Dalam dunia kerja yang terus berkembang, nilai-nilai etika menjadi pilar penting untuk membangun profesionalisme dan meningkatkan produktivitas. Di Indonesia, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah mengadopsi slogan AKHLAK sebagai pedoman kerja yang berfungsi untuk memperkuat budaya organisasi. Slogan ini mencerminkan komitmen BUMN terhadap etos kerja yang berintegritas dan profesional. AKHLAK adalah akronim dari Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. Setiap nilai ini dirancang untuk menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan profesional, sekaligus mendukung pencapaian tujuan perusahaan secara efektif. Saya tertarik untuk menguraikan nilai-nilai ini dengan perspektif Islam karena sejalan dengan semangat agama yang sejatinya ingin mendorong umat manusia ke jalan kehidupan yang lebih baik dari hari ke hari.
Dalam Islam, akhlak merujuk pada perilaku mulia yang mencerminkan iman seseorang. Al-Quran memberikan panduan tentang bagaimana seorang Muslim seharusnya bersikap, termasuk dalam dunia kerja. Al-Quran menyatakan,
اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ …
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya …” (QS. An-Nisa: 58).
Dalam konteks kerja, amanah berarti menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab. Ini mencakup kejujuran dalam melaksanakan pekerjaan dan memastikan bahwa setiap keputusan diambil berdasarkan prinsip keadilan dan profesionalisme. Amanah juga mencerminkan komitmen untuk memenuhi target dan tanggung jawab tanpa mengabaikan standar etika yang telah ditetapkan.
Selain itu, Islam juga mendorong kerja sama dan kolaborasi yang sehat, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Maidah: 2,
… وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ …
“… Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa …”
Kata takwa dalam penggalan ayat di atas bisa kita bawa maknanya ke dalam spektrum yang lebih luas. Ia bisa diartikal dalam rangka menegaskan pentingnya sinergi dalam mencapai tujuan yang baik dan bermanfaat. Kerja sama dan kolaborasi dalam hal ini tidak hanya memperkuat hubungan antarindividu, tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung produktivitas dan harmoni di tempat kerja.
Hadis Nabi Muhammad SAW juga menggarisbawahi pentingnya kompetensi dalam bekerja. Beliau bersabda,
إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ
“Jika suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya” (HR. Bukhari).
Hal ini menegaskan bahwa kompetensi bukan hanya nilai profesional, tetapi juga kewajiban moral yang harus dijunjung tinggi. Adapun loyalitas dan keharmonisan dalam kerja juga tercermin dalam ajaran Islam yang menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama dan memenuhi hak orang lain.
Globalisasi dan perkembangan teknologi membawa tantangan baru, seperti persaingan ketat dan perubahan cepat. Nilai-nilai yang terkandung dalam akronim AKHLAK sangat penting untuk menghadapi tantangan ini. Nilai-nilai seperti adaptif dan kompeten sangat relevan dalam era digital, di mana kemampuan untuk belajar dan berubah menjadi kunci sukses. Dengan menerapkan AKHLAK, perusahaan dapat menciptakan budaya kerja yang tidak hanya produktif, tetapi juga bermartabat.
Demikian ulasan saya secara singkat mengenai AKHLAK. Saya akan menguraikan lebih komprehensif nilai-nilai yang ada di dalamnya dalam tulisan-tulisan terpisah. Wallahu A’lam.
Wildan Imaduddin Muhammad, M.A, Dosen UIN Jakarta dan Ustadz di Cariustadz.id
Tertarik mengundang WIldan Imaduddin Muhammad, M.A? Silahkan Klik disini