Hadirin, Jamaah Jumat rahimakulullah,
Pertama dan utama, mari kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt., seraya melaksanakan seluruh perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Mari kita haturkan keharibaan baginda Rasulullah saw., nabi akhir jaman, yang telah memberikan kita petunjuk sehingga kita mampu membedakan mana yang benar dan batil.
Hadirin rahimakumullah,
Presiden Soekarno pernah mengatakan : Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya. Oleh karena itu, momentum 10 November adalah momentum yang luar biasa bagi bangsa kita, bangsa Indonesia, dalam rangka untuk memperingati hari pahlawan.
10 November merupakan peristiwa yang sarat dengan makna dan pesan. Warisan terbaik yang diberikan oleh para pahlawan kusuma bangsa bukanlah politik ketakutan melainkan politik balasan. Bahwa seberat apapun tantangan yang dihadapi tidak akan melunturkan semangat perjuangan untuk mengisi kemerdekaan.
Hadirin rahimakumullah,
Semangat kepahlawanan adalah semangat persatuan. Semangat untuk membangun dan membentuk negara yang kita cintai ini. Pertanyaannya kemudian, apakah semangat kebangsaan dan semangat kepahlawanan yang setiap tahun kita peringati, masih ada di dalam sanubari anak negeri ini. Bila kita perhatikan, mungkin ada yang menjawab masih ada, dan mungkin ada yang menjawab sebaliknya.
Namun secara de facto memang banyak yang mengatakan bahwa patriotisme dan nasionalisme anak bangsa kita sedang diuji.
Hadirin rahimakumullah,
Di kesempatan khutbah Jumat ini izinkan khotib untuk memberikan beberapa tips agar bagaimana menumbuhkembangkan kembali semangat nasionalisme dan patriotisme bangsa.
Yang pertama, yang bisa kita lakukan untuk mengembalikan semangat nasionalisme dan patriotisme tentu bukan lain adalah menanamkan rasa CINTA TANAH AIR. Untuk mewujudkan rasa patriotisme harus ada di dalam setiap individu bangsa, rasa cinta tanah air yang terwujud dalam mengisi kemerdekan sebaik-baiknya.
Cinta tanah air merupakan sebuah keniscayaan dan kebutuhan. Betapa tidak, manusia dilahirkan, tumbuh besar dan kelak dimakamkan di tanah airnya. Maka tidak berlebihan jika Nabi Muhammad saw., saat hendak hijrah dari Mekah. Beliau mengatakan sambil melihat ke arah kanan saat berhijrah sembari mengatakan “Betapa besarnya kota Mekah, betapa besar cintaku kepadamu dan seandainya kaumku tidak mengusirku niscaya aku tidak akan tinggal di kota selain mu“.(hadis diriwayatkan Tarmidzi)
Cerita diatas merupakan sekelumit kegalauan nabi sekaligus menunjukan betapa beliau mencintai tanah kelahiran dan tanah airnya. Bahkan ketika beliau tinggal dan menetap di Madinah, tetap beliau berdoa “Ya Allah Ya Tuhanku, anugerahkan kepadaku cinta, agar aku bisa mencintai Madinah seperti aku mencintai Mekah, atau bahkan lebih.”
Ini menandakan bahwa siapapun orangnya, masa sudah seharusnya memiliki ikatan batin dan ukhuwah dengan tanah kelahiran dan tanah airnya.
Hadirin rahimakumullah,
Dalam konteks Indonesia, cinta tanah air bahkan bisa kita wujudkan misalnya dengan mencintai dan membeli produk-produk dalam negeri. Berinvestasi di dalam negeri, taat kepada hukum, menjaga ketertiban-kebersihan dan menjaga keamanan lingkungan. Ini adalah beberapa hal dari wujud rasa cinta kita kepada bangsa yang sama-sama kita cintai ini.
