Khadijah binti Khuwailid: Teladan Ekonomi Bagi Muslimah Masa Kini

“It was her business acumen that would set her on a path that would eventually change the history of the world.” Demikian perkataan Bettany Hughes, sejarawan asal Inggris menuliskan mengenai Khadijah binti Khuwailid. Sosok perempuan yang memiliki kualitas yang tinggi dengan kecerdasan dan kesuksesan yang dimilikinya. Dikenal sebagai istri pertama Nabi Muhammad SAW, menjadi wanita pertama pemeluk Islam, dan melahirkan keturunan-keturunan bagi Sang Nabi.

Khadijah muda adalah sosok tangguh yang mengambil alih usaha keluarga saat ditinggal wafat ayahanda dalam pertempuran. Dengan keadaan Arab jahiliyyah saat itu, dimana masyarakat terbagi menjadi kelas-kelas tertentu, perempuan menempati posisi subordinat yang tidak dihargai. Kemiskinan, kelaparan dan tindakan asusila menjadi pemandangan umum di tengah masyarakat. Khadijah membuktikan dirinya menjadi perempuan yang dihormati, kaya dan berkuasa. Bahkan dikatakan, telah menolak banyak lamaran dari orang-orang terkemuka. Sebagai perempuan yang mapan dan terkemuka pastilah menginginkan laki-laki dengan kualitas yang baik. Lalu menikahlah Khadijah dengan Nabi Muhammad pada usia 40 tahun, setelah sebelumnya dua kali menikah.

Sesuai dengan yang dikatakan oleh Bettany Hughes di atas, ketajaman bisnis Khadijah adalah salah satu yang membuatnya berada pada posisi terhormat hingga merubah sejarah dunia. Khadijah harus dijadikan sosok oleh kaum perempuan dengan pencapaian yang didapatnya. Dengan semakin berkembangnya zaman muncul persepsi diskriminasi peran perempuan dalam sektor ekonomi karena pengaruh keagamaan atau keterbatasan perempuan. Padahal Khadijah telah merubah persepsi tentang peran perempuan sesungguhnya. Khadijah memberikan sebuah perspektif bahwa perempuan sejatinya tidak hanya pasif-konsumtif, perempuan bisa menjadi sosok aktif-produktif dalam sektor ekonomi.

Dalam Sirah Nabawiyyah atau buku-buku sejarah seringkali disampaikan bahwa dalam masa awal penyebaran agama Islam, Khadijah mengorbankan seluruh kekayaannya untuk berjuang bersama Nabi Muhammad. Hal ini menjadi salah satu bukti, bahwa terdapat peran perempuan yang penting dalam sejarah dunia khususnya Islam.

Contoh sederhana yang terjadi zaman sekarang terkait dengan pentingnya peran perempuan adalah pada masa covid. Ketika perekonomian keluarga menurun, banyak para pekerja yang akhirnya harus dirumahkan. Tetapi justru pada saat itu transaksi penjualan secara online meningkat drastis, dan lebih dari lima puluh persen transasi dilakukan oleh perempuan. Sebagian besar dari mereka bahkan mengambil alih tugas utama laki-laki dalam mencari nafkah karena kondisi yang memang kurang menguntungkan. Sesuai dengan sebuah tulisan yang dikutip oleh Dr. Nur Rofiah dari Prof. Dr. Komaruddin Hidayat bahwa salah satu dari citra perempuan ideal dalam al-Qur’an adalah memiliki kemandirian ekonomi atau al-istiqlal al-iqtishadi, yang salah satunya tercantum dalam QS. Al-Nahl ayat 97:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”

Salah satu penafsiran dari ayat ini bahwa siapapun yang berbuat kebajikan di dunia, baik laki-laki maupun perempuan, apabila bersungguh-sungguh pasti akan Allah berikan kehidupan yang baik. Misalnya seorang perempuan yang bersungguh-sungguh dalam berdagang, jujur dan adil sehingga disegani oleh pembeli, tetap akan lebih berhasil daripada laki-laki sekalipun apabila dia berdagang dengan cara yang tidak baik.

Selain itu, Allah tidak pernah membeda-beda makhluk-Nya, semua adalah sama dalam kaca mata Sang Pencipta. Yang membedakan bukanlah jenis kelamin ataupun gender, akan tetapi tingkat ketakwaan seorang hamba. Seperti yang disampaikan dalam firman Allah, QS. Al-Hujurat ayat 13:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Allah Swt menciptakan manusia dalam keadaan yang sama, berasal dari satu asal yaitu Adam dan Hawa. Allah tidak hanya mencantumkan kata “ذَكَرٍ“ atau laki-laki, tapi Allah juga menyebutkan kata “وَأُنْثَىٰ ” atau perempuan dalam satu ayat yang sama. Yang mana Allah menganggap keberadaan perempuan dan memiliki peran yang penting dalam kehidupan manusia. Menengok kembali pada kehebatan dan kesuksesan Khadijah, seharusnya menjadi sebuah pelajaran penting bahwa perempuan bisa dan berhak untuk menjadi apapun yang mereka mau.

Nurul Khasanah, S.Ag, Ustadzah di Cariustadz.id

Tertarik mengundang Nurul Khasanah, S.Ag? Silahkan klik disini