Rendah Hati Sebagai Sikap Seorang Mukmin

Tawadhu atau rendah hati bisa dikatakan sebagai kesadaran  manusia atas kedudukannya yang sejati di hadapan Allah Swt. Menempuh jalan dan mengukur kedudukannya di hadapan makhluk berdasarkan kesadaran ini dan menganggap diri sama seperti manusia lainnya adalah wujud dari sikap sejati seorang mukmin.

Rendah hati adalah gerbang utama menuju istana akhlak. Rendah hati adalah alat utama untuk taqarub kepada Allah sekaligus kepada manusia. Seorang mukmin sangat dekat dengan Allah ketika ia bersujud yaitu ketika kepala dan kaki tergeletak di tempat yang sama sejajar. Maka bagaimana mungkin ia bisa congkak dan merasa dirinya lebih hebat dari orang lain.

Dengan sifat rendah diri kepala seseorang akan tegak, dan bisa diterima oleh berbagai level baik di hadapan para penghuni bumi maupaun di kalangan penduduk langit. Nabi pernah mengingatkan kita bahwa siapa saja yang rendah hati demi Allah niscaya Allah akan  menggangkat derajatnya dan siapapun yang takabur niscaya Allah akan merendahkannya.

Contoh nyata dari kehidupuan tawadhu bisa kita lihat dari figur Umar yang memikul sendiri karung berisi tepung untuk rakyatnya. Ia tidak tinggi hati di hadapan masyarakatnya bahkan ia rela menjadikan punggungnya untuk menggangkut karung gandum bagi mereka yang sebenarnya lebih pantas untuk dipikul oleh para buruh dan para budak.

Seorang yang mempunyai sifat rendah hati akan berusaha untuk mensajajarkan dirinya dengan orang lain, memandang dirinya tidaklah lebih hebat, lebih pintar, lebih berkuasa dari orang lain karena dirinya yakin bahwa semua yang dimilikinya hanya merupakan titipan yang bisa saja diambil oleh sang pemilik kapan saja dimaunya. Selain itu  ia juga sadar  bahwa tidak ada yang sia-sia dari penciptaan Allah apalagi dalam penciptaan manusia. Semua manusia mempunyai keunikan dan potensi yang berbeda-beda sehingga pantas untuk dihargai.

Oleh karena semua manusia berhak untuk dimuliakan dan dihargai maka Allah melarang hambanya untuk berlaku sombong terhadap sesama.

 وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Dan janganlah engkau memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan jangan pula berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri” (QS. Luqman Ayat 17)

Ketika kita ingin dihargai oleh orang lain maka singkirkanlah rasa sombong dan angkuh dari diri kita dan tanamkan sifat rendah hati karena hanya dengan menghilangkan kesombongan dan kecongkakan diri kita bisa menghargai orang lain, tidak merasa diri paling benar dan mau menerima kritik maupaun nasehat. Orang-orang seperti ini akan mendapatkan penghargaan dari lainnya karena penghargaan tidak akan pernah datang sebelum kita berusaha untuk menghargai orang lain meskipun terhadap orang-orang yang jahil. 

وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

“Dan hamba-hamba tuhan yang maha penyayang itu dalah orang-orang yang berjalan di  atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (QS.  Al-Furqan Ayat 63)

Cara yang diberikan al-Qur’an untuk menghadapi orang-orang yang jahil sebagaimana ayat di atas adalah dengan membalas ucapan mereka dengan ucapan yang bijak bukan membalas hinaan dengan hinaan,  ejekan dengan ejekan, cacian dengan cacian lainnya dan kemarahan dengan kemarahan.

Ketika kita marah dan membalas semua hinaan, cacian dan ejekan orang lain dengan kemarahan dan cacian serta hinaan lainnya berarti kita merasa bahwa diri kita adalah orang yang suci yang tidak pantas untuk dihina dan dimaki. Bukan berarti kita berdiam diri saja dengan semua makian yang bahkan mungkin tidak mendasar, namun yang dianjurkan oleh al-Qur’an adalah membalasnya dengan berkata yang baik karena itu merupakan salah satu penghargaan terhadap makhluk Allah sekaligus rasa diri bahwa kesempurnaan hanya berhak disandarkan kepada Allah.

Dr. Ali Nurdin, M.A, Pimpinan Cariustadz.id 

Tertarik mengundang ustadz Dr. Ali Nurdin, M.A? Silahkan klik disini