Oknum secara sederhana dimaknai perorangan atau pribadi untuk hal yang berkonotasi negatif. Istilah oknum perlu dipertegas untuk menghindari generalisasi hal negatif kepada satu kelompok atau golongan tertentu. Dalam hal ini, Al-Quran mengingatkan tentang oknum-oknum tersebut agar tidak meniru perilakunya, tapi bukan menggeneralisir golongannya.
Di antara contoh oknum dalam Al-Quran yaitu Qarun dari golongan orang kaya, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Qashash : 76-82. Dengan kekayaannya, Qarun bersikap sombong, merasa bahwa hartanya dihasilkan oleh ilmunya, bukan anugerah Tuhan. Bahkan ia menentang ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa as. Pada akhirnya Qarun beserta hartanya ditenggelamkan kedalam bumi. Tetapi ini hanya oknum, tidak semua orang kaya itu kufur seperti Qarun, dan menjadi kaya itu tidak dilarang, sebagaimana Abu Bakar, Utsman dan Abdurrahman bin Auf juga kaya. Hanya saja, ketika sudah kaya jangan berperilaku seperti Qarun.
Oknum kedua dari Al Qur’an adalah Firaun dari golongan penguasa dalam QS. Yunus : 75-92. Kezaliman Firaun dengan memperbudak dan membunuh manusia serta kedurhakaannya kepada Allah SWT tidak diragukan lagi. Namun perlu diingat, ini hanyalah oknum. Tidak dilarang bagi kita untuk memiliki kekuasaan, selama tidak menyebabkan dzalim seperti Firaun. Bukankah Nabi Sulaiman as adalah seorang raja, dan Nabi Yusuf as adalah seorang pejabat? Hanya saja mereka dengan kekuasaan dan jabatannya semakin beriman kepada Allah SWT.
Oknum selanjutnya tentang orang pandai, agamawan dari kalangan Bani Israil yang disebut ahlul kitab (QS. Ali ‘Imran : 99). Beberapa ahlul kitab melakukan pelencengan isi dan makna kitab Taurat dan Injil untuk kepentingan mereka. Artinya, jika ada ilmuwan atau agamawan yang menggunakan pengetahuannya untuk keburukan itu sudah ada sejak dulu, dan akan terus ada hingga kiamat. Tetapi itu hanya oknum saja, banyak pula ilmuwan dan agamawan yang jujur seperti pendeta (Rahib) Buhaira yang menjadi saksi kenabian Rasulullah saw, merekalah yang harus diikuti.
Demikianlah Al-Quran berbicara tentang oknum, maka jangan terburu-buru untuk menggeneralisir satu golongan, karena boleh jadi diantaranya ada orang-orang baik. Seperti mengeneralisir polisi itu jahat, artis itu buruk, pintar itu sombong dan sebagainya. Generalisasi adalah tanda ketidakmampuan seseorang untuk merinci sebuah permasalahan.
Dr. Mukhrij Sidqy, M.A, Ustadz di Cariustadz.id
Tertarik mengundang ustadz Dr. Mukhrij Sidqy, M.A? Silahkan klik disini