Mengatasi Kecemasan dengan Ilmu dan Keteguhan Hati

Kita sering melihat atau bahkan merasakan sendiri, banyak dari kita seolah kehilangan kendali atas hidupnya, diliputi kecemasan, waswas, dan kegelisahan yang tak berkesudahan. Ini bukan sekadar masalah psikologis semata, melainkan seringkali berakar pada kurangnya ilmu yang memadai dan ketidakmampuan memantapkan keyakinan diri. Bayangkan saja, bagaimana seseorang bisa tenang dalam bahtera rumah tangga jika pemahaman tentang hukum-hukum dasarnya, seperti talak masih setengah-setengah? Kegelisahan semacam ini muncul karena kita meragukan setiap langkah yang diambil, tanpa pijakan ilmu dan keyakinan batin yang kuat. Contoh lain misalnya dalam masalah bersuci, karena tidak mengetahui tata cara bersuci yang komprehensif sehingga selalu ragu apakah dirinya sudah dalam kondisi suci atau belum.

Dari kacamata psikologi, kecemasan adalah respon alami tubuh terhadap ancaman atau stres. Namun, yang menjadi masalah adalah ketika kecemasan ini menjadi kronis dan berlebihan, mengganggu fungsi hidup sehari-hari. Salah satu pemicu utamanya adalah ketidakpastian dan kurangnya informasi (ilmu). Ketika kita tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang suatu situasi atau keputusan yang harus diambil, otak cenderung mengisi kekosongan informasi ini dengan skenario terburuk, memicu respons cemas yang berlebihan. Konsep ini selaras dengan teori-teori kognitif dalam psikologi sebagaimana disebutkan oleh Beck dan Emery (1985) yang menekankan bagaimana pola pikir negatif dan kurangnya data konkret dapat memperburuk kecemasan. Menurut Bandura (1997) kondisi ini pada akhirnya berdampak langsung pada menurunnya keyakinan diri dan efikasi diri, di mana individu merasa kurang mampu menghadapi tantangan. Tanpa bekal “ilmu” atau pemahaman mendalam, seseorang akan kesulitan membuat keputusan, terus-menerus meragukan diri, dan merasa tidak berdaya di tengah gejolak kehidupan.

Islam jauh-jauh hari menawarkan solusi fundamental melalui penekanan pada ilmu dan keteguhan hati. Ilmu dalam pandangan Islam bukan hanya sebatas pengetahuan akademis, melainkan pemahaman yang membawa kedekatan dengan Sang Pencipta dan pemahaman yang benar tentang hakikat kehidupan. Ilmu yang benar akan menghilangkan keraguan dan memancarkan ketenangan batin. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Al-Mujadilah [58]: 11, “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” Ilmu yang terpatri dalam diri akan melahirkan keyakinan batin yang teguh, atau keteguhan hati. Inilah yang mendorong kita untuk bertawakal setelah berikhtiar, sebagaimana dicontohkan dalam banyak hadis Nabi SAW. Dengan ilmu, kita mampu membuat keputusan yang tepat, dan dengan keteguhan hati, kita terbebas dari waswas yang tak berdasar.

Pada akhirnya, kecemasan adalah tantangan nyata di era modern, namun bukan berarti tak ada jalan keluarnya. Kunci untuk meraih ketenangan sejati dan kendali atas hidup terletak pada dua pilar utama: ilmu yang cukup dan keteguhan hati yang mantap. Ilmu membimbing kita memahami realitas, membuat pilihan yang tepat, dan melihat segala sesuatu dari perspektif yang benar. Sementara itu, keteguhan hati, yang lahir dari ilmu dan keyakinan kepada Allah, akan membentengi kita dari gelombang keraguan dan kekhawatiran. Mari terus belajar, mencari ilmu yang bermanfaat, dan melatih diri untuk memantapkan keyakinan batin. Dengan bekal ini, kita bisa melangkah maju tanpa diliputi waswas, membuat keputusan yang kokoh, dan menjalani hidup dengan lebih tenang dan terkendali.

Mari memulai untuk membaca buku-buku agama dalam rangka meningkatkan kualitas diri dan mengisi kekosongan informasi sehingga menjadi solusi menghadapi kegelisahan dalam hati. Misalnya dalam membangun konsep iman dan menumbuhkan keyakinan dalam hati, pembaca dapat memulai dengan buku ringan ust. Nurudin yang berjudul “Membantah Logika Ateis” cukup baca bagian akhir yang membahas akidah ringkas untuk orang sibuk dan para pemalas. Saat ini juga tersedia buku-buku berkualitas dalam bahasa Indonesia, karya-karya Prof. Quraish Shihab yang menjawab problematika umat juga sangat banyak. Kita hanya perlu membaca dan memahami, terutama dalam masalah rumah tangga yang sering dihadapi setiap hari. Semoga dengan mulai belajar pada akhirnya akan menambah ilmu, dengan ilmu tersebut akhirnya kita bisa melangkah dengan keyakinan penuh tanpa ragu.

Khoirul Muhtadin, M.Ag.,  Dosen STIQ Asy-Syifa dan Ustadz di Cariustadz

Tertarik mengundang Khoirul Muhtadin, M.Ag.? Silakan klik disini