Kurangi Scrolling, Maksimalkan Ramadhan Tanpa Distraksi

Tak terasa kita sudah sampai di bulan Ramadhan, bulan yang penuh kedamaian, hingga eksistensi beribadah di dalamnya diukur dengan pahala yang berlipat. Mulai dari ibadah individu seperti shalat dan dzikir sampai menyangkut ibadah sosial seperti bersedekah, kebaikannya dibalas dengan nilai yang berlipat ganda. Dengan begitu, inilah momentum yang tepat bagi kita untuk memperbaiki diri, meningkatkan kualitas ibadah, dan memperbanyak amal kebaikan.

Meski secara teori benar demikian, kita tak bisa lari dari distraksi digital hari ini. Sosial media merangkul kita untuk berdekapan dan scroliing langsung dengan cepat dan sulit dihentikan. Dimulai dari notifikasi yang terus berdatangan, video yang tak ada habisnya, dan sebaran gosip yang menarik perhatian fokus kita dari ibadah yang seharusnya menjadi prioritas di bulan Ramadhan. Waktu yang seharusnya diisi dengan membaca Al-Qur’an, berdzikir, atau beramal shaleh sosial, justru habis untuk scrolling sosial media yang mungkin banyak madharat dibanding maslahatnya. 

Ada tiga (3) tips yang bisa kita lakukan agar semangat ibadah di bulan Ramadhan tetap terawat baik: 

  • Makan sesuai porsi, tidak berlebihan

Memang betul esensi bulan Ramadhan mewajibkan umat Muslim untuk berpuasa sejak waktu imsak sampai maghrib tiba. Namun momen berbuka puasa terkadang menjadi balas dendam. Akibatnya perut terlalu kenyang dan mengundang fisik kita untuk malas bergerak. Dalam konteks Ramadhan, makan terlalu berlebihan bisa menyebabkan kita tertinggal banyak kesempatan ibadah yang balasan pahalanya berkali-kali lipat dibanding pada bulan-bulan lainnya. Padahal, Allah swt menegaskan bahwa berlebihan dalam konsumsi makanan tidak baik. Dalam Al-Qur’an disebutkan, 

يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّه لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ 

Artinya, “Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (QS Al-A’raf: 31).  

Menguatkan ayat al-Quran diatas, Rasulullah juga menegaskan terkait batasan konsumsi makanan yang ideal, Rasulullah saw bersabda: 

مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ، بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ 

Artinya, “Tiada tempat yang manusia isi yang lebih buruk daripada perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun, jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernapas.” (HR At-Tirmidzi). 

  • Hindari perbuatan Maksiat

Sudah kita tahu bahwa dosa yang diperbuat oleh seorang Muslim akan mempengaruhi pada kualitas spiritualnya, salah satunya adalah malas beribadah. Dalam kasus Ramadhan, tentu kita tidak mengharapkan istimewa ramadhan terlewat begitu saja karena dosa yang kita perbuat. Hal kecil yang mungkin kita sadari di dunia digital ialah berani mengeluarkan hate speech ( obrolan yang menyakiti orang lain), bahkan membuka aib orang di sosial media.  Berkaitan dengan hal ini, Ibnu Abbas pernah berkata,

إِنَّ لِلْحَسَنَةِ ضِيَاءً فِي الْوَجْهِ، وَنُوْرًا فِي الْقَلْبِ، وَسَعَةً فِي الرِّزْقِ، وَقُوَّةً فِي الْبَدَنِ، وَمَحَبَّةً فِي قُلُوبِ الْخَلْقِ، وَإِنَّ لِلسَّيِّئَةِ سَوَادًا فِي الْوَجْهِ، وَظُلْمَةً فِي الْقَبْرِ وَالْقَلْبِ، وَوَهْنًا فِي الْبَدَنِ، وَنَقْصًا فِي الرِّزْقِ، وَبُغْضَةً فِي قُلُوبِ الْخَلْقِ 

 Artinya, “Sesungguhnya pada kebaikan terdapat sinar pada wajah, cahaya dalam hati, kelapangan dalam rezeki, kekuatan pada badan, dan kecintaan pada hati makhluk. Sesungguhnya pada kejelekan terdapat kegelapan pada wajah, gulita pada alam kubur dan hati, kelemahan pada badan (untuk beribadah), kekurangan dalam rezeki, dan kebencian pada hati makhluk.” (Abdul Majid Kisyk, Fi Riḥābit Tafsīr, juz XIV, halaman 3316). 

  • Bersikap moderat dalam Beribadah

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa Israf (berlebihan) itu tidak baik, sekalipun dalam beribadah. Dalam kasus amaliah Ramadhan, kita perlu melaksanakan ibadah di dalamnya secara proporsional; yaitu mengukur kemampuan yang kita miliki. Jika kita memaksakan untuk menyempurnakan porsi ibadah, akhirnya memberatkan diri hingga berujung penyesalan atau “kapok” untuk merawat dan meneruskannya. Dalam hal ini, Rasulullah saw pernah bersabda:

خُذُوا مِنْ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوْا وَأَحَبُّ الصَّلَاةِ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا دُووِمَ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّتْ وَكَانَ إِذَا صَلَّى صَلَاةً دَاوَمَ عَلَيْهَا  

Artinya, “Lakukanlah amal-amal yang kalian sanggup melaksanakannya, karena Allah tidak akan berpaling (dalam memberikan pahala) sampai kalian yang lebih dahulu berpaling (dari mengerjakan amal).” Dan shalat yang paling Nabi saw cintai adalah shalat yang dijaga kesinambungannya sekalipun sedikit. Dan Beliau bila sudah biasa melaksanakan shalat (sunnah) akan melakukannya dengan konsisten.” (HR Al-Bukhari). 

Dalam Syarh Fathul Bari karya Ibn Hajar al-Asqalani, dikisahkan bahwa pada suatu hari Rasulullah saw memarahi sekelompok sahabat yang memiliki semangat ibadah yang tinggi hingga berlebihan, ia menghabiskan seluruh malamnya untuk beribadah, berpuasa setiap hari, bahkan berniat untuk melajang selama hidupnya agar dirinya fokus pada hal akhirat. Mendengar hal ini, Nabi bersikap tegas dan segera menegurnya. 

Dalam kasus bulan Ramadhan, meski memang pahala kebaikan nya lebih bedar dan istimewa dari bulan lainnya, jangan sampai kita berlebihan dalam melaksanakan ibadah di bulan suci ini. Semoga kita mampu dan dimampukan Allah swt untuk meraih nikmatnya ibadah di bulan Ramadhan tahun ini. Aamiin.

Rifa Tsamrotus Saadah,S.Ag, Lc, MA., Dosen STIU Darul Quran Bogor dan Ustadzah di Cari Ustadz

Tertarik mengundang ustadz Rifa Tsamrotus Saadah,S.Ag, Lc, MA.? Silahkan klik disini