Yang kedua, yang kita bisa lakukan untuk membentuk patriotisme dan nasionalisme adalah kita harus kembali meneguhkan diri kita agar mau berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
Peristiwa 10 November adalah peristiwa pengorbanan anak bangsa melawan penjajah dengan persenjataan yang apa adanya. Bambu runcing adalah semangat sederhana dalam mempertahankan kedaulatan yang terus digelorakan pada saat itu. Pertanyaan sekarang adalah, tidak ada lagi musuh yang dihadapi oleh pejuang-pejuang kita sebelumnya. Kendati demikian, di era moderen ini imperialisme dan penjajahan itu masih nampak.
Oleh karena itu, marilah satukan tekad, satukan semangat untuk memerangi musuh modern saat ini yakni kemiskinan, kebodohan dan kezaliman. Bukankah baginda Muhammad saw., saat berada di Mekah beliau bersabda jika hampir saja kemiskinan bisa menjerumuskan seseorang ke dalam kekufuran. Itulah sebabnya kemiskinan harus kita berantas dari negeri kita ini dan bahkan dari muka bumi.
Karenanya, upaya-upaya yang disediakan oleh agama dan negara kita patut kita dukung. Ada zakat, infak, sedekah dan pajak itu merupakan instrumen dari pendistribusian materi. Agar kekayaan tidak dimonopoli oleh segelintir orang.Inilah filosofi dari terbentuknya kehidupan sosial yang adil dan merata.
Hadirin rahimakumullah,
Bukankah ayat yang pertama diturunkan kepada Baginda Muhammad saw., adalah yang memerintahkan untuk membaca. Iqro, artinya bacalah. Ini artinya ada indikasi sangat kuat bahwa kebodohan harus dihilangkan dari muka bumi. Oleh karenanya sangat kita ingin menghidupkan nasionalisme dan patriotisme, maka kebodohan adalah hal yang harus kita lawan. Dan melawannya dengan perbanyak membaca dan membuka ilmu pengetahuan.
Hadirin rahimakumullah,
Yang ketiga, hal yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan patriotisme dan nasionalisme adalah menempatkan persatuan, kesatuan dan keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan. Persatuan, adalah ajaran luar biasa yang disampaikan oleh baginda nabi Muhammad saw. Bahkan al-Qur’an dan hadits nabi menginstuksikan pentingnya persatuan dan melawan perpecahan.
Dalam satu ayat misalnya Allah berfirman :”Berpegang teguhlah kalian semua kepada tali agama Allah dan janganlah kalian semua tercerai berai.(Qs.surat 3:103)” Ayat ini mengindikasikan bila persatuan menjadi katalisator penting dalam membangun kerjasama.
Pertanyaan kemudian adalah, bagaimana cara kita untuk membangun bangsa kita saat ini? Yang pertama adalah mencari dan memperkuat PERSAMAAN sekaligus meminimalkan perbedaan.Sebagai kita ketahui, bangsa Indonesia ini terdiri dari beragam suku, agama, ras, dan sebagainya.Niscaya jika kita hendak mencari perbedaan, maka perbedaan itu terlihat menganga, maka prinsip persatuan harus diutamakan. Perbedaan itu bisa dikikis jika kita mementingkan persamaannya. Persamaannya antara lain, kita sama-sama anak bangsa Indonesia, kita sama-sama umat manusia, kita sama-sama keturunan Nabi Allah Adam as., dan puncaknya adalah, kita sama-sama mahluk Allah swt.
Dan yang kedua, membangun TOLERANSI. Toleransi yang dimaksud bukan berarti membaur dan menyatu dengan orang atau pemikiran yang berbeda. Namun mampu menghargai dan menghormati pilihan orang lain, bahkan mereka yang jelas-jelas berbeda pandangan dengan kita. Hari ini, toleransi sangat mudah dikatakan, namun teramat sulit untuk diterapkan.
Oleh karena itu, mari kita sebagai bangsa,sama-sama mengedepankan ajaran toleransi yang begitu mulia. Harapan kita, agar bangsa ini menjadi bangsa yang besar, bangsa yang disegani oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Yang lebih penting, mari kita berdoa, agar bangsa kita dijaga oleh Allah swt., dari permusuhan, perpecahan dan dijadikan sebagai bangsa yang baldatun toyyibatun warobun ghofur, aamiin!
[Dr. Ulinnuha, MA.]