Islam adalah agama ilmu pengetahuan. Saat pertama kali Rasulullah SAW. diutus Allah, hal yang pertama disampaikan adalah pentingnya ilmu pengetahuan. Ilmu ini menjadi dasar, sekaligus pondasi seluruh bangunan kehidupan umat manusia. Ilmu pengetahuan adalah pondasi amaliyah, karena tanpa ilmu, amal perbuatan yang kita lakukan bisa jadi sia-sia. Pun sebaliknya, ilmu yang tidak diamalkan ibarat pohon yang tidak ada buahnya. Karenanya, ilmu dan amal bagaikan dua sisi mata uang. Satu sama lain akan melengkapi.
“Barangsiapa mengabdi kepada Allah, tanpa didasari ilmu, maka sejatinya efek negatifnya akan lebih besar dari efek positifnya.” Setan pun tidak berani terhadap mereka yang berilmu. Sebegitu besarnya kedudukan orang yang berilmu, seperti diriwayatkan oleh Imam al-Tirmidzi, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, satu orang yang berilmu (alim ulama) itu, godaannya jauh lebih sulit daripada 1000 orang ahli ibadah.”
Itulah mengapa ilmu menjadi kata kunci utama diterima atau ditolaknya sebuah amalan, khususnya amal ibadah kita. Di ujung surat al-Kahfi, Allah menegaskan kepada kita melalui firman-Nya :
“fa man kana yarju likaa rabbihi fal ya’mal amalan salihan wa la yusrik bi ıbadati rabbihi ahada(ahadan)”
Artinya: “Barangsiapa yang hendak bertemu dengan Allah SWT., kuncinya ada dua, yang pertama adalah amal soleh, dan yang kedua adalah tidak menyekutukan Allah SWT.” (QS. AL KAHF 18:110)
Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana mungkin seseorang melakukan amal sholeh sekaligus tidak menyekutukan Allah, dengan tidak didasari oleh ilmu yang mendalam. Ini menegaskan bila ilmu menjadi kata kunci diterimanya amal sholeh yang kita lakukan.
Bagaimana konsep ilmu yang diperkenalkan Rasulullah SAW., khususnya al-Qur’an, maka ijikanlah khotib untuk menyampaikan beberapa inpirasi, beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari 5 ayat pertama yang terdapat dalam surat al-Alaq :
Iqro’ bismirobbikalladzi kholaq
Kholakol insaa na min ‘alaq
Iqra’ warobbukal akram
Alladzii ‘allama bil qolam
‘Allamal insaa na maa lam ya’lam
Kelima ayat ini setidaknya memberikan pelajaran kepada kita tentang konsep ilmu yang seharusnya kita pelajari sekaligus untuk diamalkan. Yang pertama adalah, kata iqro, yang berarti bacalah, ini mengandung perintah. Dalam kaidah tafsir disebutkan, jika ada kata perintah maka ini menuntut kuantitas. Jadi, menuntut ilmu itu dalam perspektif al-Qur’an hukumnya adalah wajib.
Lalu sebenarnya apa yang kita perlu baca, karena kata Iqro disini tidak menunjukkan obyek yang jelas untuk dibaca. Karena itu, mufassirin menyebutkan bahwa tidak disebutkannya obyek di dalamnya itu menunjukan bahwa yang harus dipelajari oleh umat manusia, khususnya umat Nabi Muhammad SAW. adalah seluruh obyek ilmu pengetahuan. Baik yang ada di dalam al-Qur’an itu sendiri, maupun yang terpapar di alam semesta ini.
Yang kedua, bunyi ayat ini adalah bismirobbik, mengapa langsung bacalah atas nama Tuhanmu? Disini mengandung pesan yang luar biasa. Ternyata konsep belajar dalam Islam itu harus berasal dari hati yang paling dalam. Yakni diniatkan dan diorientasikan hanya untuk Allah SWT., bukan ke yang lain.
Rasulullah SAW., bersabda “Barangsiapa yang menuntut ilmu, tapi tujuannya untuk menyaingi ulama, untuk mendebat orang-orang yang tidak mengerti/bodoh, atau untuk mendapatkan perhatian lebih dari orang lain bahwa dia berilmu, maka sesungguhnya Allah akan memasukannya ke dalam api neraka.”
Inilah pentingnya niat dalam toyibul ilmi. Pelajaran ketiga yang bisa kita petik adalah, bahwa membaca dan belajar itu seharusnya dilakukan kontinyu, alias tanpa henti. Kita mendengar pepatah yang populer seperti, “tuntulah ilmu dari buaian ibu hingga masuk liang lahat”. Diulanginya kata iqro sebanyak dua kali dalam 5 ayat pertama ini menunjukan adanya konsep pendidikan sepanjang hayat, bahwa kontinuitas belajar itu tidak mengenal kata berhenti.
Pelajaran keempat yang bisa kita ambil adalah, ilmu pengetahuan itu bisa diperoleh melalui 2 jalur. Pertama ilmu yang diperoleh secara manual, yang biasa kita kerjakan sama halnya dengan mayoritas umat manusia lainnya. Seperti disinggung dalam ayat Alladzii ‘allama bil qolam, . Dialah Allah yang mengajarkan kamu dengan perantara pena -kalam itu artinya instrumen pembantu, misalnya buku, atau pendidikan formal. Yang kedua, ‘Allamal insaa na maa lam ya’lam, ilmu pemberian dari Allah. Dalam ayat yang lain disebutkan وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا (QS. Al-Kahfi : 65) “Kami mengajarkan ilmu laduni”
Ilmu laduni diungkapkan sebagai ‘Apabila seorang hamba mengamalkan secara ikhlas ilmu yang ida dapatkan, secara konsisten, Allah akan mewarisi ilmu yang sebelumnya tidak ia ketahui.’ Bahasa yang dipakai dalam hadis ini adalah waris, yang secara terminologi artinya didapatkan tanpa susah payah.
Itulah gambaran, mengapa ajaran Islam telah mengajari umat manusia secara keseluruhan mengenai pentingnya ilmu, dari hukum hingga cara mendapatkannya. Mudh-mudahan kita tergolongkan sebagai umat yang pandai mengamalkan o=ilmu.
—
Disampaikan oleh Dr. Ulinnuha, MA. pada saat menjadi khotib di Bellagio Mall Kuningan Jakarta pada 20 Januari 2017.