Mandiri Sebagai Sikap Hidup Seorang Mukmin

Sifat mandiri adalah sifat ketidakbergantungan seseorang terhadap lainnya. Orang yang mandiri akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan sendiri dengan bekerja keras agar terhindar dari sikap meminta-minta. Seorang mahasiswa maka bisa dikatakan mandiri ketika ia tidak meminta orang lain membuat tugas makalahnya, karena memang membuat tugas makalah sudah seharusnya dilakukan sendiri.

Sedangkan dalam pengertian tidak bergantung sama sekali dengan orang lain maka Islam tidak mengenal konsep ini. Manusia diciptakan dalam keadaan lemah sehingga ia membutuhkan orang lain untuk menutupi kelemahannya. Tidak ada manusia yang ketika lahir bisa dengan sendirinya mencari makan dan minum. Bahkan ada ungkapan, “tidak ada mayat yang bisa berjalan sendiri ke kuburnya.”

Orang yang mandiri tak pernah rela menjadikan dirinya berada dalam posisi “tangan di bawah”. Ia selalu ingin bisa memberi, bukan meminta; membantu, bukan dibantu; menolong, bukan ditolong; menjadi subyek, bukan objek; menjadi orang berdaya, bukan yang tak berdaya; menjadi orang yang mampu, bukan lemah; dan menjadi orang yang mulia, bukan hina.

Nabi saw mengajarkan umatnya untuk hidup mandiri. Kalau kita menelusuri jejak hidup beliau, akan kita temukan betapa beliau seorang yang sangat mandiri. Beliau tak segan mengerjakan pekerjaan kasar sebagaimana dikerjakan orang kebanyakan. Beliau sering menambal sendiri jubahnya, menjahit sepatunya, dan melakukan setumpuk pekerjaan rumah. Bagi beliau, pekerjaan kasar tidak mengurangi sedikitpun kemuliaannya sebagai Utusan Allah. Nabi juga mengingatkan kita bahwa harta yang paling mulia adalah harta halal yang dihasilkan dari pekerjaan yang dikerjakan sendiri oleh tangannya sebagaimana nabi Daud.

Al-Qur’an sendiri sangat menekankan bagi kaum muslim untuk berusaha hidup mandiri dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam masalah ekonomi. Islam tidak menganjurkan bahkan menganggap salah seorang hamba yang hanya memfokuskan diri untuk beribadah tanpa mempedulikan kebutuhan diri dan keluarganya. Islam sangat menekankan keseimbangan dalam hidup, antara kehidupan dunia dan akhirat. Oleh karena itu al-Qur’an memerintahkan kita untuk mencari rezeki ke segala pelosok bumi setelah melakukan ibadah

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Apabila shalat sudah dikerjakan maka bertebaranlah di muka bumi untuk mencari karunia Allah dan perbanyaklah zikir semoga kalian termasuk orang-orang yang beruntung.” (Q.S al-Jumu’ah Ayat 10)

Dr. Ali Nurdin, M.A, Pimpinan Cariustadz.id 

Tertarik mengundang ustadz Dr. Ali Nurdin, M.A? Silahkan klik disini