Manusia tidak akan pernah terlepas dari salah. Sebagaimana adagium yang sering kita dengar, manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Karena itu manusia yang baik adalah bukan mereka yang tidak pernah melakukan kesalahan. Akan tetapi manusia yang baik yang mau mengakui kesalahan dan memperbaiki diri setelah melakukan kesalahan. Dalam salah satu hadis riwayat Ibnu Majah dijelaskan:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Semua bani Adam pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang salah adalah yang segera bertaubat.”
Berdasar hadis ini bisa disimpulkan bahwa semua manusia tidak akan pernah lepas dari salah, baik disengaja ataupun tidak disengaja. Bahkan Rasulullah saw pun pernah “ditegur” oleh Allah Swt karena dianggap melakukan suatu hal yang tidak pantas dilakukan, walaupun hal ini tidak mengurangi sifat kemaksuman Rasulullah SAW karena Allah langsung yang menjaga dan menegurnya. Misalnya teguran Allah kepada Nabi Muhammad yang tercatat dalam surat at Tahrim ayat 1:
Artinya: “Wahai Nabi! Mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah bagimu? Engkau ingin menyenangkan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Oleh karena itu, jika manusia melakukan kesalahan maka hal tersebut bisa dimaklumi karena sulit sekali manusia terhindar dari kesalahan. Walaupun hal ini tidak boleh dijadikan alasan pembenar untuk melakukan kesalahan. Sebisa mungkin manusia menghindari kesalahan, dan juga menghindari hal-hal yang membuat orang lain menganggap kita melakukan kesalahan walaupun kenyataannya belum tentu benar. Jika ternyata melakukan kesalahan atau orang lain menyangka kita melakukan kesalah sehingga membuat suasana “gaduh”, maka lakukanlah 4 hal berikut:
Pertama, Minta Maaf dan Bertaubat. Jika ternyata kita benar-benar melakukan kesalahan, maka cara terbaik yang harus dilakukan adalah meminta maaf dengan tulus, dan berusaha tidak mengulanginya lagi. Selain itu, perbanyak istighfar. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadis di atas bahwa “paling baiknya orang yang melakukan kesalahan adalah orang yang segera bertaubat dan berusaha tidak mengulanginya lagi.
Jika kesalahan itu belum pasti, atau bahkan kita yakin bahwa kita tidak melakukan kesalahan akan tetapi orang lain telah “terlajur” menganggap kita salah apalagi sampai viral dan membuat suasana menjadi gaduh, maka tetap meminta maaf adalah cara terbaik yang harus kita lakukan. Ketika kita yakin bahwa kita tidak melakukan kesalahan dan ternyata orang ahli pun setuju dengan keyakinan kita, maka konteks meminta maaf di sini dimaksudkan untuk meredam marah, memperkuat kembali ikatan tali silaturrahim, dan untuk mendinginkan suasana yang terlanjur “panas”.
Kedua, klarifikasi. Jika kita benar melakukan kesalahan, kita harus berbesar hati mengakui kesalahan yang telah diperbuat, dan sampaikan alasanya, misalnya karena tersulut emosi, ketidaksengajaan, “keseleo lidah”, atau alasan lainnya. Sampaikan pula bahwa kita akan berusaha melakukan yang lebih baik dan berusah tidak mengulang kesalahan serupa. Jika menurut keyakinan kita apa yang dilakukan tidak salah, tapi orang lain terlanjur menyalahkan karena tidak tahu hal yang sebenarnya, maka kita perlu menjelaskan apa adanya, dan apa latar belakang serta tujuan melakukannya. Jangan sampai orang karena ketidaktahuannya mengecap kita melakukan kesalahan padahal kita tidak melakukannya. Bisa jadi orang menyangka kita berbuat salah karena “termakan” berita bohong, atau karena tidak suka pada pribadi kita. Sampaikanlah kebenarannya dengan cara yang halus dan sopan sehingga dia betul-betul paham dan menyadari yang sebenarnya terjadi
Ketiga, Meminta kepada Allah agar terus ditunjukkan jalan yang benar, dan isitiqmah dalam kebaikan. Kita perlu terus berdoa dan merengunkan dalam-dalam salah satu doa yang selalu kita baca ketika sholat yang disebutkan dalam surat al-Fatihah, yaitu “ihdinas siratal mustaqim (Ya Allah tunjukkanlah kami jalan yang lurus)
Keempat, Jangan baper (terbawa perasaan) dan terus bergerak. Jika 3 hal di atas sudah dilakukan, selesai sudah tugas kita kaitannya dengan menjaga ikatan dengan sesama manusia. Kalaupun orang lain tidak memaafkan, ataupun dia pura-pura tidak menyadari kekeliruan yang telah menganggap orang lain salah padahal hal tersebut salah paham, ya itu urusannya sendiri. Selanjutnya, teruslah beraktifitas secara normal, jangan baper apalagi kepikiran terus, dan tetap istiqamah menebar kebaikan. Wallahu A’lam bis Shawab.
Dr. Holilur Rohman, M.H.I, Ustadz di Cariustadz.id dan Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya
Tertarik mengundang ustadz Dr. Holilur Rohman, M.H.I? Silahkan klik disini