Apakah kalian mengikuti film squid game di Netflix? Jika iya, coba kita analisis bagaimana alur kehidupan yang dijalani oleh mereka yang menggambarkan perjuangan bertahan hidup dalam sistem sosial yang keras dan kompetitif. Aktor squid game dimulai dari Seong Gi-hun sampai tokoh Perempuan Han-Mi-nyeo yang pandai memanfaatkan situasi dan keuntungan permainan di squid game ini. Permainan ini juga sangat mencerminkan dinamika kehidupan modern yang penuh tekanan, kesenjangan sosial, dan dehumanisasi demi kepentingan material. Jika kita telaah melalui kajian al-Quran, dalam satu sisi, kehidupan individu squid game tidak mengarah pada penjagaan hidup yang ideal; hampir mengutamakan materialisme dan individualisme. Disisi lain, kedua sifat ini tidak sesuai dengan prinsip atau tujuan syariat (Maqashid Syariah) dalam mengoptimalkan diri dan harta yaitu hifdz al-nafs dan hifdz al-mal. Dengan begitu, perlunya kita mengaplikasikan maqashid syariah agar tidak terjerumus pada dehumanisasi di lingkungan Masyarakat modern. Ada tiga kritik respon al-Quran atas serial squid game ini agar diantaranya:
Pertama, Kehidupan Terlalu Kompetitif dan Krisis Moralitas
Serial squid game ini mengecam jiwa mereka demi melunasi hutang-hutang yang sudah mereka pakai dengan cara mengikuti perlombaan ini. Disisi lain, kompetisi ini menguntungkan bagi mereka yang berhasil, sebaliknya, jika gagal dimenangkan maka nyawa akan hilang. Tentunya ini mengecam mentalitas survival of the fittest (kelangsungan hidup yang terkuat) kehidupan di lingkungan Masyarakat modern. Serial ini menampilkan para pemain yang terjebak dalam masalah jeratan utang karena beberapa factor diantaranya manajemen keuangan yang buruk, insvestasi spekulatif yang dilakukan oleh Cho Sang-Woo, sampai berhutang kecanduan judi yang dibuat oleh Jang Deok Su. Untuk mengatasi masalah-masalah hutangnya, mereka berkompetisi dalam squid game ini. Melihat latar belakang pemain squid game ini, kita bisa melihat bahwa mereka berada dalam tekanan sosial dan ekonomi yang buruk. Kesenjangan ini mendesak mereka untuk memenuhi standar hidup yang illegal untuk menghidupkan uang yang cepat.
Jika kita lihat firman Allah dalam QS. Al-Takathur ayat 1-8, kata alhakum ‘telah melalaikanmu’ maksudnya ialah kesibukan terhadap sesuatu yang berlebihan telah melalaikan hamba-Nya. Karena lalai akan sesuatu berarti sibuk dengan sesuatu yang lain. Jika kesibukan tersebut terus diulang hingga ia masuk ke liang kubur maka sungguh itu merupakan kelalaian yang disengaja. Pola ini tercermin dalam series Squid Game yang lalai dengan ketaatan mereka sehingga berani untuk mengkhianati, menipu, dan merusak harta mereka sendiri. Muhammad ibn Ahmad ibn Abi Bakr ibn Farh al-Anshari al-Qurthubi al-Andalusi al-Maliki dalam tafsirnya al-Jami Li Ahkam al-Quran (Juz 20 halaman 169) :
Artinya: “kamu semua telah lalai dari ketaatan kepada Allah dengan cara membanggakan jumlah hartam hingga kamu mati dan kamu dikubur dalam-dalam. Dikatakan juga dalam riwayat lain, makna dari al-takathur disini ialah kamu semua lupa karena harta-hartamu dan anak-anakmu”.
Kedua, Perlu Menguatkan Nilai Kemanusiaan
Pemain disini seperti kehilangan arah nilai kemanusiaan sehingga masalah yang hadir dihadapi dengan objek hiburan yaitu dengan permainan yang tidak manusiawi. Padahal, masalah yang mereka hadapi (melunasi hutang) bisa saja diselesaikan dengan solusi yang lebih manusiawi yaitu dengan giat bekerja. Firman Allah dalam QS Al-Isra’: 70 menegaskan bahwa Allah memuliakan manusia dengan berbagai keistimewaan, namun terkadang kehidupan modern selalu menjadi penggoda kehidupan manusia sehingga mudah mencari keuntungan material. Ayat tersebut berbunyi:
Artinya: “Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, yaitu golongan manusia pada umumnya dengan tubuh yang bagus, kemampuan berpikir, kebebasan berkehendak, dan ilmu pengetahuan, dan Kami angkut mereka di darat dengan kendaraan seperti onta atau lainnya, dan di laut, dengan kapal, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik, berupa minuman dan makanan yang lezat rasanya, dan Kami lebihkan keutamaan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna”.
