Nuzulul Qur’an sebentar lagi akan diperingati di bulan Ramadhan ini. Setiap tahun umat Muslim dengan caranya masing-masing memperingati malam yang mulia ini. Namun, dalam kultum maupun ceramah agama, sangat jarang yang menguraikan pendapat ulama’ tentang makna Nuzulul Qur’an.
Nuzulul Qur’an biasanya diartikan sebagai peristiwa turunnya al-Qur’an. Peristiwa yang dimaksud sebenarnya adalah proses penurunan yang pertama secara sekaligus, yaitu dari lauh mahfudz ke langit dunia. Seandainya yang dimaksud adalah penurunan dari langit dunia kepada Nabi Muhammad saw, tentu sepanjang tahun akan ada peringatan nuzulul ayat wa suwar (turunnya ayat dan surat), sebab al-Qur’an turun pada fase kedua secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad saw selama kurang lebih 23 tahun, baik di bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan.
Dasar bahwa al-Qur’an diturunkan secara sekaligus misalnya surat al-Qadr, kemudian diperingati di bulan Ramadhan berdasarkan QS. Al-Baqarah: 185 dan dipilih pada malam ke-17 berdasarkan pemahaman dari QS. Al-Anfal: 41. Penurunan sekaligus ini dipahami dari penggunaan kata dasar “anzala”, sementara untuk penurunan berangsur-angsur menggunakan kata “nazzala”. M. Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah menjelaskan ketika menafsirkan QS. Ali Imran ayat 3-4 bahwa pesan yang ditangkap dari kata “penurunan” berarti al-Qur’an adalah sesuatu yang tinggi. Dengan demikian, apabila kandungannya diikuti akan mengantarkan manusia meraih ketinggian dan kejayaan.
Selain makna “penurunan”, Nuzulul Qur’an juga bermakna “penempatan”. Makna ini juga terkandung dalam kata “nazala”. Penggunaan makna ini dapat ditemukan pada doa’ nabi Nuh as. yang terekam dalam QS. Al-Mu’minun ayat 29:
وَقُلْ رَّبِّ اَنْزِلْنِيْ مُنْزَلًا مُّبٰرَكًا وَّاَنْتَ خَيْرُ الْمُنْزِلِيْنَ ٢٩
Dan berdoalah, “Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik pemberi tempat.”
Dalam ayat di atas, penggunaan kata “nazala” dalam do’a nabi Nuh tersebut bermakna penempatan. Beliau berharap ditempatkan di tempat yang berkah setelah terombang-ambing dalam musibah air bah.
Nuzulul Qur’an dalam arti penempatan al-Qur’an sejatinya sangat baik untuk memudahkan pemahaman masyarakat awam. Dalam hal penempatan, al-Qur’an mengalami tiga kali nuzul sebagaimana disebutkan oleh Imam Az-Zarqani dalam kitab Manahilul ‘Irfan. Ketiganya yaitu penempatan di lauh mahfuz, penempatan di baitul ‘izzah (langit dunia) dan penempatan di dada nabi Muhammad saw. Dengan makna penempatan ini, kaum muslimin dapat berlomba-lomba menyucikan diri dan hati, meningkatkan kualitas spiritual dan pengamalan ajaran al-Qur’an secara kaffah, supaya al-Qur’an berkenan untuk bertempat di rongga-rongga tubuhnya, dan menjadi sahabat di dunia hingga di akhirat kelak.
Khoirul Muhtadin, M.Ag., Dosen STIQ Asy-Syifa dan Ustadz di Cariustadz
Tertarik mengundang Khoirul Muhtadin, M.Ag.? Silakan klik disini