.I? Silahkan klik disini