Sayyid Quthub Ibrahim Husain dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran (Beirut: Libanon halaman 218 juz 3) mengungkap:
“Artinya: kami telah melebihkan mereka atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan: (kami telah melebihkan mereka dengan mensukseskan kehidupan mereka pada kekuasaan bumi yang agung. Juga kami susun fitrah mereka yaitu dengan mempersiapkan diri mereka menjadi unik diantara makhluk-makhluk Allah di muka bumi”.
Bagi Quthub, kelalaian dalam mengingat peran ini menjadi salah satu bentuk penyimpangan dari fitrah manusia. Ketika manusia terjebak dalam kehidupan materialistik atau hedonistik, mereka cenderung melupakan tugas mulia mereka sebagai khalifah di bumi. Inilah yang menjadi inti kritikan Sayyid Quthub terhadap sikap sebagian umat manusia yang lebih mementingkan duniawi ketimbang nilai-nilai spiritual dan etika dalam mengelola bumi.
Ketiga, Waspada dengan Ambisi Negatif Duniawi
Series squid game ini juga mengenalkan hikmah pada kita agar menjaga bumi dengan sinar akhlak dan ketenangan jiwa. Dalam series ini, para pemain nampak tidak menunjukkan ketenangan jiwa karena ambisi mereka yang melampaui batas. Karakter Cho Sang Woo, yang terlilit hutang karena ambisi judi terus menerus dan acuh atas nikmat yang ada. Dalam hal ini menunjukkan bahwa nikmat rezeki yang sudah dilimpahkan tidak menjadi bahan Syukur namun mengarah pada kufur dan berujung takabbur (sombong). Firman Allah dalam QS. Al-Qashash:83 sudah jauh mengingatkan ar tidakita untuk pandai menundukkan diri agar tidak terperdaya dengan pesona bumi.
Artinya: “Negeri akhirat itu, kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu bagi orang-orang yang bertakwa.”
Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Quran al-Adzim (Beirut: Libanon 1419 juz 5 hal 395) mengungkap bahwa:
“Artinya: Allah SWT menegaskan bahwa negeri akhirat dan segala kenikmatannya tidak akan hilang wujudnya; ia akan diprioritaskan untuk orang Mukmin yang tunduk dengan gemerlap bumi (tawadhu). Lanjut Ibnu Katsir, ia tidak meninggi (sombong) atas ciptaan Allah dan tidak berbangga dengan bumi dan isinya, dan tidak merusak”.
Ayat ini juga ditafsirkan oleh Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah dan mengungkap bahwa ayat di atas dimulai dengan cerita tentang bagaimana Qarun kehilangan semua harta bendanya dan siksa karena keangkuhannya. Berdasarkan korelasi ini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa orang seperti Qarun tidak akan dapat memperoleh kebahagiaan hakiki (akhirat). Artinya, orang-orang yang angkuh dan mengharapkan kehormatan tinggi dari orang lain, atau dengan kata lain, orang-orang yang ingin mengambil sesuatu (hak) dari mereka, seperti harta benda, kehormatan, atau yang lainnya.
Terakhir, hemat penulis, squid game dapat dilihat sebagai peringatan keras tentang bahaya dehumanisasi yang datang ketika orang mengabaikan prinsip-prinsip luhur Islam, seperti keadilan, kasih sayang, dan penghormatan terhadap hak asasi setiap orang. Dalam Al-Qur’an, Allah memerintahkan manusia memperlakukan sesama dengan adil, menghargai martabat setiap orang, dan menciptakan kesejahteraan sosial yang tidak diskriminatif. Ketika sistem kehidupan menjadi alat untuk memperkaya segelintir orang dengan mengorbankan kemanusiaan yang lain, maka sudah saatnya untuk kembali mempertimbangkan tujuan sebenarnya dari kehidupan. Wallohu A’lam.
Rifa Tsamrotus Saadah,S.Ag, Lc, MA., Dosen STIU Darul Quran Bogor dan Ustadzah di Cari Ustadz
Tertarik mengundang ustadz Rifa Tsamrotus Saadah,S.Ag, Lc, MA.? Silahkan klik disini