Meneladani Rasulullah Saw yang Suka Berbagi

Salah satu ciri individu yang memiliki jiwa sosial adalah selalu memikirkan orang lain yang berkebutuhan. Tidak hanya itu, ia akan memberikan semampu mungkin apa saja untuk membantu orang yang membutuhkan. Kebiasaan berbagi telah dicontohkan sendiri oleh pribadi Rasulullah dan para sahabat. Rasulullah juga telah menasihati, “Tangan di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah” (HR. Bukhari).

Dengan berbagi kepada sesama berarti kita telah menekan penyakit kikir agar tidak menggerogoti hati. Kebiasaan berbagi akan menimbulkan ikatan emosional antar individu yang pada akhirnya akan melahirkan sikap peduli dan jauh dari egoisme. Salah satu ciri orang yang bertakwa yang disebutkan dalam Al-Quran adalah orang yang senantiasa berbagi baik dalam keadaan lapang maupun sempit. 

الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ    

Artinya: (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Q.S. Ali Imran [3]: 134)

Namun, dalam berbagi pun ada etikanya. Jika etika ini tidak diindahkan maka perbuatan kita akan sia-sia tak berbekas seperti debu di atas batu yang tertiup angin. Ketika kita memberikan sesuatu kepada orang lain hendaknya jangan sampai disertai dengan hal-hal yang bisa menyakiti orang yang kita beri dan tidak pula menyebut-nyebut pemberian kita. Karena hal tersebut bisa menghapus pahala.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْاَذٰىۙ كَالَّذِيْ يُنْفِقُ مَالَهٗ رِئَاۤءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَاَصَابَهٗ وَابِلٌ فَتَرَكَهٗ صَلْدًا ۗ لَا يَقْدِرُوْنَ عَلٰى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوْا ۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 264)”

Di sisi lain, orang bershadaqah tidak harus dengan semua hartanya yang mengakibatkan penderitaan. Dalam suatu riwayat ketika Rasulullah mendapat kiriman pakaian katun. Karena beliau seorang dermawan, pakaian itu dibagi-bagikan. Kemudian datanglah serombongan orang lain yang memintta bagian, tapi ternyata telah habis. Kemudian peristiwa ini menjadi sabab nuzul turunnya Al-Isra’ ayat 29. Ayat ini menegaskan bahwa apa yang didapat janganlah dihabiskan semuanya.

Sikap altruisme (mementingkan orang lain) dalam urusan interaksi dengan orang lain sangat dipuji oleh Allah. Seperti sikap para sahabat yang terekam dalam Al-Quran. 

وَالَّذِيْنَ تَبَوَّءُو الدَّارَ وَالْاِيْمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّوْنَ مَنْ هَاجَرَ اِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُوْنَ فِيْ صُدُوْرِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ اُوْتُوْا وَيُؤْثِرُوْنَ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۗوَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَفْسِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَۚ 

Artinya: Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung. (Q.S. Al-Hasyr [59]: 9)

Dr. Ali Nurdin, M.A, Pimpinan Cariustadz.id 

Tertarik mengundang ustadz Dr. Ali Nurdin, M.A? Silahkan klik disini