Menggambarkan Akhirat Pada Anak

Pada suatu kesempatan, ketika sedang dalam kegiatan seminar di Bandung, seorang Ibu menghampiri saya. Ia bercerita tentang anaknya yang bertanya tentang surga dan neraka. Katanya, “anak saya cerita kalau di sekolah dia diajarin setiap orang Muslim yang masuk surga, harus ke neraka dulu, nanti sudah dosa-dosanya abis, baru ke surga, anak saya takut. Gimana ya mas? Saya bingung jawabnya.”

Cerita ibu ini saya kira juga menjadi problem ibu-ibu lain di luar sana. Dilema yang dihadapi ketika pengetahuan seorang anak seringkali berbeda dengan apa yang orang tua pahami. Hal ini pun pernah saya alami ketika membimbing murid TPA yang akan menghadapi ujian pelajaran aqidah akhlak. Murid saya itu dituntut menghafal nama-nama hari kiamat. Pikir saya apa manfaatnya ini untuk anak-anak? Imajinasi mereka yang seharusnya dipupuk untuk kreativitas dengan hal-hal menyenangkan, malah diberi pelajaran kiamat yang menakutkan.

Memang kita terkadang terlalu naif mengajarkan anak-anak tentang sesuatu yang belum menjadi alam pikiran mereka. Padahal kita sudah tahu jika dunia anak adalah dunia bermain. Lalu bagaimana seyogyanya kita menjawab pertanyaan anak-anak soal surga dan neraka?

Kita bisa memulai dengan menjelaskan bahwa Allah Swt itu Maha Pengasih dan Penyayang. Sesuai dengan ajaran dasar bacaan basmalah, menyebut Asma-Nya dengan sifat pengasih dan penyayang. Anak-anak yang baik, suka menolong, dan suka membantu sesama akan masuk surga. Benarkah orang yang berdosa akan masuk neraka dulu, setelah dosanya habis baru masuk surga?

Bukan berarti ajaran mengenai neraka itu tidak benar. Tetapi alangkah lebih bijak jika kita mengedepankan Maha Pemurah-nya Allah Swt daripada kemurkaan-Nya kepada anak-anak. Meneladankan sifat-sifat welas asih Tuhan lebih utama agar bayangan anak tentang-Nya adalah tentang kebahagiaan dan keceriaan.

Kita tidak perlu mengajarkan hal-hal rumit seperti dalil Alquran dan Hadis. Meski saya paham kalau kegelisahan orang dewasa ketika memahami suatu ajaran atau konsep agama harus berlandaskan dalil. Baiklah, saya uraikan ayat Alquran dan hadisnya.

Dalam Q.S Al-Zumar: 53 Allah Swt. berfirman:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيم

“Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah swt. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Menurut Al-Tabari dalam tafsirnya, konteks ayat di atas diturunkan untuk orang-orang Mekkah yang masih menyembah berhala. Mereka meragukan posisi kemusyrikan mereka ketika akan masuk Islam. Turunlah ayat ini bahwa Allah Swt. pasti akan mengampuni semua dosa-dosa orang yang bertaubat.

Dalil lain terdapat dalam hadis Bukhari dan Muslim:

حدّثنا عَلِىُّ بْنُ خَشْرَمٍ، أَخْبَرَنَا أَبُو ضَمْرَةَ، عَنِ الْحَارِثِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ مِينَاءَ، عَنْ أَبِى هُرَيْرَة، قَالَ: قَالَ رَسُولَ الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. ” لَمَّا قَضَى الله الْخَلَقَ، كَتَبَ فِى كِتَابِهِ عَلَى نَفْسِهِ، فَهُوَ مَوْضُوعٌ عِنْدَهُ: إِنَّ رَحْمتِى تَغْلِبُ غَضَبي

Ketika Allah swt menciptakan makhluk, Dia berkehendak dalam ketentuan-Nya, yang tertulis: Sungguh Rahmat-Ku melingkupi murka-Ku.

Berdasarkan dalil-dalil di atas, kita bisa menjelaskan kepada anak-anak bahwa ajaran Islam tentang surga dan kasih sayang Allah Swt., lebih dominan dan lebih utama. Dari sini, kita bisa mengisi imajinasi anak-anak dengan segala sesuatu yang menyenangkan. Karena agama itu memang seharusnya menggembirakan. Wallahu A’lam.

Wildan Imaduddin Muhammad, M.A, Dosen UIN Jakarta dan Ustadz di Cariustadz.id

Tertarik mengundang WIldan Imaduddin Muhammad, M.A? Silahkan Klik disini