Pemimpin dalam syariat Islam menduduki peran yang mulia, seorang pemimpin yang adil dikategorikan sebagai salah satu dari tujuh golongan yang mendapatkan naungan Allah di hari kiamat kelak. Imam Ahmad meriwayatkan satu hadis yang menerangkan pentingnya mengangkat seorang pemimpin, ‘tidak halal bagi tiga orang yang bersafar atau berada di padang sahara kecuali mereka harus mengangkat salah seorang dari mereka menjadi pemimpin’. Hadis ini menggambarkan begitu besarnya perhatian Islam terhadap pemimpin. Dengan adanya seorang pemimpin/ketua rombongan, maka tujuan dan rute perjalanan dapat ditentukan dengan baik. Jika terjadi pertikaian pendapat terkait rute perjalanan, maka seorang pemimpin dapat memutuskan dengan penuh bijaksana.
Khalifah adalah salah satu term yang digunakan al-Quran untuk menunjuk pada pemimpin. Term lainnya, ada lafal imam, ulil amri, dan malik. Menurut M. Quraish Shihab, secara bahasa kata khalifah bermakna ‘di belakang’. Kata ini juga menunjuk pada pengganti, karena yang menggantikan selalu berada di belakang atau datang sesudah yang digantikannya. Ia menambahkan bahwa khalifah merupakan instruksi langsung dari Allah yang memberikan tugas tersebut, dengan kata lain sang khalifah harus menyesuaikan semua tindakannya dengan apa yang diamanahkan oleh pemberi tugas tersebut.
Setiap 5 tahun sekali, Indonesia melangsungkan pemilu maupun pilkada. Pemilu dan pilkada merupakan satu sarana demokrasi guna mewujudkan sistem pemerintahan yang berkedaulatan rakyat, artinya rakyat memiliki kesempatan untuk menentukan pilihan, siapa di antara calon yang akan diangkat menjadi pemimpin di masa mendatang, baik untuk skala nasional, wilayah, maupun daerah. Satu suara yang dimiliki setiap individu muslim sangatlah berarti untuk kehidupan yang lebih harmonis dan sejahtera di masa mendatang. Tidak salah, jika pemerintah dan ulama senantiasa mengajak setiap warganya agar mempergunakan hak pilihnya demi terpilihnya pemimpin yang lebih baik.
Beragam program dari penyelenggara pemilu dan pilkada sudah dilakukan dalam rangka memperkenalkan visi-misi, program kerja, dan langkah-langkah yang akan dilakukan calon pemimpin. Untuk menentukan pilihan, agaknya tidak cukup dengan sekedar mendengarkan paparan visi-misi dan program yang ingin diusahakan oleh kandidat. Melangitkan do’a, memohon kepada yang Maha Kuasa merupakan usaha penting dan tidak boleh ditinggalkan seorang Muslim. Doa merupakan senjata bagi seorang Muslim, tiada seorang pun yang mengetahui tentang hari depan, oleh karena itu, melibatkan Allah di setiap urusan ghoib adalah jalan aman. Artinya, sebelum menentukan pilihan, panjatkan do’a dan permohonan kepada Allah agar diberikan petunjuk dalam menentukan pilihan. Mendapatkan seorang pemimpin yang adil, bijaksana, cakap dalam mengurus rakyat adalah anugerah terbesar.
Berdoa tidak hanya sebelum menentukan pilihan, tapi seorang muslim juga diminta untuk mendoakan pemimpin terpilih agar amanah, jujur, mampu memperjuangkan hak-hak rakyat, mampu menjalankan roda pemerintahan dengan baik. Fuhdail ibn Iyadh pernah berkata; “seandainya akun memiliki satu doa yang mustajab, aku akan tujukan doa tersebut untuk pemimpinku”. Perlu diingat, doa seorang pemimpin termasuk dalam kategori doa yang mujarab.
Dalam satu Riwayat disampaikan bahwa Nabi Muhammad sedang menunaikan ibadah Shalat Jumat dan pada waktu itu ada seorang sahabat yang bertutur kepada Nabi, “wahai Nabi: kemarau sudah lama melanda negeri kita, makanan susah didapat, mintakan kepada Allah agar diturunkan hujan’ Maka, pada hari itu, Nabi berdo’a kepada Allah dengan bertakata; Allahumma agisna (Ya Allah turunkan hujan kepada kami) beliau ulang kalimat tadi tiga kali. Sahabat pada waktu menggambarkan perobahan cuaca yang sangat drastis, langit yang tadinya sangat terik langsung kelihat pergerakan awan. Dan tidaklah mereka keluar dari masjid kecuali dalam keadaan hujan yang sangat lebat. Lanjutan riwayatnya menceritakan bahwa hujan berlangsung cukup lama, dan di Jumat berikutnya, seorang sahabat ada juga yang berkata kepada Nabi, hujan sudah turun berkepanjangan, sulit untuk mendapatkan makanan, mintakan kepada Allah agar diredakan. Dan Nabi pun berdo’a kepada Allah; Allahumma hawalayna la ‘alaina allahumma ‘ala al Akam wa al zhirab wa buthun al audiyah wa manabit as syajar (ya Allah turunkan hujan di sekitar kami tidak yang membenani kami, ya Allah turunkan di perbukitan, di Lembah-lembah, dan di tempat tumbuhnya tanaman)”. Para sahabat pada waktu menceritakan, bahwa tidaklah mereka keluar dari masjid melainkan di bawah terik sinar matahari.
Doa yang dipanjatkan oleh seorang pemimpin sangat berpeluang dikabulkan Allah Swt. Hal yang serupa juga pernah terjadi di zaman Khalifah an Nashir di Andalus. Musim kemarau yang panjang terhenti dengan do’a khusyuk dari seorang pemimpin yang sholeh. Melihat kekhusyuk-an sang pemimpin dalam berdo’a ini maka Al Mundzir ibn Sa’id al Baluthi pun mengungkap satu ungkapan bersejarah, yaitu:
Jika penguasa di muka bumi sudah tunduk dan khusyuk, maka penguasa langit (Allah) akan menurunkan Rahmat-Nya.
Semoga Indonesia senantiasa diberikan pemimpin terbaik dari tingkat pusat sampai tingkat daerah, Allahumma amiin.
Syahrul Rahman, M.A, Ustadz di Cariustadz
Tertarik mengundang Syahrul Rahman, M.A? Silakan klik disini