Setiap kali Muharam tiba, umat Islam di seluruh dunia menyambutnya sebagai tahun baru hijriyah, tahun baru Islam yang bukan hanya sebagai pembuka kalender baru, melainkan momen untuk menghidupkan ukhuwah atau persaudaraan.
Tahun hijriyah sendiri ditandai dengan peristiwa hijrah Nabi Muhammad Saw dari Makah menuju ke Madinah. Dari peristiwa tersebut, banyak sekali pesan yang dapat kita ambil salah satunya membangun relasi sosial yang dibangun atas dasar ukhuwah (persaudaraan).
Belajar dari Kaum Muhajirin dan Anshar
Sebagaimana dalam sejarahnya, Rasulullah Saw sangat menjaga dan membangun persaudaraan di antara umatnya. Ketika beliau tiba di Madinah, hal yang pertama dilakukan bukanlah membangun istana atau kerajaan, bukan pula merancang kekuasaan. Melainkan mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar. Beliau meminta mereka untuk berjanji saling membantu, saling menopang, saling melindungi, dan hidup sepenanggungan.
Kaum Anshar adalah penduduk asli Kota Madinah. Sedangkan kaum Muhajirin adalah pendatang dari Makah. Meski berbeda latar, kedua kelompok ini disatukan oleh satu ikatan yang lebih kuat dari hubungan darah yakni ukhuwah karena iman. Mereka saling berbagi tempat tinggal, pekerjaan, bahkan sebagian kaum Anshar menawarkan pasangan hidup kepada Muhajirin demi menjaga kehormatan dan kelanjutan hidup saudaranya.
Sampai kemudian sikap kaum Anshar diabadikan oleh Allah di dalam Al Qur’an:
“Dan orang-orang (Anshar) yang menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka dan tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada (Muhajirin)…”
(QS. Al-Hasyr: 9)
Rasulullah Saw juga mengadakan perjanjian persahabatan dan perdamaian dengan kaum Yahudi Madinah, yang dikenal sebagai Piagam Madinah. Isi piagam madinah di antaranya menetapkan adanya kebebasan beragama, kebebasan menyatakan pendapat, keselamatan harta benda, serta larangan untuk berbuat kejahatan. Tujuannya yaitu untuk menciptakan suasana aman, tentram, dan damai di Madinah.
Begitulah persaudaraan yang sangat kuat antara kaum Muhajirin dan Anshar. Mereka saling membantu, menjaga, dan memperlakukan satu sama lain layaknya keluarga. Hal ini seharusnya menjadi teladan bagi kita bagaimana menjaga hubungan dengan sesama manusia.
Namun kita menyaksikan saat ini, dimana banyak umat manusia baik muslim maupun non muslim saling bertikai, menghancurkan, mengadu domba, dan memperebutkan kekuasaan. Penjajahan Israel terhadap bangsa Palestina, agresi militer di Jalur Gaza, kehancuran rumah ibadah dan rumah sakit, serta ribuan anak yang menjadi yatim piatu semua ini adalah tamparan keras bagi umat Islam dan seluruh umat manusia.
Bahkan diantara kita sendiri, masih banyak kelompok yang mendiskriminasi atas nama agama, status sosial, atau pilihan politik. Begitupun di ruang digital yang menjadikan media sosial sebagai tempat ujaran kebencian, saling tuduh, dan menyebar fitnah.
Padahal Rasulullah Saw bersabda:
“Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman.”(HR. Muslim)
Pentingnya Menjaga Ukhuwah
Menjaga ukhuwah adalah menjaga keberlangsungan umat. Menjaga persaudaraan dalam kehidupan sehari-hari membantu menciptakan masyarakat yang kuat, harmonis, dan sejahtera. Ini adalah tanggung jawab setiap individu Muslim untuk berkontribusi dalam menjaga ukhuwah Islamiyah demi kebaikan bersama dan kesuksesan akhirat. Dengan persatuan dalam ukhuwah Islamiyah, umat Muslim dapat mengatasi berbagai tantangan dan mencapai tujuan yang lebih besar. .
Ada tiga jenis ukhuwah yang harus selalu kita jaga, yakni Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Islam), Ukhuwah Insaniyah (persaudaraan sesama manusia), dan Ukhuwah Wathaniyah (persaudaraan sebangsa dan setanah air).
Untuk itu, tantangan hijrah saat ini bukan hanya berpindah tempat sebagaimana pada masa Rasulullah, namun juga berpihak. Berpihak pada kemanusiaan, perdamaian, kepada siapapun yang didzalimi meski berbeda ras, suku, agama, atau bangsa untuk menjaga persaudaraan kita kepada sesama makhluk Allah.
Menghidupkan ukhuwah di awal tahun hijriyah juga mengajak kita merenungi kembali semangat hijrah Nabi dan para sahabat. Dengan misi kasih sayang, keadilan, dan kemanusiaan. Sebagai bentuk kesalehan yang hadir di tengah realitas umat, dengan semangat saling menolong dan saling menguatkan.
Mari kita jadikan Muharam ini bukan hanya sebagai pergantian tahun, namun sebagai titik balik untuk lebih mencintai saudara, lebih peduli terhadap sesama, dan lebih semangat berjuang di jalan Allah dengan hati yang bersih dan penuh kasih sayang.
Laily Nur Zakiya, S.Ag, M.Pd, Ustadzah di Cariustadz
Tertarik mengundang ustadzah Laily Nur Zakiya, S.Ag, M.Pd? Silakan klik disini