Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Qs. Ar-Rum/ 41)
Kerusakan lingkungan telah nyata adanya, sebagaimana QS. Ar-Rum/41 di batas yang menyebutkan bahwa ‘telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena ulah tangan manusia’ dimana BNPB juga mencatat, sepanjang tahun 2023 bencana di Indonesia mencapai 5400. Namun yang tergolong sebagai bencana alam, hanya 50-an, artinya, bencana apa yang jumlahnya 5000 sekian lebih itu? Greenpeace Indonesia dalam acara Workshop Kerusakan Lingkungan; Peran Dakwah Hijau Da’i yang berkolaborasi dengan CariUstadz, Ummah for Earth dan Islami.co (14/12) menguraikan, ribuan bencana tersebut, bukan sekedar ‘takdir’ Tuhan, melainkan adanya ‘kezaliman’ yang dilakukan.
Menanggapi ngerinya ancaman ribuan bencana tersebut, pimpinan CariUstadz.id KH Ali Nurdin juga menguraikan bahwa kerusakan lingkungan itu sangat relate dengan ayat pamungkas tentang kerusakan lingkungan yakni Qs. Ar-Rum/41. Jika kita perhatikan ayatnya dengan seksama, Allah menggunakan lafaz ‘dzoharo’ yang artinya kerusakan lingkungan itu sudah jelas terjadi telah lama— ‘bima kasabat aydinnaas’ dan memprihatinkannya, kerusakan ini dilakukan oleh an-nas/ manusia; tak peduli mereka laki-laki ataupun perempuan.
Kita semua tahu bahwa kehidupan manusia sangat tergantung pada sumber daya alam seperti air, tanah, energi, keanekaragaman hayati, dan ekosistem yang sehat. Kehadiran sumber daya alam secara cuma-cuma dari Allah sangat penting untuk memenuhi kebutuhan. Sebagian SDA itu juga turut dimanfaatkan sebagai mata pencaharian. Namun kini, bumi sebagai sebagai tempat mencari penghidupan– yang dalam bahasa Al-Quran sebagai ma’aisy; telah dirusak dan dieksploitasi tiada henti. Alibatnya, dampak dari masalah lingkungan kini dirasakan seluruh makhluk bumi.
Peningkatan suhu bumi akibat aktivitas manusia, pemanasan global, cuaca ekstrem, dampak polusi udara terhadap kesehatan (ISPA, kardiovaskular, penyakit paru-paru, kanker) kenaikan permukaan laut yang mengancam wilayah pesisir dan pulau kecil serta perubahan pola cuaca yang mengakibatkan hasil panen terganggu adalah sebagian kecil dari kerusakan lingkungan yang mengancam hidup kita. Jika hal ini terus terjadi, manusia utamanya perempuan sebagai makhluk yang mengemban amanah reproduksi (mengandung, melahirkan & menyusui) kesulitan untuk mendapatkan udara yang bersih, makanan sehat kaya gizi. Tak hanya itu, polusi udara dan akses makanan sehat juga turut menyebabkan dampak lain yang lebih parah yaitu anak-anak dengan pertumbuhan yang tidak maksimal (stunting).
Menyambut 22 Desember yang diperingati sebagai Hari Ibu, mari kita berefleksi kembali, kiranya, aksi nyata apa yang dapat kita lakukan sebagai upaya penyelamatan bumi. Meminjam istilah Sachiko Murata dalam ‘The Tao of Islam; A Sourcebook on Gender Relationship in Islamic Thought’ karakter perempuan yang dianalogikan seperti Yin dan lekat dengan lembut, menjaga, sifat welas asih dan melindungi untuk turut melestarikan bumi.
Namun, perempuan tentu tidak bisa sendiri. Ia butuh berkolaborasi dengan laki-laki yang juga dianalogikan sebagai Yang; dengan karakter tegas, kuat, aktif juga wajib melestarikan bumi. Keduanya perlu bekerjasama dalam harmoni, bukan menjadi perusak bumi. Prinsip Yin dan Yang ala Sachiko Murata ini pula sejalan dengan Asmaul Husna (nama-nama baik Allah) yang menyiratkan sifat Qahar dan Jalal Allah, namun juga menunjukkan kebaikan dan kelembutan Allah (Al-Barr & Al-Lathif).
Sifat-sifat Allah yang tercermin dari 99 nama baik-Nya, semoga turut menginspirasi kita yang terpilih sebagai khalifah fil ardh untuk terus memakmurkan bumi, menghindari perbuatan yang merusak (ifsad) dan terus mengupayakan perbaikan (ishlah). Bumi ialah ‘rumah’ kita bersama; di bumi kita hidup dan di bumi pula kita akan mati. Maka, menjadikan bumi sebagai makhluk dengan relasi intersubjektif memungkinkan manusia untuk memanfaatkan potensi bumi secara bijak dan menghindari tindakan eksploitatif.
Karena itu, aksi-aksi nyata #JagaBumi sesungguhnya bisa kita mulai dari rumah dengan cara-cara sederhana. Sesederhana memberikan edukasi pada anak-anak dan keluarga untuk menghentikan penggunaan plastik sekali pakai. Membawa tumblr dan tempat makan setiap keluar rumah, termasuk memberdayakan diri untuk mengolah limbah sampah rumah tangga menjadi pupuk organik atau barang daur ulang yang bisa dimanfaatkan lagi. Di Hari Ibu ini, mari kita internalisasikan nilai-nilai ‘keibuan’ bumi yang senantiasa memberi dan kita refleksikan ke dalam aksi nyata tiap hari. Mari #JagaBumi untuk hidup manusia yang lebih berkualitas lagi.
Dr. Ina Salmah Febriani, M.A., Ustadzah di Cariustadz.id
Tertarik mengundang ustadz Dr. Ina Salmah Febriani, M.A? Silahkan klik disini